RAJA -8

255 53 11
                                    

Saya lagi nggak bisa berkata2, nggak bisa buat AN juga.

Di 'awal cuman mau bilang, Yaudah 'lah happy Reading ajjjaaa ya .....

R A J A ❇

Setelah dua menit berlalu ketika video call yang di 'lakukan Raja dan Nadya untuk mengabarkan berita bahagia ini kepada keluarga Nadya di Padang, terutama kedua orang tua 'nya telah usai, baik Raja dan Nadya masih di 'selimuti hening.

Mengenai kedua orang tua Nadya, tentu saja mereka juga tak kalah bahagia dan larut dalam suka menerima kabar bahagia ini. Hingga kembali membuat setetes sampai belasan tetesan airmata Nadya lagi-lagi luruh dan Raja untuk kesekian kali harus merutuk dalam hatinya bahwa hari ini ia harus pasrah berhadapan dengan airmata orang-orang di 'sekitarnya terutama airmata istrinya.

Lagi-lagi tak ia perduli bahwa airmata yang keluar itu adalah airmata bahagia. Raja tetap saja tak perduli karena se 'antipati itu memang dia dengan airmata. Dan parah 'nya lagi sepanjang hari ini ia di 'paksa untuk menyaksikan itu.

Kepada Alexa mereka juga telah mengabarkan berita ini. Nona psikolog cantik itu menghubungi Nadya lima menit saat sepasang suami istri itu telah memasuki kamar Raja di rumah ini. Karena mau tak mau Raja harus pasrah Nadya akan menjadi tawanan sang ibu dalam tiga hari ke depan. Isak tangis haru Alexa pecah saat Nadya dan Raja membenarkan berita yang ia dengar dari Devita dan Kinar sebelumnya. Kemudian di 'akhir obrolan mereka si cantik pemilik kalimat pedas itu akan berjanji mengunjungi mereka secepatnya ketika memiliki waktu luang.

"Ja!"

Raja spontan membuka matanya yang tadi terpejam rapat lalu menoleh ke arah sang istri yang tengah menatap 'nya.

"Kenapa Ra ...," sahut Raja dengan tatapan lembut membingkai wajah istrinya.

Nadya sedikit memiringkan posisi bersandar 'nya pada divan ranjang berukurun king size ini agar bisa lebih leluasa menatap Raja.

"Kamu yang kenapa Ja?" tuding Nadya terang-terangan bahkan secepat itu juga airmatanya kembali menetes.

Membuat Raja yang melihat itu sontak saja terkejut. Dahinya berkerut bingung sembari membalas tatapan Nadya, "Hey apa maksutmu Ra?" tanya Raja. Lalu ia semakin di 'buat bingung saat isak tangis Nadya semakin kencang.

Raja dengan cepat mendekap istrinya. Hingga tangan Nadya tak segan-segan memberikan pukulan-pukulan pelan pada dada bidang suaminya, "Bilang Ja, kalau kamu belum siap dengan kehadiran 'nya." rancauan Nadya semakin parah dan tak terarah.

Tapi pada akhirnya otak cerdas'nya dengan cepat menemukan kemana arah tuduhan istrinya itu. Menghela napas kasar Raja masih membiarkan istrinya itu terisak dalam dekapan 'nya menunggu hingga Nadya tenang.

"Kamu tenang dulu Ra, baru saya bicara kalau kamu tidak bisa tenang tidak papa biar saya peluk kamu seperti ini terus sampai besok subuh," ujar Raja tenang.

Membuat Nadya yang mendengar itu refleks mendorong dada bidang suaminya hingga dekapan Raja terurai. Mengabaikan tatapan dingin suaminya itu, Nadya dengan kasar menyerka airmatanya lalu membuang wajahnya saat Raja kembali berusaha memeluk pinggang 'nya. Dan usaha Nadya untuk menghindar dari tatapan suaminya itu gagal saat Raja dengan cepat menangkup wajah sembab 'nya.

“Kenapa kamu sampai berpikiran seperti itu Ra!” tanya Raja dingin. “Dengar, kalau saya tidak menginginkan kehadiran ‘nya dari awal kita menikah pasti saya sudah mengatakan ‘nya kan Ra, lalu menyuruhmu untuk meminum pil dan saya akan memakai pengaman setiap kali kita berhubungan.” tutur Raja serius. “Tapi saya tidak melakukan itu ‘kan Ra!” imbuhnya.

Raja menghela napas sejenak lalu kembali bola mata tegas itu menyorot Nadya teduh, “Sama sepertimu, saya juga turut menantikan kehadiran ‘nya selama dua tahun ini Ra.” tutupnya lalu beringsut mengecup kening Nadya cukup lama kemudian membawa istrinya itu kembali dalam dekapan ‘nya.

RAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang