5. Campur Aduk

200K 6.6K 283
                                    

       Bullshit! Sarah tersenyum kecut saat melihat Satya tengah asyik bermesraan dengan gadis yang dia tahu beda jurusan. Masih hangat dalam ingatan, kemarin malam Satya berjanji tidak akan jajan atau bermain wanita selain dirinya. Tapi nyatanya?

Sarah memutuskan untuk mengambil apel di kulkas, mengabaikan kedua sejoli yang semakin tidak sopan itu.

Sarah memejamkan matanya sekilas, dia ingin pulang kampung rasanya. Kenapa juga Raya tidak pulang dan malah menginap di rumah sepupunya.

"Itu Sarah?" tanya Adila dengan betah bergelayut pada Satya.

Satya melirik Sarah yang tengah menuangkan air ke dalam gelas dengan satu apel di tangan kirinya.

"Hm,"

"Kalian berdua? ga coba sentuh dia?" Adila mengusap dada Satya dengan mengecup rahangnya sekilas.

"Ga, ngapain." Satya mengecup kepala Adila. "butuh yang kayak lo, pengalaman. Jago." bisiknya.

Adila cekikikan manja, merasa tersanjung yang padahal semua yang di omongkan Satya adalah omong kosong.

Adila terlalu bodoh karena termakan pancingannya, jebakannya yang sudah jelas memanfaatkannya lalu nanti dibuangnya.

"Eh.. Eh.." Adila melarang Sarah untuk menjauh. "Sarah." panggilnya.

Satya menautkan alisnya."Ngapain?" tanyanya dengan terdengar tidak suka.

Sarah menatap keduanya."Ya?" sahutnya acuh.

"Bantuin dong, rekamin kita yang lagi ciuman." pintanya dengan usil dan tersenyum angkuh. Tatapan Adila memindai Sarah dengan merendahkan.

"Apaan sih lo." Satya terlihat tidak setuju dan tidak mau.

"Kok gitu, buat kenang-kenangan." Adila merengek.

Satya yang tidak ingin kehilangan mangsa dan mood, sontak melirik Sarah dengan tatapan tajamnya.

"Ngapain masih berdiri? Bantuin!"

Sarah menggenggam erat apel itu, langkahnya terayun berat menuju keduanya.

Adila meraih ponsel Satya. "Pake yang kamu dulu, yang aku penuh." alibinya yang padahal Adila takut terbongkar kalau dia sudah punya pacar.

Sarah meraih ponsel itu, sesaat terkejut saat tahu kalau wallpaper ponsel Satya wajahnya yang tengah tertidur dengan kepala Satya bersandar di dadanya.

Sarah mengarahkan kamera dengan wajah merah padam. "Aku hitung. Satu... Dua... Tiga..." dengan tangan gemetar, Sarah berusaha tegak. Menatap kedua sejoli yang berciuman panas itu melalui ponsel Satya yang sedang merekam.

Sarah menelan ludah dengan kedua mata yang berkaca-kaca, rasanya dia sama seperti gadis itu. Sarah merasa tidak ada bedanya dengan perempuan yang berada di kehidupan Satya. Hadir untuk kepuasan, hadir yang hanya sesaat karena nanti dia akan sama di buang seperti mereka.

Kok sakit ya?

"Udah." Sarah menunduk dengan menyimpan ponsel Satya di meja lalu berlari pelan meninggalkan keduanya.

***

"Aku mau berhenti, ga peduli ancaman apapun. Terserah! Aku bukan mereka Satya." Sarah menatap Satya dengan berderai air mata.

"Berhenti? Ga bisa, lo punya gue, lupa?" Satya mencengkeram kuat bahu Sarah.

"Kamu bisa cari yang lain, kamu juga bisa bawa perempuan yang tadi."

"Lo cemburu?" Satya menatap Sarah semakin intens, menyelidiki gerak-gerik Sarah.

"Gila! Aku cuma ga mau di samain kayak mereka! Kamu sentuh seenaknya, kamu buang seenaknya!" Sarah mendorong Satya keluar lalu dengan cepat mengkunci pintu.

Gairah Anak Muda (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang