glasses

77 38 36
                                    

Happy reading ><

"tunggu." Fajar mencekal dan menarik lengan gadis SMA itu lalu menahannya.

Arula tak membalas Fajar dengan kata kata. Melainkan tatapan nyalang dari matanya yang tajam. Matanya masih membengkak serta merah, dan membuat tatapan itu semakin menyeramkan.

Arula menarik lenganya, lengan yang dicengkram oleh Fajar. Sekuat apapun ia berusaha sepertinya akan sia sia, cengkraman tangan Fajar cukup kuat.

"Lo mau kemana?"

Fajar menanyakan hal yang mungkin tidak penting baginya. Tidak ada alasan juga untuk apa ia menyanyakan hal itu.

"Mau lo apasih, gue dah kasih uangnya kan?! Lo tinggal pergi!" Kata kata yang Arula katakan cukup menekan. Suasana hatinya belum membaik sejak kejadian diparkiran sekolah tadi.

"Lo nangis? Siapa yang berani bikin cewe cantik kaya lo nangis?!" Fajar mengatakan itu tulus dari hatinya dengan suara yang lebih halus nan lembut, bukan hanya sekedar kata. Entahlah menurut Fajar, Arula memang secantik itu.

Saat itu, Arula mulai merasa cengkraman dari tangan Fajar mulai melemah perlahan. Di saat itu juga Arula melepaskan tangannya dengan cepat dari cengkraman Fajar.

"B,bukan urusan lo." Arula membalasnya dengan suara rendah, hanya Fajar yang dapat mendengarnya.

Arula menundukan kepalanya tatapannya hanya tertuju pada ubin di lantai rumahnya. Ia hendak melangkah meninggalkan Fajar yang masih menatapnya dan Cakra yang hanya membisu sejak tadi. Namun belum sampai melangkahkan langkah pertamanya, lagi lagi Fajar berhasil menangkap tangan kananya.

"Ikut gue." Fajar menarik Arula keluar rumahnya.

"Kemana sih, lo tau jam berapa sekarang?!" Arula berusaha berontak namun kalian tahu tenaganya tak sebanding dengan Fajar.

"Lo kesini sama Cakra, lo bawa dia balik, bukan bawa gue keluar gini!" Lanjut Arula dengan tekanan pada kata katanya.

"Gue balik sendiri, arah rumah gue sama dia beda." Ucap Cakra membalas kata kata Arula.

"Lo denger? Udah lo ikut gue sekarang." Fajar membalas dengan tenang.

"Ee, bentar, bun-" Belum selesai dengan kata katanya Fajar sudah membalas perkataan Arula.

"Gue udah bilang sama bunda."

"Ee, anu kacamata gue."

"Gak usah pake kacamata, gini aja udah buruan."

Arula dan Fajar menaiki motor yang Fajar gunakan menuju rumah Arula. Dan Cakra, dia sudah pergi lebih dulu.
Dia sudah muak melihat adu mulut Arula dan Fajar.

* ⋆  ⋆  ⋆ *

Fajar membawa Arula ke tempat service handphone.

Tentu saja ia datang untuk memperbaiki handphonenya yang rusak. Tapi mengapa ia harus membawa Arula? Terlebih ditengah gelapnya malam.
Laki laki aneh itu yang sekarang ada di pikiran Arula.

"Udah kan? Gue mau pulang sekarang." Arula benar benar ingin pulang saat itu juga. Ia sudah membayangkan kasur yang akan menyambutnya dengan hangat, secangkir coklat panas dan netfl*x yang akan menemaninya.

"Bentar." Fajar merogohkan tanganya ke dalam saku jeans yang ia kenakan, lalu mengambil sejumlah uang dan memberikannya pada Arula.

"Nih." Ucap Fajar sembari memberikan uang itu pada tangan Arula.

"Kenapa?"

"Gue gak seriusan minta duit sama lo, gak tega juga gue."

"Tapi kan gue mau ganti-" Arula belum menyelesaikan kata katanya, Fajar sudah menarik lengan kecilnya.

SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang