4. Bubur Putih Polos

2.3K 322 53
                                    

WARNING!! terdapat adegan yang membuat serangan jantung!! Di mohon untuk tidak teriak-teriak seperti orang gila, atau mengigit apa saja yang terlihat!! baper ditanggung sendiri, jangan salahkan auhtor:)



Jeongwoo membuka pintu UKS dengan pelan, untung saja tidak ada orang lain selain Haruto dan dirinya. Jeongwoo melihat ke arah Haruto yang sedang tertidur pulas dia jadi tidak tega membangunkannya.

Jeongwoo mendekat ke arah Haruto lalu duduk di sampingnya sambil mengusap pelan pipi mulus Haruto. "Gue udah jatuh sama lo Haruto, Ya! Tuan muda keluarga Park udah jatuh hati sama anak bungsu keluarga Watanabe. Sekalinya gue suka sama seseorang, gue gak bakal lepasin dia sampai kapanpun, gue bukan obsesi sama lo, tapi gue tulus sama lo Ruru-ya." Jeongwoo berbicara sangat pelan, dia tidak perduli Haruto mendengarnya atau tidak.

Tangan Jeongwoo refleks menyentuh bibir cherry milik Haruto, masih terdapat bekas luka diujung bibirnya. Dia diam untuk beberapa detik lalu mendekatkan wajahnya ke arah wajah Haruto, bibir keduanya bertemu, Jeongwoo mengecup pelan bibir Haruto. "Lembut." Gumam Jeongwoo.

"Eung..." Haruto melenguh pelan. Merasa tidurnya terganggu dia perlahan membuka matanya.

"Masih sakit perutnya Ru?" Tanya Jeongwoo lembut, apa gara-gara dia Haruto jadi terbangun? Pikirnya.

"Dikit." Balas Haruto sekenanya.

"Yaudah makan dulu yu, abis itu minum obat terus lanjut tidur lagi." Jeongwoo menyendok bubur putih polos itu ke arah Haruto tapi ditolak mentah-mentah oleh sang empu.

"Gue bisa makan sendiri Jeongwoo-ya." Haruto meraih bubur itu tapi langsung di jauhkan oleh Jeongwoo.

"Gue suapin, pilih, mau gue suapin pake sendok atau pake mulut?" -Jeongwoo.

"Emang lo berani suapin gue pake mulut?" Haruto tersenyum miring, Jeongwoo sedikit terkejut bagaimana bisa Haruto-nya berbicara seperti itu, selalu nya dia akan menolak atau bahkan Menyuruhnya pergi dari hadapannya sekarang juga. Apakah ini sebuah keberuntungan untuk Jeongwoo?

"Kalo gue gak berani gak mungkin kan gue kasih pilihan itu ke lo." Jeongwoo menyuapkan sesendok bubur ke dalam mulutnya sendiri lalu menarik tengkuk kepala Haruto, menyalurkan bubur putih polos itu melalui mulut ke mulut.

Selesai satu suapan, Jeongwoo kembali menyuapi Haruto masih dengan cara yang sama. "Udah cukup, gue bisa makan sendiri." Haruto merebut mangkuk berisi bubur putih itu, lalu menyuapkannya menggunakan sendok.

"Kenapa? Padahal itu bubur belum abis loh?" Ucap Jeongwoo santai, sedikit kecewa juga.

"Gue masih punya malu, gak kek lo." -Haruto.

"Malu kenapa? Di sini cuma ada kita ber—" pintu UKS terbuka dengan tidak santainya.

"Njir ternyata lo ada di sini, hah... Hah... Gue kira lo bolos anjing!" Nafas remaja laki-laki itu terengah-engah.

"Oh jadi gara-gara ini Haruto minta gue berhenti suapin dia pake mulut, cih sialan si Doyoung, awas aja lo ya abis ini! Eh tunggu tapi kenapa Ruru bisa tau kalo bakal ada yang datang ke sini?" Batin Jeongwoo heran.

"Gue emang bolos sat! Ada perlu apa lo nyariin gue sampe ke sini?!" Ketus Jeongwoo.

"Santai pak— eh ada Haruto, annyeong Ruto-ya." Sapa Doyoung kepada Haruto dengan senyuman manisnya. Doyoung tahu julukan yang diberikan untuk Haruto di sekolah ini, tapi dia tidak mempermasalahkannya, buktinya saja dia berteman dengan Jeongwoo yang suka membuat onar di sekolah.

"Hmm annyeong." Haruto tersenyum tipis, sontak membuat Jeongwoo kesal tidak terima, bagaimana tidak? Hanya untuk mendapatkan senyuman dari Haruto dia harus melakukan banyak hal, lah ini, hanya dengan sapaan saja mampu membuat seorang Watanabe Haruto tersenyum! Walaupun sedikit.

FAKE (JEONGHARU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang