9 | Ajang bersyukur

57 5 0
                                    

Jendral Adikara, anak yatim yang di paksa sempurna oleh ibunya memiliki kakak yang terlalu sempurna di matanya bahkan untuk sebanding saja rasanya mustahil. Kesempurnaan yang menjadikannya jauh

Di hidupnya hanya mengenal hitam dan putih, benar dan salah. Hidupnya lancar hanya perlu mengikuti keinginan ibunya maka semua masalah tak pernah ada pikirannya dulu, sampai saat dia merasa bosan dan tertekan ia bertemu warna baru  tuhan kenalkan dia dengan warna lain di warung kopi pinggir jalan saat itu

Ruang putih yang terasa hampa mulai sedikit berwarna, sesuatu yang dia pikirkan salah ternyata tidak sepenuhnya salah dengan sudut pandang lain

Jendral bertemu dengan orang-orang yang mengajarkan bahwa hidup bukan sekedar benar dan salah hitam dan putih. Banyak luka yang jendral lihat lebih dari hitamnya dunianya,banyak salah yang jendral tau bahwa itu tidak sepenuhnya salah di kacamata yang lain.

Di umurnya yang ke 18 Jendral tau bahwa dia terlalu banyak mengeluh tentang tempat pulang di saat dunia nya tak lebih luas dari kamar tidur nya, Jendral terlalu banyak mengeluh ketika orang yang di kenalnya bahkan tak lebih banyak dari ibu, kakak, tukang masak, dan tukang kebun di rumahnya

Ketika Jendral kurang bersyukur atas keluarga nya tuhan perkenalkan Chandra padanya, Chandra yang selalu tersenyum walau banyak luka yang di terimanya

Baru lima bulan Jendral berteman tapi Jendral mengakui bagaimana hebatnya seorang Chandra

Di warung kopi markas mereka Jendral mengetahui fakta mengejutkan tentang temannya itu, di balik senyumnya ada luka yang tak berdasar

Tuhan juga perkenalkan Jendral dengan Rendra, makhluk emosional yang suka marah-marah, emosi nya seluas samudra dengan kesabaran yang tak lebih tebal dari tisu di bagi dua

Dengan kenal Rendra Jendral tau bahwa mengalah bukan berarti kalah, dan kalah samasekali tidak memalukan

Satu lagi ada Naufal si bungsu kelahiran 2005 yang paling muda di antara semua

Juga jendral senang kenal dengan keluarga Derena keluarga Cemara yang jendral tau

Saat ini jendral tengah bersantai di teras rumahnya, menikmati hari Minggu pagi yang terasa sejuk setelah hujan malam tadi  suara musik dangdut yang mengalun dari rumah sebelah selalu sama setiap minggunya

Kopi susu menemani Jendral pagi ini, sebenarnya jendral bukan pecinta kopi lima bulan yang lalu tapi saat ini Jendral menobatkan dirinya sebagai pecinta kopi dari hari di mana dirinya menginjakkan kaki di warung mang Udin, walau jenis kopi yang bisa jendral nikmati hanya kopi susu.

Suara decitan kursi di sampingnya jendral dengar, Jeffri kakak nya tiba-tiba duduk dengan santainya menyeruput kopi miliknya ada apa gerangan kakak nya satu ini bukannya hubungan mereka tidak se akrab itu untuk berbagi secangkir kopi, delikan mata Jendral berikan pada pemuda berkaos singlet putih itu

"Apa?" ujarnya tanpa merasa bersalah sudah menyeruput kopi milik Jendral

"Apa?" Jendral menyahut, canggung suasana yang bisa di gambarkan saat ini.

Setelah sekian lama jendral kembali duduk bersampingan dengan kakak nya

"Ngopi Jen?"

Jendral bingung menjawab apa, apa kakak nya itu tidak bisa melihat dan menyimpulkan apa yang tengah ia lakukan, aneh sekali. Sedangkan di sisi Jeffri dirinya pun bingung harus bicara apa lagi

"Engga bang, lagi ngadain hajatan. Ini orgen tunggal biduan nya lagi nyanyi" sahut jendral

Hening lagi

Jeffri tak suka dengan keheningan, dirinya merasa sepi dan tidak akan pernah mau bersahabat dengan sepi

"Ngomong sesuatu gitu Jen, jangan diem-dieman. Sariawan lo " ujar Jeffri yang melihat adiknya tengah menatap lalu-lalang motor di jalan depan rumah mereka

Jendral mengalihkan pandanganya pada sang kakak, mencoba menelisik apa yang aneh dari Jeffri hari ini tapi tidak ada yang aneh semua terlihat normal Jeffri masih dengan ketampanannya meski masih menggunakan baju singlet dan celana kolor

"Makan kadal berapa biji lo hari ini bang?" Pertanyaan ngawur dari jendral membuat Jeffri tersedak kopi yang di minumnya, kopi jendral tentu saja karena cuman ada satu cangkir kopi di meja

"Tuh kan, jangan minum kopi gue ah.. bikin sendiri sana!"

"Pelit banget lo, kopi sachet serebuan juga"

"Yee, serebu juga tetep duit ya ga usah sok iye deh lo"

"Bang, udah lulus lo mau lanjut ngapain? " Lanjut jendral bertanya penasaran apa yang akan kakak nya kerjakan

"Lanjut kuliah lah, nurut kata mama" jawab Jeffri seadanya

Hidup Jeffri itu sudah tersusun dan sudah ter setting harus seperti apa yang ibunya mau

"Kalo lo?"

"Kayanya gue mah mau bikin warung kopi aja deh bang atau ternak lele kalo bisa" jawabnya spontan

Jeffri terkekeh mendengar jawaban adiknya " nanti gue bantu ngomong sama mama" 

"Mandi sana bang, temen gue nanti mau main ke sini malu nanti punya kakak buluk kaya lo"

"Punya temen lo?" Lirik nya tak percaya, adiknya yang nolep akut punya teman. Harusnya menjadi sejarah keajaiban dunia

Jendral tersenyum setelah kakaknya beranjak dari kursi, setelah sekian lama barusan adalah gurauan pertama mereka setelah canggung yang berlebihan selama hampir satu tahun, jendral berharap untuk kedepannya dia bisa akrab lagi dengan Jeffri seperti dulu

Mata Jendral menangkap tiga orang yang tengah berdiri di depan pagar, telinganya mendengar perdebatan kecil antara Rendra dan Chandra sementara Naufal terlihat tertekan, menahan malu atas tindakan orang-orang yang satu tahun lebih tua darinya itu

"Woy masuk ngapain kalian di situ nanti di kira gelandangan" teriak Jendral dari teras rumahnya

"Assalamualaikum" ucap mereka serentak

"Selamat pagi yatim" ucap Chandra pada Jendral yang di hadiahi pelototan dari Naufal

"Pagi juga, ortu ganda" balas Jendral sembari tersenyum

"Keluarga Cemara ga di ajak ya maap"




————————————————————-

Halo hai semuaa, jumpa lagi setelah sekian purnama....

Vote dan follow jika sukaaa


Arti Rumah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang