Hari H = Happy

71.8K 3.1K 299
                                    

"Jadi, soal nyawa yang kamu hilangin itu salah paham? Kenapa kamu diem aja?"

"Aku ga bisa jelasin karena semua lebih percaya aku brengsek, makanya Arom harapan satu-satunya." Satya menunduk. "Arom udah sadar, semua udah jelas, sayang." Satya memeluk Sarah dengan terisak pelan.

Sarah mengusap punggung Satya dengan sama leganya.

"Bukan aku yang bikin Arumi di gilir, bukan aku yang kasih obat, bukan aku yang bikin dia meninggal."

Sarah mengangguk, dia sangat percaya. Seburuk-buruknya Satya, dia masihlah manusia normal yang memiliki hati.

"Aku percaya." yakin Sarah seraya memberikan kecupan di bahu Satya.

Satya mengurai pelukannya. "Kamu jangan batalin nikahnya ya? Aku bener-bener ga ada hubungannya sama Arumi dan Arom, semua orang cuma salah paham sama aku." kedua mata Satya begitu basah.

Sarah tersenyum. "Ga akan mungkin aku batalin, aku udah nunggu hari ini lama banget bahkan Glen juga. Aku percaya sama kamu, aku terima semua masa lalu kamu." yakinnya.

Satya sungguh lega, bebannya seolah terangkat. Dia takut kalau masalah Arom dan Arumi menghantui pernikahannya.

***
 

Sarah sudah cantik dengan di balut gaun pengantin yang begitu mewah dan elegan.

Gaun itu Sarah rancang sendiri, gaun yang sempat mengundang perdebatan dengan Satya karena punggungnya terlalu terbuka walau pada akhirnya Satya kalah.

"Tuhkan, keliatan makin ke bawah karena kamu diet, waktu itu nyoba kamu masih berisi." Satya kembali rewel.

Sarah memutar bola matanya jengah. "Ini ada kulit transparannya, ga kulit aku semuanya." terangnya agak jengkel.

Satya menghembuskan nafas pendek dengan wajah masam. "Oke-oke, ngalah lagi." rajuknya lalu berlalu meninggalkan ruang rias itu.

Sarah menghela nafas sabar, jangan sampai hari pentingnya kacau karena masalah ini.

"Sis, calonnya marah ya—" suara ngondek muncul di belakang Sarah. "mau di benerin gaunnya? Bisa kok di tutupi dikit." lanjutnya seraya mengamati dengan seksama gaun belakang Sarah lalu mengangguk yakin. "bisa seriusan, tetep cantik kok." tambahnya.

Sarah menimang sesaat lalu mengangguk. "Ubah aja." senyum pun Sarah lemparkan.

Sarah tidak akan berdebat lagi, Satya melakukan itu pasti karena terlalu sayang padanya dan membuatnya tidak ingin berbagi.

***

"Anak kamu liat, ga bisa apa liat sekitar gitu masih banyak tamu, malah asyik sama dunia sendiri." Raya menyenggol pelan lengan Revano.

Revano melirik Satya yang tengah menatap Sarah dan sesekali mengecup pipi atau memeluk itu. 

Revano mengunyah kue mini di mulutnya dengan mengulum senyum, rasanya waktu terlalu cepat.

Satya yang dulu rewel dan masih ngompol di celana, kini sudah memberinya cucu dan menantu.

"Biarin, namanya juga pengantin baru. Satya gitu karena kita juga yang pisahin mereka bertahun-tahun, untung masih jodoh." balas Revano.

Gairah Anak Muda (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang