without glasses

72 34 34
                                    

Happy reading ><

"kakk!! Kak Rula woy."

Suara Vanayang menerriaki kakaknya sendiri, Vana dan Rula sudah seperti kucing dan anjing.

"Apasii Van akkh, brisik lo."

"Kacamata." Vana menunjuk matanya dengan dua jari.

"Eng, nggk gue pake, udah ayo."

"Kesambet paan dah." Gumam Vana.

Devana mengejar kakaknya dan menyusul masuk ke dalam mobil yang akan dikendarai ayahnya.

* ⋆  ⋆  ⋆ *

"Kak." Vana dengan cepat menangkap tangan kakaknya saat turun dari mobil.

"Ehmm apa?!"

"Coklat semalem??"

"Dikasih temen."

"Temen mu yang kemarin ke rumah itu? Yang cakep itu?"

"Hmm serah"

"Minta nomornya!"

"Gak ada."

"Boong banget, pelit lo cih."

"Emang gak ada kenapa sih, lo ada perlu apa sama dia? Ga ada juga kan yaudah lah."

"Kak! Lo tuh napa sih gak ngerti banget."

"Apaan sih."

"Gue suka ma dia, comblangin kek jahat banget diem doang."

"Lah mana tau gue, kalo mau nomornya minta sama Senja aja sana, pengurus kelas pasti punya."

"Bantuin." Vana memasang ekspresi memelas seperti anak kucing kelaparan yang minta diberi ikan tongkol.

* ⋆  ⋆  ⋆ *

Huhh, sebenarnya Arula sudah malas berhubungan dengan Senja. Tapi mau tak mau ia harus meminta nomor telepon Fajar padanya, karena sebenarnya ia juga sudah enggan bertemu kembali dengan si pria aneh.
Tapi Vana yang terus merengek seperti bayi meminta susu, anak itu merepotkan.

"Senjaa." Si pemilik nama menoleh ke arah sang pemanggil.

"Paan ru."

"Punya nomor nya Fajar kan? Minta dong, buruan."

"Ada, bentar gue kirim."

"Oke thanks." Arula sudah enggan berlama lama bersama dengan Senja terlebih sekarang Senja sudah menjadi milik orang lain.

Setelahnya Arula pergi begitu saja dan menjauh dari Senja. Senja cukup heran dengan sahabat kecilnya itu, terlebih hari ini ia tidak menggunakan kacamata. Kacamata itu seperti sudah menjadi ciri khas dari Arula. Tetapi hari ini ia tidak memakainya, itu aneh.

Meski begitu wajah nya tetap indah dan bersinar seperti namanya meskipun tanpa kacamata miliknya.

Tuk

Arula terkejut setengah mati ketika tiba tiba seseorang mengetuk kepalanya hingga menghasilkan suara.

"Bbahh kagetan banget ya lo"
Suara Fajar diiringi tawa renyah nya.

"Hmm, paan." Arula menjawabnya dengan mengerucutkan bibirnya yang akhir akhir ini sering ia perlihatkan tanpa sengaja.

"Gak ada apa apa sih."

"Gak jelas banget si lo."

"Bentar." Arula membalikan badannya dan kembali berhadapan dengan pria tinggi itu, emm dan...
Tampan.

SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang