Mari berkunjung ke rumah mereka.

404 55 0
                                    

Happy Reading Hope you enjoy it guys.

R A J A

Wangi makanan lezat langsung masuk dengan mulus di indra penciuman Raja saat pria jelmaan dewa Adonis itu memasuki ruangan makan rumahnya. Di sana Nadya masih sibuk menata sarapan untuk mereka berdua. Raja menarik kursi makan hingga bunyi decitan-nya membuat Nadya mengalihkan sekilas pandangannya. Wanita itu hanya tersenyum tipis lalu berlalu ke dapur untuk melepas apron yang ia kenakan sembari mengambil sepiring buah-buahan untuk pelengkap sajian sarapan di atas meja makan luas tersebut.

"Ayo sarapan Ja," ajaknya saat sudah sampai di dekat Raja duduk dan menaruh piring khsusus yang berisi buah-buahan itu di meja makan.

Namun Raja hanya diam, menatap sang istri yang kini sudah mengambil duduk tepat di sampingnya. Hingga sejurus kemudian ia bangkit dari duduknya dan berjalan tenang menuju dapur. Tanpa mengatakan apapun kepada sang istri membuat Nadya mengernyitkan dahi lalu menyapu pandangannya ke arah meja makan.

Dan helaan nafas beratnya langsung menguar di udara saat Nadya menyadari ada yang ia lupakan, adalah sesuatu yang wajib ada setiap kali Raja berada di meja makan.

Hingga satu menit kemudian Raja kembali muncul dari arah dapur sambil membawa sepiring donat kampung buatan sang istri. Pria itu memberikan senyum tipisnya kepada Nadya saat hampir sampai di dekat istrinya lalu mengecup lembut puncak kepala Nadya dan meletakkan makanan penutup itu untuk bergabung bersama sajian sarapan mereka yang lain.

"Ja," panggil Nadya lirih saat Raja kembali ingin mendaratkan bokongnya di kursi makannya namun urung saat mendapati istrinya menatapnya dengan tatapan penuh permohonan maaf.

Raja menggeleng lalu membungkuk dan mendaratkan bibirnya lagi di kening sang istri, "Its okey Ra, ayo sarapan." katanya seraya tersenyum tipis kepada Nadya yang hanya bisa mengangguk pelan di hadapan sang suami.

Siang menjelang sore itu di sebuah taman kota sepasang remaja nampak duduk berdampingan di kursi besi berwarna putih sambil menikmati suasana sore dan semilir angin yang berhembus sepoi.

Seorang gadis nampak tengah duduk gelisah seperti menunggu putusan hakim untuk kelangsungan hidupnya. Sementara di sampingnya seorang laki-laki tengah duduk tenang dengan pandangan menatap lurus ke depan namun mulutnya nampak mengunyah pelan sebuah donat kampung yang berada di tangannya.

"Ja bagaimana? Tidak enak ya?" Nadya memberanikan diri menuntut jawaban yang memang ia tunggu-tunggu sejak tadi namun cowok di sampingnya ini tak kunjung memberikan responya. Ekspresinya juga tak dapat Nadya baca. Dengan ekspresi pacarnya yang selempeng papan triplek ini Mana tahu dia, Enak atau tidak enaknya donat kampung buatannya yang ia janjikan kepada Raja hari itu.

Nadya bukan cicitnya mama Laurent. Yang bisa dengan mudah membaca pikiran orang.

"Ja ..." suara Nadya sedikit meninggi dan ada nada berupa rengekan di dalamnya.

Menelan donat kampung yang di kunyah tadi, Raja lalu menoleh ke sisi kanannya. Ekspresinya masih sama datar di iris mata Nadya namun sejurus kemudian cowok itu menerbitkan senyum samar lalu mengangguk ke arah Nadya, "Ini donat kampung ke dua terenak setelah buatan Bunda." ucap Raja.

Mendengar itu Nadya refleks menghembuskan nafas lega lalu ia refleks memukul pelan bahu Raja seraya mencebikkan bibirnya, "Ekspresi kamu buat aku suudzon mulu tau." Komentar Nadya sembari cemberut namun sejurus kemudian ia mengulas senyum manis ke arah Raja, "Kalau lagi kangen Amai dan Apak di kampung aku selalu buat itu, itung-itung obat kangen Tiara Ja." ceritanya sambil terus tersenyum manis.

RAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang