11. Balapan motor

1.9K 255 46
                                    

"Oh Jay Hyung? Kapan lo ke sini?" Tanya Jeongwoo ketika menyadari kehadiran Jay.

"Baru aja gue datang, lalu ngeliat drama keluarga lo." Jay memutar bola matanya dengan malas.

"Jangan heran, udah biasa." -Jeongwoo.

"Tuh tau, oh ya Woo ikut gue sebentar." Ajak Jay.

"Mau kemana?" Jeongwoo menaikkan alisnya sebelah.

"Ikut aja sih, banyak nanya lo." Jay menatap sinis ke arah sepupunya itu.

"Okay fine." Jeongwoo bangun dari tempat duduknya lalu pergi menyusul Jay.

"Mereka berdua gak bakal berantem kan pih?" Tanya Jake.

"Entahlah, kalo mereka berantem juga biarin aja, namanya juga laki-laki." Jawab tuan Park santai lalu kembali rebahan.

"Dasar orang tua." Jake bergumam, untung saja tuan Park tidak mendengarnya.

——————
—————————

"Ada apa Hyung?" Jeongwoo menatap ke arah Jay dengan ekspresi datar.

"Lo setuju kan jadi penerus perusahaan keluarga Park?" Jay tidak kalah datar.

"Ya, gue terpaksa setuju." -Jeongwoo.

"Kenapa gak dari awal aja lo setuju, bikin repot aja lo sialan!" -Jay.

"Gue terpaksa, lo harus bantu gue mengelola perusahaan itu, gue gak mau tau!" -Jeongwoo.

"Kenapa gue harus terlibat juga? Tugas gue udah selesai, lo udah setuju jadi penerus perusahaan itu." -Jay.

"Tanya aja sama pak tua itu, marga lo juga masih Park ya jadi gak boleh nolak." -Jeongwoo.

"Terserahlah, berarti lo bakal tinggal di sini lagi kan? Gak tinggal di asrama lagi?" -Jay.

"Gue setuju jadi penerus bukan berarti gue bakal tinggal di sini lagi, waktunya belum tepat Hyung." -Jeongwoo.

"Kenapa lagi? Mau sampe kapan lo pura-pura jadi sok miskin?" Tanya Jay sedikit kesal.

"Gue gak tau Hyung, gue pengen terus kek gini biar orang yang gue sayang gak ngejauh dari gue, kalo gue ngaku yang sebenarnya apa dia bakal menerima gue apa adanya Hyung?" Raut wajah Jeongwoo mendadak sendu.


"A-apa apaan itu?! Sejak kapan Jeongwoo menunjukkan raut wajah sedih?" Batin Jay terkejut.

"Gue terkejut lo nunjukin wajah sedih kek gitu, jadi sekarang lo udah punya pacar?" -Jay.

"Udah, emang lo jomblo." Perkataan Jeongwoo berhasil menusuk ke hati Jay.


"Kalo bukan sepupu, udah gue sleding juga nih anak." Batin Jay sabar.

"Cewek apa cowok? Lah ngapain gue nanya gender, udah pasti—" -Jay.

"Cowok." Jawab Jeongwoo cepat.

"Anj— lo serius pacaran ama cowok?" Jay kembali terkejut.

"Gak semua cowok ya anjir, cuma satu, kalo bukan dia gue juga gak bakal mau." -Jeongwoo.

"Cinta emang gak memandang gender, btw siapa nama pacar lo?" -Jay.

"Gak perlu juga gue kasih tau lo." -Jeongwoo.

"Perlu lah, lo berhutang banyak sama gue." -Jay.

"Cih! Perhitungan banget lo sama sepupu sendiri, dasar Park sialan!" Eh tunggu... Jeongwoo jadi teringat Haruto.

"Marga lo juga Park ya, Jeongwoo." -Jay.

"Lah iya, harusnya Jay sialan." -Jeongwoo.

"YAK!! gue lebih tua dari lo ya!" Kali ini Jay sudah tidak kuat lagi menahan emosinya. Kalo deket atau ngomong sama Jeongwoo tuh bikin Jay darah tinggi aja. Kan kasian mana masih muda :)


FAKE (JEONGHARU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang