Assalamualaikum gaess, meski masih sepi peminat di lapak aku, aku akan tetep lanjutin sampai akhir yaa... Makasih buat yang udah dukung dan baca cerita aku yg masih banyak minus nya..
Happy reading....sorry for typo🙏🙏🙏
Tak terasa lima hari sudah Salma berada dirumah kedua orang tuanya, malam ini adalah malam terakhir Salma tidur di kamarnya.
Salma terlihat mengemasi barang bawaannya saat bu Nita memasuki kamarnya.
"Besok biar di antar Syifa aja ya nduk...". Bu Nita duduk di tepi ranjang sembari ikut membantu putrinya membereskan barang bawaannya.
Salma tersenyum kemudian menggeleng.
"Salma naik angkutan umum aja bu, lagian Syifa kan ada kegiatan ekstra di sekolahnya, ibu nggak perlu khawatir sama Salma". Ujar Salma menenangkan ibunya.Sedari dulu ibunya tak pernah tega membiarkan Salma pergi sendirian. Seolah bu Nita ingin menebus saat-saat ketidak bersamaannya dengan putri keduanya itu.
Tetapi Salma selalu merasa tidak enak terhadap kedua saudarinya itu, takut jika mbak Nanda dan adik bungsunya Syifa cemburu atas kasih sayang ibunya yang berlebih terhadapnya.
Bu Nita menghela nafas berat.
"Ya udah, yang penting kamu hati-hati". Seloroh bu Nita kemudian.Salma tersenyum, sesungguhnya ia enggan pergi meninggalkan ibunya secepat ini. Tapi libur semester ganjil hanya satu minggu.
Selama berada dirumah Salma juga selalu menghindari bapaknya, bukannya ia ingin berlaku tidak sopan, ia hanya lelah berdebat dan memilih untuk berdiam diri di kamar.
"Ibu tidur disini aja yaa...". Pinta Salma pada ibunya.
"Iyaa...". Keduanya kemudian berbaring setelah merapikan barang-barang yang akan Salma bawa esok hari.
Dilain tempat namun dalam waktu yang sama terlihat seorang pemuda tengah uring-uringan, siapa lagi kalo bukan Satya.
Saat ia tahu gadis pemilik separuh hatinya itu tengah berada di kampung halamannya. Dia tahu setelah bertanya pada pak Imam dua hari setelah kepulangan Salma.
Dia ingin lebih dekat dengan Salma, tapi bagaimana.. ia terlalu pasif. Gadis itu juga seolah memasang dinding tinggi untuk membatasinya dengan makhluk bernama laki-laki.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi,memperlihatkan notif pada sebuah aplikasi berwarna hijau berlogo telpon.
Nama yang tertera pada layar ponselnya membuat dahinya mengkerut.
Nia:
Hai Satya, lagi apa? Aku ngganggu g nih, besok bisa makan siang bareng g?Me:
Lihat besok ya Nia, Aku g bisa janjiNia:
Ok..Lagi-lagi gadis itu berusaha mendekatinya, bukan untuk menjadi sahabat seperti waktu mereka sama-sama masih anak-anak, tapi ini lebih dari itu. Satya tahu dari Dani karibnya, bahwa Nia menaruh hati padanya.
Bukan Nia yang ia harapkan tetapi Salma, namun semua terasa rumit. Hatinya telah mantap memilih Salma sebagai labuhan hatinya, tapi rasa ketidakbisaannya membuat ia terkadang sulit menolak ajakan Nia untuk bertemu.
Malam semakin larut, mendung menggantung diatas langit. Semilir angin menerpa wajah Satya.
Sedari tadi dia memang berdiri di balkon kamarnya. Hatinya tengah gulana. Ia harus segera menemui Salma. Diterima atau tidak rasa yang ada dalam hatinya itu masalah nanti.
💙💙💙
Pagi menjelang, meski mendung sisa semalam masih menghampar di angkasa.
Waktu menunjukkan pukul 06:30 wib, Salma tengah bersiap menunggu angkutan umum di seberang jalan tepat didepan rumahnya. Ia sengaja berangkat pagi-pagi karena ia akan punya banyak waktu untuk istirahat sesampainya dirumah bulek Sari.
Setelah sepuluh menit menunggu, akhirnya mobil berwarna biru muda berplat kuning berhenti tepat di depannya, didalamnya sudah hampir penuh dengan penumpang yang akan menuju kota.
"Salma pamit ya bu, salam buat bapak". Salma menyalami punggung tangan bu Nita.
"Hati-hati ya nduk..."
Salma mengangguk. Sedetik berlalu mobil berplat kuning itu melaju meninggalkan kampung halaman Salma.Semoga bapaknya tak marah jika ia tak berpamitan langsung padanya, ia tak ingin mendapat kata-kata yang lebih melukai hatinya seperti tempo hari.
Setengah jam dilalui Salma dengan mendengar celoteh para penumpang yang lain. Tak terasa ia sampai pada tujuan, Salma berhenti disebuah pasar yang cukup luas tempat biasa angkutan umum berkumpul didaerah tempat ia meniti karir sebagai pendidik.
Salma tampak menghela nafas, kalau ia lanjutkan dengan berjalan kaki akan membutuhkan waktu setengah jam atau mungkin lebih karena jarak pasar dan rumah bulek Sari sekitar 1km, pasti kakinya akan terasa ngilu setelahnya.
Ia memang sengaja tak meminta Syifa untuk mengantarnya, ia tak ingin merepotkan adiknya itu, Salma memang seperasa itu, hatinya mudah tergores meski hanya dengan kata-kata yang terkadang orang anggap sebagai guyonan tapi bisa membuat hati Salma sakit.
Salma menyusuri jalanan pasar yang tampak becek karena hujan semalam. Sesekali ia terlihat melompati genangan, ia sedikit menyingsingkan gamis yg ia kenakan, untung saja ia memakai leging, jadi tak sampai memperlihatkan auratnya.
Dari kejauhan tampak seseorang tengah tersenyum melihat tingkah lucunya. Salma semakin terlihat mendekat kearah seseorang yang menatap gerak geriknya sedari tadi.
Saat jarak keduanya hanya terpaut 1 meter.
"Assalamualaikum Salma..."
Salma menoleh ke sumber suara.Alhamdulillah...Segini dulu ya gaess...aku akan segera nyelesaiin nih cerita...mumpung lagi g terlalu sibuk..terimakasih buat yang udah mampir kelapak aku 🙏🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Year later
Короткий рассказIni adalah kisah hati yg menjaga rasanya hanya untuk satu orang,selama hampir 7tahun...rasa ini tetap ada...tetap sama, untuk orang yang pernah ada dalam kesehariannya dulu.... Satya Nugraha, laki-laki berparas tegas,dengan kulit sawo matang,tinggi...