Stuck

4 2 0
                                    

Happy reading ,sorry for typo🙏🙏

Bulan baru dipelupuk mata, September ceria katanya. Tapi tidak bagi Satya, ceria yang bagian mananya??

Sinar matahari begitu terik diluar sana, seolah menyayat kulit dengan kekuatan sinar ultranya. Satya berkali-kali menghela nafasnya. Kali ini bukan lelah raganya, tapi jiwanya seolah berteriak..Dia terjebak pada perasaan yang dia ciptakan sendiri, terjebak pada rasa yang seharusnya belum semestinya ada dalam hatinya.

"Ngopi yuk bro, dah siang nih. Ngantuk gue". Seloroh Dani tiba-tiba dari arah pintu ruangan Satya.

Satya mengangguk, kemudian membereskan kertas-kertas laporan diatas mejanya. Keduanya melenggang menuju kedai kopi di seberang kantor mereka.

Meski keduanya kaum milenial yang kebanyakan hobi ngafe, tapi tidak dengan dua karib tersebut. Bukan karena tak mampu membeli secangkir kopi puluhan ribu, tapi sayang uangnya mending buat ngisi tabungan di masjid. Benar-benar karib until jannah,itu impian keduanya. Ingin sama-sama menuju kebaikan.

💙💙💙

Di lain tempat dengan jam dan waktu yang sama seorang perempuan keluar dari ruang kelas kedua tangannya sibuk membawa hasil tugas yang ia berikan pada anak didiknya.

Salma....yah perempuan itu Salma, dia bekerja sebagai guru honorer disebuah sekolah dasar negeri di kota tempat buleknya tinggal atau adik dari ibunya.

" Bu Salma belum pulang?" Tanya pak Narto penjaga sekolah, karena saat itu hanya dia guru yang masih tersisa diruangan yang cukup luas untuk menampung sepuluh guru.

"Bentar lagi pak, nih tinggal masukin tugas anak-anak." Salma menyahuti seraya memasukkan setumpuk hvs kedalam stopmap plastik. Semenit kemudian dia melenggang keluar ruangan dan pamit pada pak Narto. Dia berjalan sambil melirik arlojinya.

"Masih pukul satu". Salma membatin. Dia mengambil sepedanya ditempat parkir. Ternyata masih ada pak Ali rekan mengajarnya. Pria itu berjalan menghampiri Salma.

"Kirain mau nginep di sekolah bu ". Pak Ali berdiri disamping sepeda Salma.

"Pak Ali ini ada-ada aja, mana berani saya pak". Sahut Salma sambil terus menundukkan pandangan. Dulu.. Dulu sekali Salma begitu mengagumi sosok yang tengah berdiri disampingnya,   Ali adalah teman seangkatannya waktu masa putih biru dulu, laki-laki itu begitu rajin ibadah, agamanya bagus, jangan lupakan packagingnya yang membuat para hawa mengelu- elukan ingin menjadi pacar halalnya.

Mengingat itu Salma geli sendiri sekarang. Setelah mengenal pria itu kurang lebih satu tahun ternyata...didunia ini tidak ada yang sempurna. Untung saja Salma hanya memuji tidak lebih.

"Assalamualaikum..." Sesampainya dirumah bulek Sari yang tak lain adik dari ibunya, Salma merebahkan diri di sofa, rumah buleknya tidak terlalu besar juga tidak kecil. Siang-siang seperti ini pasti rumah itu sepi. Bulek dan pakleknya memiliki kedai bakso didekat alun-alun kota, mereka lebih banyak menghabiskan waktu disana sampai larut, terkadang sampai bermalam kalau kedai itu benar-benar ramai. Sedang anak semata wayang buleknya masih sekolah dibangku kelas 7, dan baru akan pulang saat menjelang sore karena harus turut les sepulang sekolah.
          
"Hufht..capek". Gadis itu menghela nafas kasar. Langkahnya berat memasuki kamar mandi , membersihkan diri kemudian melaksanakan kewajibannya empat rakaat.

 Segala doa terbaik ia langitkan.
Tak lupa berdzikir memohon kelimpahan kebaikan dalam hidupnya. Dia tak tahu di belahan bumi yang sama ada seorang laki-laki yang tulus melangitkan namanya. Bahkan tak pernah terbersit sedikitpun dalam hati dan pikirannya bahwa laki-laki itu Satya...
          

Seven Year laterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang