part. 23

152 20 5
                                    


    Suga dan namjoon melangkahkan kaki mereka menuju ruang kelas. Hoseok tidak ikut karna luka di perutnya belum pulih sempurna. Namjoon tersenyum di sepanjang perjalanan karna banyak mahasiswa yang menyapanya. Berbeda dengan suga yang tetap memasang wajah dingin. Tidak ada satupun mahasiswa yang menyapanya karna sifat dingin yang ia miliki. Beberapa mahasiswa juga banyak yang kapok menyapanya karna pria itu bahkan tidak  mau repot-repot menolehkan wajah saat disapa. Bisa dibilang 70% dari mereka menderita trauma. Wkwk..

   Suga dan namjoon sudah sampai dikelas saat dosen Sudah mulai memberi materi. Mereka yang seperti tanpa dosa tetap berjalan melewati dosen yang tengah menatap mereka dengan marah.

   "Hei. Apa yang you berdua telah lakukan ?" Ucap dosen pria tua itu dengan menggunakan sedikit logat Inggrisnya.

   "Mana yang satunya lagi ? Kenapa tidak berangkat ?"  Dia menatap suga dan namjoon sampai kedua pria itu benar-benar duduk di tempat istikomahnya. Dosen itu mengerutkan keningnya dan langsung melanjutkan pelajaran. Ini bukan kali pertama mereka melakukan hal serupa. Mereka telah melakukan hal itu hampir setiap hari. Ini adalah hal wajar di universitas itu, maka para dosen sudah sangat memakluminya. Sebaliknya, dosen-dosen itu akan merasa aneh jika mereka datang tepat waktu.
 
  Namjoon duduk tegap sambil memperhatikan suga yang sejak tadi telah sibuk denga handphonenya.  Pria berlesung itu mengintip sedikit layar handphone suga yang memperlihatkan sebuah foto wanita.

   "Ow !" Pekiknya karna sedikit terkejut. Seluruh isi kelas memperhatikannya. Dia tersenyum canggung dan menggaruk bagian belakang kepalanya.

   "Apa yang terjadi namjoon ? You baik-baik saja ? I see dari tadi kalau you sama sekali tidak fokus ikut belajar in here. You bisa left jika tidak ingin study." Dosen itu menatap tajam namjoon.

   "Maaf.. I hanya terkejut. You tidak usah ambil pusing." Ucap namjoon sambil mengikuti gaya bicara dosen tua itu. Seketika wajah dosen itu terlihat kesal.

   "Apa yang you katakan ?! Left you dari here !" Bentak dosen itu karena terlalu kesal.  Dosen itu beralih menatap suga yang masih asik dengan dunianya sendiri.
"And you yang pegang handphone ! Keluar you dari kelas I."

    Suga yang merasa dirinya diusir pun langsung berdiri dan hendak meninggalkan kelas dengan santai. Pria itu menenteng tas hitamnya di pundak kiri. Namjoon mengikutinya dari belakang.
   
  "Terserah you saja." Ucap suga cuek saat melewati dosen itu yang disambut gelak tawa oleh seluruh penghuni kelas itu.

   "Hyung.. katakan, siapa wanita itu." Ucap namjoon yang sangat penasaran dengan wanita yang ada di handphone suga. Namjoon tidak pernah mengetahui jika suga punya kekasih. Dirinya juga tidak pernah mengetahui jika suga pernah membawa wanita kerumahnya, atau hanya sekedar menyebut nama gadis itu.

  "Pergi saja kau. Kenapa mengikutiku ?" Ucap suga kasar. Namjoon yang sudah terbiasa dengan sikap hyungnya hanya sedikit tersenyum.

   "Aku disini juga karna kau ! Aku sangat terkejut melihatmu yang sangat fokus dengan foto wanita di handphonemu." Ucap namjoon tak kalah kasar pada hyungnya.

   "Nanti kau juga tau sendiri." Ucap suga sedikit melunak. Ia menghentikan langkahnya dan menatap namjoon. "Apa pria sepertiku layak memiliki kekasih ?"

   "Tentu saja. Kenapa kau bertanya seperti itu." Ucap namjoon yang tak mengerti arah pembicaraan suga.

   "Abeoji baru memberitahuku tentang ini, tepat sebelum ia menghabisi nyawanya sendiri. Ternyata dia telah menjodohkanku dengan Rae-in sejak aku baru lahir." Ucap suga sambil menundukkan kepalanya.

  "R-rae.. Rae-in noona ? Benarkah ?!!!" Ucap namjoon kegirangan sendiri mendengar ucapan suga. Pria itu tidak menyangka bahwa hyungnya itu akan dijodohkan dengan cinta pertamanya sendiri. Daebak !!!
 

   Suga kembali berjalan dan berhenti di parkiran. Ia menaiki mobil dengan cepat untuk menuju rumah dengan namjoon yang tidak dapat melepaskan senyuman dari wajahnya.

  "Siapa yang telah mengetahui ini selain aku, hyung ?" Tanya namjoon antusias.

  "Kau dan Seokjin Hyung." Ucap suga cuek.

   "Aku akan memberi tau hal ini pada semua orang." Ucap namjoon dengan menggoda hyungnya. Ia sangat bahagia mendengar kabar ini karna ia dan seluruh keluarganya tau bahwa suga telah menyukai Rae-in sejak masih SMP. Tapi, sayangnya Rae-in tidak pernah mengenal suga karna mereka berbeda kelas. Lalu, mereka di pisahkan oleh masa SMA karna Rae-in mengambil sekolah itu di luar negri. Dan kini dipertemukan lagi saat duduk di bangku kuliah, tapi sayangnya mereka tidak mengambil jurusan yang sama. Alhasil selama ini suga juga berpura-pura untuk tidak mengenal gadis itu.

__________
______________💕__________________
___________________________________

   "S-s-su-suga ??? Min suga ??" Tanya Rae-in tidak percaya pada ayahnya. Matanya membulat sempurna karna saking terkejutnya.

  Apakah benar jika dirinya akan dijodohkan dengan pria sedingin es itu ?

   Rae-in meremas ujung bajunya. Itu adalah kebiasaannya ketika sedang gugup. Seketika dahinya berkeringat. Bagaimana bisa ayahnya mengatakan hal itu dengan sangat mudah ?

  "K-kenapa ayah ga bilang dari awal ?"

  "Ayah akan bilang. Tapi ayah masih menunggu waktu yang tepat."
 
Satu butir air matanya berhasil lolos keluar. Sedih ? Tentu saja tidak... Gadis itu dapat menyembunyikan rasa bahagianya didalam hati. Pria yang bernama Min suga itu adalah pria yang telah menarik perhatiannya sejak masih duduk di bangku SMP. 'Pria dingin dengan sejuta kharisma' sangat cocok untuk menyebut pria yang sangat ia idam-idamkan itu.

   Selama ini, Rae-in bukan tidak mengenal keluarga itu. Tapi dia hanya berpura-pura tidak menganal mereka karna ingin mengubur dalam-dalam perasaannya yang ia pendam pada suga selama ini.

   Tapi kenyataan berkata lain. Tuhan kembali mempertemukan dirinya dan suga di satu universitas yang sama, dan kembali membuat hatinya terpesona akan wajah, sifat, dan talentanya ketika bermain piano saat itu.

   Rae-in memegang dadanya. Ia masih mengenakan kalung emas dengan mainan besi yang ia dapat dari jimin. Mainan besi itu adalah hadiah dari jimin yang ia ambil dari kamar suga.  Jimin adalah adik kelas semasa SMP-nya yang sangat polos. Pria kecil itu mau melakukan apapun demi Rae-in yang dimatanya terlihat cantik.

  "Kau sudah mengenal orangnya kan ?" Tanya ayahnya yang mengeluarkan sebuah foto dari saku kemejanya. Rae-in menerima uluran foto itu dan menatapnya. Jantungnya berpacu dengan cepat.

   "Sebenarnya, dulu kau ayah jodohkan dengan Seokjin. Tapi tuan si-hyuk membatalkan perjodohan ini saat Seokjin duduk di bangku sekolah dasar dan memilih untuk menjodohkanmu dengan Suga." Ucap ayahnya sambil mengelus rambut Rae-in dengan kasih sayang. "Karna pada saat itu Seokjin tumbuh dengan jiwa psikopat rendah. Ia telah menuruni sikap ayahnya dengan sangat sempurna."
 
"Psikopat ?" Rae-in terbengong mendengar ucapan ayahnya.

  "Ya.. mereka semua adalah psikopat. Dan Suga adalah kepala mavia bangtan. Ayah telah menjodohkanmu dan suga dengan penuh pertimbangan. Suga sangat mencintaimu, dan dia akan menjaga semua orang-orang yang ia cintai."
 
"Bagaimana mungkin ?" Tanya gadis itu dengan air mata yang kembali turun membasahi pipinya.

   "Suga telah menyukaimu sejak SMP." Ucap ayahnya denga tersenyum lebar. Rae-in memeluk erat tubuh ayahnya. Ia menangis di dada pria yang telah membesarkannya itu. Ternyata ayahnya masih mengingat curhatan Rae-in saat SMP tentang dia yang menyukai Suga.

BTS Physco [TAMAT]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang