21. Cemburu Dan Masalah

78.3K 3.2K 74
                                    

     Riko di panggil guru BK, membuat Satya menautkan alisnya. Dibiarkan sahabatnya itu pergi dengan beberapa pertanyaan mulai hinggap di kepala.

"CCTV, di depan toilet sekarang di pasang. Sahabat lo ketahuan nganu sama adik tingkat."

Satya menghela nafas pendek. "Lagian ngapain main di toilet, ga modal banget. Banyak motel murah sekarang." ceplos Satya.

"Lo kayak yang ga pernah."

"Gue pernah, cuma ya ga sesering Riko. Gue cuma sekali apa dua kali, itu pun langsung ga mau lagi. Ga bebas coy."

Sarah melirik Satya dengan menelan ludah, seterbuka itu? Kenapa mereka membicarakan hal begituan di dalam kelas. Bukannya mengerjakan tugas yang diberikan dosen.

Apa setiap laki-laki kumpul, mereka membicarakan pengalaman s*ksnya? Sarah jadi penasaran.

"—-Sarah?"

Sarah sontak tersentak, menatap keduanya dengan jantung berdebar takut.

"Dia spesial, pacar gue ini ga kayak cewek-cewek sebelumnya." dirangkulnya Sarah dengan mesra.

Sarah menyesal melamun, dia jadi tidak tahu apa yang dibicarakan mereka sebelumnya.

"Jangan tegang, sayang." bisik Satya dengan genitnya.

Menyebalkan!

Sarah melepaskan rangkulan Satya dan kembali membuka buku, mengerjakan tugas sebelum dosen selanjutnya datang.

***

Satya mengecup pipi Sarah dengan masih memeluknya dari samping. Posisi ternyaman karena dia leluasa mengusap dan menyentuh Sarah.

"Ih! Diem!" semprot Sarah saat tangan Satya mulai nakal.

Satya membenamkan wajahnya di bahu Sarah, mengusap perut rata itu lalu memasukan tangannya ke dalam kaos.

"Diem, Satya!" geram Sarah dengan sudah tidak bisa fokus ke depan televisi.

"Cuma pegang kok." bisik Satya seraya mengusap kesukaannya dibalik kaos Sarah.

Sarah mengalah. "Jangan di gituin, geli!" di tahannya tangan yang membuatnya enak sekaligus kesal itu.

"Cium dulu." Satya menarik wajah Sarah, mengulum bibirnya dengan lembut.

Sarah pasrah, yang terpenting hanya sebatas itu tanpa harus naik ke ranjang.

"Malem gue ada balapan, jangan cariin gue." bisik Satya di depan bibir Sarah.

Sarah mendengus pelan. "Ga akan." jawabnya.

Satya tersenyum tipis sebelum kembali bermain dengan bibir Sarah sepuasnya.

Pagutan mereka terlepas.

"Besok Tama main ke sini, sama Haya. Udah izin ke bunda kok."

Sontak mood Satya hancur. "Tama? Ngapain?" tanyanya dengan sedikit terdengar tidak suka.

"Main, sehari kok. Katanya Haya mau nonton konser, jadi Tama sekalian ikut."

Satya menarik tangannya dari dada Sarah, membuat jarak lalu menghela nafas pendek.

"Gue ga suka sama Tama."

"Ya pastilah, kamu masa suka sama cowok."

Satya menatap Sarah lekat, serius dan juga agak marah. "Lo serius ga paham apa maksud gue?" tanyanya dingin.

Sarah menelan ludah. "Kalian belum ketemu, Tama baik kok pasti suka. Kenapa harus marah?" cicitnya.

***

"Anj*ng!" Satya berseru marah, melayangkan bogem pada lawan yang melakukan hal licik itu.

Satya mengabaikan rasa sakit di lengannya yang berdarah karena bersentuhan dengan aspal sekilas itu.

Beruntung lukanya tidak parah karena jatuh ke atas rumput di pinggir jalan.

"LO MAIN KOTOR BANGSAT!" amuk Satya semakin emosi.

Baku hantam pun tidak bisa di hindari, Satya terlihat gelap mata. Bahkan memukul mangsa tanpa belas kasihan.

"Gue bakalan celakain, Sarah!" geram Bayu dengan nafas terengah dan darah menghiasi bibir dan giginya.

Cengkraman Satya di kerah Bayu semakin erat. "Dia ga ada hubungannya sama balapan ini, bajingan!" geramnya tertahan.

Bayu meludah. "Lo nolak tanggung jawab! Karena Sarahkan? Jalang—-"

Satya melayangkan tinju pada rahang Bayu lalu mencengkram lagi kerahnya. "Gue selalu pake pengaman! Gue bahkan selalu saksiin dia minum obat dan makan nanas buat jaga-jaga! Dia bukan cuma sama gue! Dia yang jalang!" geramnya dengan emosi, nafas memburu.

Bibir Bayu bergetar, kedua matanya memerah dan agak basah. Antara sedih, marah dan kecewa. Bayu tahu kalau Satya tidak salah, adiknya memang jalang.

Tapi, dia tidak memiliki cara lain. Adiknya hamil, tanpa tahu siapa ayah dari kehamilannya itu.

Satya mendorong kasar kerah itu, membuat Bayu terhempas dan jatuh ke aspal dengan keadaan sudah babak belur.

Satya meludah kesal dengan membawa langkahnya mengurai kerumunan. Satya tidak peduli panggilan-panggilan sahabatnya. Dia hanya ingin pulang dan memeluk Sarah sebagai penawar amarahnya.

Gairah Anak Muda (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang