2. Imajinasi Satya

218K 7.1K 387
                                    

       Sarah kembali tersentak kaget di duduknya, jantungnya banyak bekerja berlebihan hari ini. Kasihan.

Sarah menatap Satya yang duduk di sampingnya dengan tangan terkepal saat melirik jemari besar milik Satya mengusap pahanya dengan tidak sopan.

"Jangan kurang ajar!" marah Sarah dengan suara berbisik karena dia tidak mau sampai dosen di depan mendengarnya.

Tangan Satya yang baru Sarah tepis itu mengepal lalu kembali mendarat di paha Sarah yang lagi-lagi Sarah tepis.

Sarah yang emosi sontak berdiri.

"Kenapa? Apa masih kurang mengerti?" tanya pak Wahil— dosen berumur yang kini menatap Sarah serius.

Sarah gelagapan. "A.. Anu, pak. Saya mau izin ke toilet." jawabnya dengan wajah memerah menahan malu.

Satya hanya memandangnya tanpa ekspresi, mengamati pipi merona itu lalu tanpa sadar tersenyum samar.

"Oh ya silahkan."

***

Tanpa pamit, tanpa melirik, Satya pergi begitu saja saat dosen keluar dan satu jam ke depan jam kosong. Dosen lain akan masuk lagi nanti.

Untuk minggu pertama perkuliahan memang tidak terlalu serius. Paling hanya perkenalan, membicarakan apa saja yang akan di pelajari. Hanya spoiler-spoiler sedikit.

Sarah sendirian di tengah teman-temannya yang sudah akrab, berisik dan bercanda gurau itu.

Sarah memutuskan merapihkan buku di meja, memasukan buku-buku ke dalam tas dari pada pergi ke kantin sendirian.

"Hai, Sarah."

Sarah sontak menoleh. "Ah, ya?" senyum pun terbit, senang rasanya ada yang menyapa.

"Kamu siapanya Satya?" tanyanya lalu duduk di kursi yang di duduki Satya sebelumnya.

"Ah aku, anak temennya bunda Satya. Kebetulan aku pindah ke sini, jadi numpang dulu di rumah Satya."

"Serius? Kalian serumah?" pekik gadis itu tertahan. "Beruntung banget.. Kenalin, gue Selina." lanjutnya dengan semangat.

"Ah, Selina. Senang kenalan sama kamu." balas Sarah masih malu-malu.

"Hm, lo pinter banget tadi waktu isi soal di depan. Lo jago hitung menghitung ya?"

Sarah tersenyum tipis. "Kebetulan aja, udah pernah di ajarin di SMA," jawabnya ramah.

"Ah iya, katanya kamu lulusan dari sekolah internasional ya, pasti pinter-pinter di sana."

Sarah menggeleng pelan. "Engga juga, aku masih harus belajar." balasnya dengan rendah hati.

Selina sontak menghentikan obrolannya saat Satya kembali masuk ke dalam kelas.

"Lanjut nanti ya, bye Sarah."

Sarah mengangguk lalu melambaikan tangannya sekilas sebagai respon, setelah itu kembali kaku saat melihat Satya.

"Temen baru?" Satya berujar datar seraya duduk di kursinya.

"Ha? Ah, iya." jawabnya canggung tanpa berani melirik Satya.

Riko duduk dengan posisi menghadap ke arah keduanya. "Kenalin, gue sahabat Satya, Riko." tangannya terulur ke arah Sarah.

Gairah Anak Muda (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang