Sudah hampir tiga minggu, Sarah tinggal di rumah Satya. Dia masih saja merasa canggung.
Sarah berjalan tenang menuju dapur, mengambil apel di kulkas lalu melangkah untuk kembali ke kamarnya.
Satya yang berada di tangga jelas berpapasan dengan Sarah yang memakai kaos putih kebesaran lalu celana pendek setengah jengkal dari selangkangan.
"Ga makan malem?" tanya Satya dengan suara agak serak. Satya mengumpat dalam hati saat mendengar suaranya sendiri.
"Ga biasa, cuma makan apel aja." jawabnya dengan tersenyum agak canggung, dia harus biasa dengan kehadiran Satya karena Satya orang yang ada di rumah ini.
"Gue mau ngomong." Satya mencekal pelan lengan kanan Sarah.
"Ha? Yaudah, ngomong aja." Sarah menarik tangannya pelan, namun susah. Satya memperkuat cengkramannya.
"Gue mau kesepakatan, jujur gue tersiksa."
Sarah mengerjap. "Maksudnya? Ga paham." balasnya pelan.
Satya menarik pelan Sarah agar ikut ke kamarnya, Satya mengunci pintu lalu menghadap ke Sarah yang mematung dengan kebingungan.
"Gue nafsu sama lo, setiap liat lo gue bergairah."
Sarah melongo kaget. "A-apa?" beonya dengan ragu dan tidak percaya.
"Gue ga akan ambil keperawanannan lo."
Sarah kembali mengerjap. "Kok tahu? A-ah maksudnya, gi-gimana?" jelas sekali kalau Sarah blank saat ini. Jiwanya masih belum menangkap maksud Satya saking kaget dan terus menyangkal, merasa tidak mungkin Satya meminta hal aneh?
"Gue yakin, lo masih segel." Satya memegang kedua bahu Sarah dengan serius. "Gue ga akan ambil itu, gue cuma butuh, bibir, leher, dada lo, di saat gue mencari kepuasan." lanjutnya dengan menatap lurus kedua bola mata Sarah.
Sarah menelan ludah. "Ha? Maksudnya? Ki-kita seks?" cicitnya di akhir dengan jiwa yang mulai cemas.
Satya menggeleng. "Bukan, area bawah lo ga akan gue sentuh kecuali lo yang mau." jawabnya.
Sarah mengerjap, dia masih tidak paham saking terkejut, bingung dan gugup.
"Gue kasih contoh." Satya mendorong pelan Sarah hingga terlentang di kasur.
Sarah sontak berusaha berdiri dengan mata melotot kaget dan takut yang ketara.
"Diem! Lo mau gue sebar sekampus kalau kita tidur bareng? Mereka bakalan percaya sama gue!" pandangannya menghunus penuh peringatan.
Sarah diam dengan gelisah dan terlihat seperti ingin menangis. Dia panik, otaknya tak bisa di ajak berpikir.
"Cuma gini." Satya melucuti bagian atas Sarah walau susah karena gadis itu selalu berusaha menolak.
Setelah terbuka, Satya melepas celananya tak bersisa, meraih pelumas yang dia beli lalu mengoleskan itu pada alat kelaminnya sendiri.
Satya mengamati Sarah yang terpejam kuat itu, tangannya terlihat gemetar. Satya tetap tidak akan berhenti, brengsek memang.
Ini pelecehan!
Sarah bisa merasakan kalau Satya berada di atasnya, menguasainya yang ketakutan di bawahnya.
"Buka mata lo, gue ga akan sentuh bawah lo. Janji. Cowok itu di pegang janjinya.." kecuali ke pepet. Lanjutnya dalam hati.
Sarah pun membuka matanya yang memerah karena tangis. Dia sudah di lecehkan tapi tetap saja tidak melawan. Kenapa? Otak dan tubuhnya selalu saja tidak bisa di ajak kerja sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gairah Anak Muda (TAMAT)
RomanceSatya, anak muda yang memiliki gairah yang berapi-api. Khususnya gairah dalam tanda kutip. Dia melakukan s*ks bebas, balapan, mabuk-mabukan dan hal lainnya. Hingga suatu hari, Sarah datang sebagai anggota baru di keluarganya. Anak baik-baik yang ing...