6 | tentang mereka

133 18 0
                                    

Bisik bisik terdengar di pendengaran Naufal, kata kata kurang mengenakkan terlontar dari mulut yang belum tentu bisa berbicara dengan baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bisik bisik terdengar di pendengaran Naufal, kata kata kurang mengenakkan terlontar dari mulut yang belum tentu bisa berbicara dengan baik.

Naufal memasang earphone dan menenggelamkan wajahnya di lipatan tangan, terlalu malas mendengar gosip-gosip teman sekelasnya.

Tapi tak lama suara gaduh tak lagi terdengar di telinga Naufal yang terpasang earphone yang memang tidak di setel lagu apa pun.

Sebuah tepukan di punggung Naufal rasakan tidak keras hanya menandakan bahwa ada seseorang yang ingin berbicara dengan dia.

" Na, bangun ayo pulang"

Naufal mendongakkan kepalanya mencari tahu siapa orang yang berbicara pada dirinya

"Abang?" Kata Naufal sambil melepas earphone yang menyumpal telinga nya.

" Ayo pulang, bapak ga bisa jemput kamu"

Naufal tersenyum merasa beruntung memiliki kakak sebaik Rendra. Rendra adalah wujud sempurna bagi Naufal jika boleh di sebutkan, Rendra adalah sosok kakak yang di inginkan semua orang dan sosok pendamping yang di idamkan kaum hawa.

" Na jangan bengong ayo pulang"

"Sabar abang, Naufal beberes dulu"

Jika di tanya seberapa beruntung Naufal punya Rendra jawabannya sangat beruntung

Naufal bersyukur, sangat sangat bersyukur di jadikan adik seorang Rendra Derena dan Naufal sungguh berterima kasih pada Tuhan bisa menjadikannya bagian dari keluarga Derena

Naufal bersyukur, sangat sangat bersyukur di jadikan adik seorang Rendra Derena dan Naufal sungguh berterima kasih pada Tuhan bisa menjadikannya bagian dari keluarga Derena

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jendral mengendarai motornya menuju warkop mang Udin, setelah mengirimkan pesan di grup "warkop mang Udin squad " yang di buat oleh Chandra

Berniat mengistirahatkan pikiran sejenak dari segala sesuatu yang menuntut, jika boleh jujur Jendral lelah sangat ingin punya tempat pulang yang nyaman untuk berkeluh kesah, ingin bercerita, ingin punya tempat mengadu tentang kejamnya dunia pada dirinya 

Jendral memarkirkan si janda di dekat asep motor bebek Chandra yang katanya soulmate sehidup semati.

Melangkahkan kaki ke dekat tiga temannya yang tengah duduk santai tak lupa dengan segelas kopi di depan Chandra dan Naufal yang katanya kopi ter enak di dunia per kopian, semangkuk mie instan kuah, sepesial dengan dua telur mata sapi di tambah potongan sawi tanpa batang menjadi menu favorit Rendra di warkop mang Udin.

" Sini Jen kita ngopi, atau mau makan mie? Semua di tanggung si kembar !! " Chandra menunjuk dua Derena yang tengah anteng dengan makanannya

"Bayar masing masing lah Chan!! Tidak ada yang namanya pemerasan di warung mang Udin! Iya ga mang?"

Jendral hanya tersenyum menghadapi kelakuan temannya  Chandra sebenarnya berada di kalangan masyarakat dengan ekonomi menengah ke atas sama seperti dirinya, kembar Derena? Mereka terlahir dalam keluarga yang hanya sebatas cukup tidak lebih. Tapi jika sudah berurusan dengan masalah keuangan mereka selalu bilang, bayar masing masing lah! Hemat itu wajib katanya.

Jika dilihat dari gaya hidup pun mereka lebih memilih pakai sendal jepit ketimbang sepatu bermerk, motor bebek ataupun ducati sama saja yang penting sampai tujuan dan yang paling penting nongkrong di warkop mang Udin lebih nikmat dibanding dengan cafe cafe dengan logo dan merek.

" Mang, Jendral mau mie kaya Rendra juga!! Sawi nya jangan pake batang" seru Jendral kearah mang Udin yang tengah mengaduk kopi pesanan orang lain.

" Tumben Jen ngajak kumpul, kangen kan lo sama gue " celetuk Chandra dengan ekspresi yang minta di gebuk sambil menarik turunkan alis

" Najis Chan!! Lebih ngangenin teh Siti ketimbang lo, iya ga Na?" Senyum jahil tergambar jelas di wajah Jendral

" Saya aduin mang Udin kamu Jen, mau jadi pelakor di hubungan mang Udin teh Siti!! " sela Rendra sambil menyeruput kuah mie langsung dari mangkok

" Apanya yang pelakor atuh jang Ren? " Mang Udin datang dan meletakkan semangkok mie kuah pesanan Jendral

" Engga mang, itu di sekolah saya katanya tukang cireng selingkuh sama ibu guru! "

" Jangan ngomongin orang ah ga baik!, Di saat benernya teh jadi gosip kalau beritanya palsu masuknya jadi fitnah pamali dosanya gede. Amit amit" ujar mang Udin sambil mengelus perut buncitnya yang tertutup kaos singlet putih yang sudah mulai kekuningan San banyak noda-noda pada kaos

Mereka hanya nyengir unjuk gigi, niat awal hanya bercanda yang berakhir dapat ceramah dari mang Udin

" Iya mang maaf ga lagi lagi kaya gitu" ucap Rendra

Mang Udin hanya geleng-geleng kepala melihat empat remaja yang sering datang ke warkop nya, sudah seperti markas pribadi saja warkop mang Udin

" Ga ada les hari ini lo Jen? " tanya Chandra kepada Jendral yang tengah asik memakan mie sambil bermain ponsel

" Lo tau sendiri les gua ga pernah ada habis habisnya Chan "

" Kabur lagi berarti? "

" Ga usah di tanya pun udah jelas Na, tapi kalo saya jadi kamu saya juga bakal lakuin hal yang sama sih. Kabur dari rumah adalah pilihan terbaik "

" Iya bang sama, gue juga ga bakal betah di rumah kalo ibu sama bapak nyuruh belajar mulu bukannya pinter malah nantinya capek. Bukan cuman fisik capek batin juga pasti "

Jendral mem benarkan ucapan Naufal dalam hati. Lama-kelamaan memang terlalu lelah menghadapi sikap sang ibu yang seolah tidak ada habisnya meminta lebih, bukan secara material tapi dalam konteks lain

" Gua jadi iri sama kalian bisa keluar main kapan aja " celetuk Jendral di tengah obrolan mereka

" Jangan iri sama gue Jen, apalagi sama Chandra!! Iri nya sama bang Rendra aja! " Ucap Naufal

" Lah kenapa saya"

" Soalnya bang Rendra banyak yang suka!!"

" Iya banyak yang suka, tapi malah kepincut sama cewek orang!! Beda agama pula haha" tawa Chandra terdenger renyah

" Sialan kamu Chan! "

" Abang ga boleh ngomong kasar, nanti Naufal bilangin ibu loh!! " peringat Naufal sambil menunjuk Rendra

" Yaudah sih Ren, lo pasti pernah denger istilah. Sebelum janur kuning melengkung kan? Pepet aja terus siapa tau jodoh" ucap Jendral

" Saya bisa rebut dia dari pacarnya, tapi saya ga bisa rebut dia dari Tuhannya Jen" lirih Rendra

" Kata kata lo.... Dalem boss" sahut Chandra sambil mengangkat gelas kopi yang kemudian di seruput nya

" Chan mau nginep rumah saya ga?" Tanya Rendra

" Hayu.. gua lagi males sakit hari ini"

--------------------------

Maaf maaf aja ni ya kalo ceritanya gini gini aja...

(Kalian mau tanya sesuatu silahkan di sini ->)

Jangan lupa vote komen yaa....🧡

Arti Rumah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang