Runa POV.
Pandangan ku menerawang keatas awan.Mengingat hal itu cukup membuat hatiku begitu sangat senang.Andai saja aku dapat membaca isi hatinya.Oh,betapa bahagianya aku.Tapi sayang aku tidak tau apa yang dia rasakan pada ku.
Seperti drama korea yang berjudul I heart your voice yang menceritakan seorang pria, yang mampu membaca isi hati semua orang.Walaupun itu sangat menyakitkan untuknya.Jadi kita tau mana yang tulus dan tidak.
"Aaaiisshh,kenapa aku malah ngelantur kemana-kemana gini si?"Dengan memukul kepala ku sendiri.
"Woiii,belendung jagung!"Siapa lagi yang memanggilku dengan sebutan seperti itu,kalo bukan sahabat terbaik ku, Tifani.Aku menoleh kearahnya dengan melempar seulas senyum.Tifani mendaratkan pantatnya diatas rumput dan duduk disebelahku dengan menyelonjorkan kakinya.
"Pegel banget ni kaki."Tuturnya.dengan memukul-mukulkan tangannya ke kaki.Aku hanya tersenyum melihatnya.
Tifani ini salah satu sahabat terbaik ku.Wajahnya cantik,kulitnya putih dan matanya itu memancarkan keteduhan bagi siapa saja yang melihatnya.Seandainya aku seorang pria mungkin sudah lama aku memacarinya.Membayangkan hal itu membuatku terkekeh sendiri.Sebuah pemikiran yang sangat konyol bukan?Jadi,jangan disalah artikan ya ucapanku tadi.
"Bye the way any why, yang katanya dua hari ini lagi sibuk terus,sebenernya lo sibuk ngapain si?"Tanyanya.mengambil gelas es kelapa yang kupegang.
"Ihhh,beli sendiri sana!"Tanpa dosa dia malah menghabiskannya sekali teguk.Aku hanya Menghela napas.Sahabat ku ini malah cengengesan melihatku.
"Ada deh." Jawaban ku malah membuat Tifani mendekatkan wajahnya kewajahku.Menatapku insten.
"Ok,main rahasia-rahasiaan ni sekarang."Tiffani memasang wajah cemberut.
"Gitu aja ngambek."
"Makanya,cerita dong."Rengeknya.
"Lo inget gak,sama cowok yang pernah gue ceritain waktu itu?"
"Cowok yang mana?"Dahi Tifani berkerut mencoba untuk mengingatnya.
"Hai,Runa!" Sapa Aryo teman satu sekolahku.
"Hai,yo." Aku melambaikan tangan kearah Aryo.
"Hai,Fan!"
"Hmm,"Jawab Tifani malas melihat Aryo dengan memalingkan wajahnya kearah lain.
"Judes banget si jawabnya.Gue duluan ya Na." Aryo berpamitan kearah ku seraya melirik Tiffani.
"Bodo!" Tifani masa bodo dengan memutar bola matanya judes.Aku tau sebenarnya Aryo menyimpan perasaan ke sahabatku ini.Tapi sayang sifatnya yang terlalu dingin terhadap kaum adam.Membuatnya selalu bersikap sinis,jutek dan judes seperti saat ini. Melihat Aryo seolah-olah seperti virus yang mematikan.
Dibalik sikap dan omongannya yang selalu bersikap kasar,sebenarnya Tiffani punya kepribadian lembut dan penyayang lho.Seperti ada benteng pertahanan kokoh yang membuatnya bersikap dingin dan diffensif bukan karena dia angkuh dan sombong.Tapi karena ada faktor tertentu yang membuatnya seperti itu,mungkin karena masa lalunya atau ... Entah lah.
"Mang siapa si?"aku lupa yang mana." Tiffani memasang tampang keponya.
"Udah, lupain aja gak penting juga." kata ku dengan memainkan hanphone smartphone milikku. Membuka salah satu media sosialku. Ada banyak tanda notifikasi,ku buka satu persatu pesan yang masuk.Mata ku membulat."Ini kan .... " Aku tidak dapat menyembunyikan rasa keterkejutan ku.
"Siapa?"Tiffani melongok kearah hanphone ku.Matanya melotot seperti ingin keluar dan menutup mulutnya dengan tangan.Aku menatap Tiffani nanar.Tiffani menatap ku dengan mata berkaca-kaca.
Aku pun memeluk tubuh Tiffani kedalam pelukan ku dan membiarkannya menangis sepuasnya.Membuat ku miris melihatnya.
****
Runa POVSetelah hari itu.Ku lihat Fani sudah kembali seperti biasa.Tidak ada lagi kesedihan diwajahnya.Aku senang nelihatnya kembali ceria dan jutek.Walaupun mungkin hanya fatamorgana dirinya.Tapi itu lebih baik dari pada harus larut dalam kesedihan terus-menerus.Hanya karena seorang Angga, cowok brengsek.Mengingat kejadian dua tahun lalu rasanya,grrr membuat Almarhum kak Nara ingin menjebloskannya kedalam penjara dan menghajarnya habis-habisan.
Andai waktu itu kak Nara terlambat meyelamatkan Tiffani.Entah apa yang akan terjadi padanya.Aku menarik napas panjang,ada penyesalan yang begitu dalam.Mengingat hal itu dada ku terasa sesak.
Aku menengadahkan wajahku keatas menahan air mata ku untuk tidak keluar.Tapi yang terjadi air mataku keluar dengan derasnya.
"Sesak sekali ya,Allah rasanya."Aku memukul-mukulkan dadaku yang semakin terasa sesak.Sulit sekali untuk ku dapat bernapas,suara ku tercekak ditenggorokan,sakit.
Tanpa aku sadari Tiffani sudah ada didepanku,menatapku pilu. Dengan memeluk tubuhku dan membiarkanku menangis.
Tidak ada yang tau,betapa sakitnya mengingat orang yang sangat berharga dalam hidup kita kecuali, Runa.Tidak ada yang dapat mengerti bagaimana rasanya kehilangan yang begitu dalam kecuali,Runa.Hanya mereka yang mengalami hal yang sama seperti Runa mungkin mereka dapat mengerti luka bathin Runa karena sebuah kehilangan.
----------------------------
Maaf yaa updatenya lama :) .. Ada yang kangen samaa Mass Virendra gak?Kalo ada yang kangen kasihh Vote'a dong yang banyakk biarr tambah semangatt buatt nulissnya. ... Jangan lupaa kasih kritikan n masukan yaa untuk memperbaiki tulisan aku :) :D ..
Salam kecupp :* buatt kalian semuaaaaa ({}) ...