10| Luka Chandra

109 10 0
                                    

Saat itu, saat dimana anak sekecil itu belum mengenal kata kecewa dia hanya tau untuk tertawa dan menanti hari esok untuk terus bermain. Saat dimana orangtuanya masih saling terikat asmara saling membuat serabut merah muda di pipi masing-masing, masih banyak tawa ketika kecil beranjak remaja mengenal luka saat dewasa apa bisa mengenal cinta?

Chandra mangata namanya, anak tunggal dari pasangan Dian dan Arya. Perangai nya ceria tapi menyimpan banyak luka, tak mudah di tebak apa yang Chandra rasa

Rintik-rintik air hujan berlomba turun untuk sampai di permukaan tanah, hujan yang semakin lama semakin deras menjadi alasan banyaknya manusia untuk tidak memulai kegiatan dan lebih memilih meringkuk di dalam hangatnya pelukan selimut.

Berbeda dengan Chandra di saat semua orang menghindari dinginnya suhu di luar ruangan, Chandra malah bersiap untuk pergi keluar dengan sweater hijau yang melekat pada tubuh dan payung lipat dalam genggaman.

Helaan nafas terdengar ketika Chandra menyentuh gagang pintu, tidak dengan senyuman yang biasanya selalu melekat pada bibirnya hanya ada wajah tanpa ekspresi yang ia keluarkan

Chandra lebih suka sunyi daripada suara ribut pecahan piring dan gelas dari lantai bawah di tambah suara teriakan dan makian yang keluar dari mulut orang yang merasa dirinya paling benar.

Chandra keluar dari kamar, serpihan serpihan keramik dari pajangan yang awalnya berbentuk sekarang berhamburan di lantai tanpa ada gunanya lagi

Ia berjalan hampir melewati dua orang yang sedang beradu emosi dengan wajah memerah menahan amarah tak ada lagi merah muda malu-malu seperti waktu itu dalam ingatannya

Sebuah pukulan di kepala menyadarkannya dari lamunan di dapatnya tanpa alasan dan tanpa penjelasan, orang yang memberikan hanya perlu pelampiasan dari kemarahannya

" Mau kemana malam malam begini Chandra!! " Intrupsi sang ayah dengan suara lantang tidak perduli jika suaranya bisa melukai hati sang anak

"Jangan pukul anakku sialan!!"

" Diam kamu jalang!! Urusi saja masalah mu!! Sejak kapan kamu perduli dengan anakku !?"

" Anak kamu? Kamu ga pantes di sebut papa brengsek!!"

Anak?, Ibu?, Papa?. Ahh... lucu sekali lawakan mereka, merasa menjadi orang tua yang paling baik patut di tiru oleh orang tua di luaran sana.

Prang....

Suara pecahan dari pas bunga mengalihkan perdebatan kedua nya pada sang pelaku, Chandra mengepalkan tangannya dengan pandangan mata yang lurus kedepan menusuk siapa saja yang berani menatapnya

Rasa yang selama ini terpendam tentang pertanyaan-pertanyaan kenapa dan kenapa, kenapa hidupnya begitu berantakan, kenapa orang tua nya bertengkar, beribu pertanyaan kenapa yang memenuhi kepalanya

"Kenapa pulang?" Tanyanya tanpa mengalihkan pandangan pada tembok di ujung ruangan enggan melihat wajah-wajah yang terasa asing baginya

" Chandra sayang, apa maksud kamu nak?" Tanya ibu Chandra yang berusaha mendekat putranya

" Gue tanya kenapa kalian pulang? masih inget sama rumah rupanya huh!!"

" Yang sopan sama orang tua Chandra, kamu ini kenapa mana sopan santun mu. Mau papah pukul lagi hah!" Ucap Arya selaku papah Chandra

"Papa mau pukul Chandra sok aja, sejak kapan papa minta ijin buat mukul Chandra?"

"Ayo pukul Chandra lagi pa!! Pukul!!"

Chandra meraih sebuah pas bunga di dekat tangan nya,dan menyerahkan nya pada Arya "Lempar Chandra pake itu, kaya yang biasa papa lakuin ke Chandra,siksa Chandra sepuasnya"

Arti Rumah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang