Jendral tau dirinya bukan satu-satunya orang yang menderita di dunia tapi kenapa tuhan seperti tidak adil pada dirinya, bukannya tidak bersyukur tapi tuhan menempatkan dirinya dalam keluarga yang harus akan kesempurnaan jendral muak
Tapi jendral sa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jendral masih berada di kediaman Derena belum ada niatan untuk beranjak pulang ke rumahnya sendiri masih asik berbincang dengan teman-temannya merencanakan piknik esok hari -menggelar tikar di pekarangan rumah- boleh di bilang piknik pertama bagi Jendral setelah satu tahun lamanya setelah pecahnya harmonisasi dalam keluarga, ya katakanlah Jenderal itu termasuk jajaran anak yang kurang beruntung dalam masalah keluarga ya katakanlah begitu, hidup bersama ibu yang kehilangan arah nya setelah ditinggal pria yang di cintanya dan kakak yang seperti mati rasa yang atensinya jarang terlihat di depan mata, selama itu juga Jendral hidup di kelilingi manusia-manusia yang hilang arah. Bagaimana tidak menjadikannya frustasi
"Kalo kata gue mah ya besok kita ngaliwet terus malemnya baru weh bakar-bakaran" usul Chandra yang terlihat paling semangat menunggu hari esok, dengan wajah berseri nya dia mengusulkan acara
"Hayu aja sih, tapi bujet nya berapa nih" tanya Naufal yang sejak tadi iya-iya saja menyimak usulan sana-sini dari kakak dan temannya
"Ya pokonamah tong gede teuing, abi teu boga duit" jelas Chandra
"Udah tau miskin, banyak mau nya lagi" sahut Rendra yang membuat Chandra menatapnya sinis
"Besok bakar-bakaran aja lah ga usah ngaliwet, bakar-bakaran nya malem kita ke kumpulnya sorean gimana?" Semua mengangguk setuju dengan usulan tersebut ya.. pikir-pikir masalah bujet susah juga haha
"Sok ayeuna udunan "
Jendral mengeluarkan dompetnya, uang limapuluh ribu Jendral simpan di atas meja di susul dengan yang lainnya mengeluarkan uang yang sama semua uang nya terkumpul dua ratus ribu rupiah untuk membeli bahan-bahan nya seperti sosis ayam dan yang lainnya. Sebagi tuan rumah Rendra dan Naufal bilang tidak perlu mencemaskan alat masak biar mereka yang siapkan
"Yang belanja besok biar saya sama Naufal aja, kalian tinggal dateng jam 5 sore" usul Rendra yang di setujui semuanya
***** Langit jingga sudah mulai menampakkan dirinya bertanda malam akan segera hadir, hilir mudik kendaraan di jalan yang tak pernah sepi dari suara bising nya mobil dan sepeda motor. Salahsatunya jendral yang tengah menunggangi si janda motor kesayangannya menembus jalanan padat kendaraan, Jendral baru pulang dari kediaman Derena dari niat awalnya hanya menjenguk adik teman barunya
Rumah klasik modern 2 lantai terpampang jelas di hadapan Jendral, ya rumahnya. Rumah yang selama ini menampung dirinya menjadi saksi bisu dirinya kehilangan satu-persatu orang dalam hidupnya
Sekelebat bayangan keluar harmonis di ruang tamu masuk dalam pandangan Jendral sosok pria dewasa yang tengah bercanda dengan sosok anak kecil dalam pelukannya dan seorang perempuan juga anak yang kiranya lebih tua dua tahun dari anak laki-laki itu suara gelagak tawa yang seakan terpampang nyata di dengarnya. Jendral melanjutkan langkahnya menuju kamar hilang pula suara tawa itu dari pendengarnya
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Abang hayu kita belanja buat nanti " ajak Naufal pada Rendra yang tengah bermalas-malasan di kamarnya masih dengan kaos singlet dan celana bokser kuning kesayangannya
Hari ini, hari yang di rencanakan sekawan itu untuk piknik "Nanti aja Na masih panas ini, udah ashar aja belanjaannya" keluh Rendra
Jam memang sudah menunjukkan pada angka satu tapi pemuda dengan kaos singlet itu masih tidak mau beranjak dari kasurnya sendiri tadi pagi sedangkan sang adik sudah dengan pakaian mainnya baju kaos hitam dan celana jeans selutut sudah mandi tentu saja
"Kalo nanti pasti ga ke buru ih"
"Kata siapa, udah nurut aja sama Abang"
Naufal mengerlingkan matanya, berjalan keluar dari kamar milik kakak nya merasa sebal dengan sang kakak yang selalu menunda-nunda sesuatu, berjalan menuju sang ibu yang tengah bersantai di ruang tamu menonton sinetron kegemarannya
"Kenapa Na, cemberut aja ibu lihat"
"Itu Bu Abang, Naufal ajak belanja buat nanti dia ga mau, nunda-nunda kerjaan Mulu kalo nanti ga ke buru gimana mana belum mandi lagi kalo nanti keburu ada Jendral sama Chandra gimana" adu Naufal pada sang ibu
Naufal itu tipe orang yang harus selalu tepat waktu berbeda dengan sang kakak yang prinsip nya 'nanti juga selesai' atau 'sistem kebut'. Makanya kalau soal kerjaan Naufal paling sebel sama abangnya yang selalu menunda-nunda
"Ya nanti aja Na, kalo Abang kamu bilang gitu pasti keburu ko"
"Tapi Bu "
"Lagian masih panas kan sekarang mah "
Naufal merengut kesal ibu nya malah membela sang Abang
*** Chandra melangkahkan kakinya menuju kediaman Derena dengan sendal jepit putih bertali hijau yang sesekali menendang-nendang kerikil di trotoar jalan sesekali juga bersenandung riang dengan raut muka terlihat senang
Masih ada waktu satu jam dari waktu kumpul yang di tentukan, sengaja Chandra datang lebih awal untuk ikut ngadem di rumah si kembar. Kalau kata Chandra rumah Derena itu emang paling terbaik buat bertamu soalnya selalu tersedia makanan ringan di atas meja
Dari kecil tempat lari Chandra itu pasti kediaman Derena dengan ibu bapak serta si kembar yang selalu jadi tempat curhatnya
"Assalamualaikum, Rendra... Naufal main yuu.." teriak Chandra di depan rumah sambil mengetuk pintu dan sesekali mengintip pada jendela seperti anak SD yang menjemput temannya untuk berangkat sekolah bersama
"Rendra..Naufal..Main yuu.."
"Masuk aja Chan" terdengar suara perempuan dari dalam sudah di pastikan itu Sari ibu dari si kembar
Chandra masuk menghampiri sari yang ternyata tengah berada di dapur berkutat dengan perabotan masak nya serta sayur mayur dan lauk pelengkap lainnya yang belum di olah
"Kamu sudah makan Chan?" Tanya sari pada Chandra
"Belum Bu, tapi kan nanti mau bakar-bakaran sama Rendra"
"Rendra sama Chandra mana ya Bu" Tanya Chandra yang sejak tadi tidak menemukan atensi si kembar
"Lagi ke pasar belanja buat nanti acara kalian"
"Kirain teh udah belanjanya Bu"
"Kamu tau sendiri Abangnya si Naufal itu ga bisa di buru-buru"
Chandra terkekeh meng iya kan ucapan sari "Kalo om di mana Bu biasanya jam segini ada di rumah"
" Biasa itu lagi ngurus burung-burung dia di samping"
" Chandra ke om ya Bu"
"Iya sok boleh"
Chandra berjalan menyusuri teras pinggir rumah Derena, berjalan mendekati kepala keluarga Derena yang tengah memberi makan burung nya yang terlihat sesekali bersiul-siul pada burung dalam sangkar miliknya
"Om lagi apa"
"Eh Chandra, biasa lagi ini"
Chandra ikut duduk di samping kepala keluarga Derena itu ikut memperhatikan kegiatan sang pemilik burung
"Udah makan Chan"
"Belum om, tapi nanti kan mau bakar-bakaran"
Suatu kebiasaan pasangan Derena itu pada Chandra yaitu menanyai dirinya apakah sudah makan atau belum, suatu kebiasaan yang membuat Chandra senang merasa di perhatikan seakan ada setitik cahaya baginya untuk mendapatkan cinta dan kasih sayang
___________________________________________
Yeyy... update
Maaf lama ya, soalnya aku suka bingung mau nulis apa.semoga betah ya baca cerita aku