Flashback on (2)

5 2 2
                                    

Happy reading gaess.

"Duh yang abis jalan sama babang Satya". Goda bu Nita yang tak lain ibunya Salma, saat ia melangkah masuk rumah bercat hijau muda itu.

"Apa sih bu, aku tuh belajar kelompok ya bukannya jalan". Dengus Salma sebal pada ibunya ini yang selalu menggodanya sama seperti kakak dan adiknya, Salma tiga bersaudara.

 "Massa..." Timpal Syifa yang tak lain adik bungsunya yang super jail. Nanda kakaknya hanya melirik ke arah Salma yang terlihat menenteng gulungan kertas hasil presentasi, Nanda bukan tak perduli, dia hanya sedikit cuek orangnya. Salma dan kakaknya hanya berjarak lahir 1 tahun.

Waktu itu bu Nita begitu kewalahan mengurus dua bayi, maka dengan berbesar hati neneknya mengasuh Salma hingga ia berusia 15 tahun. Setelah neneknya meninggal Salma kembali tinggal bersama kedua orang tua dan saudara-saudaranya.

 "Auuu aah....capek". Sahut Salma sekenanya.

Jujur ia capek, bukan tubuhnya. Tapi pikirannya yang ia kuras habis untuk tugas presentasi mapel biologi tentang persilangan hewan.

Dia adalah ketua kelompoknya, baginya semua tugas pencarian materi harus terbagi rata setiap anggota kelompoknya, semua harus ikut menuangkan pendapatnya, dan memberikan hasil yang akurat dari sumbernya, meski sekarang gogling memudahkan segalanya.

Apalagi saat ini ia berada di kelas IX, dia harus menyelesaikan tugas-tugas akhir sekolahnya. Dia ingin lulus dengan nilai yang memuaskan.

Jari telunjuk Salma beradu dengan layar ponsel pintarnya, mengetik sesuatu pada Ifana teman sebangkunya yang hampir tiga tahun terakhir menjadi salah satu orang terdekatnya.

Keduanya akrab sejak memutuskan menjadi teman sebangku saat masih duduk di kelas 7.

"Syukur deh tugas Ifana juga udah selesai". Salma berkata pada dirinya sendiri, ia membaringkan tubuhnya di kasur. Ia segera berdoa sebelum terlelap. Dingin, hening...malam semakin larut menyelimuti alam.

      💙💙💙

Tak terasa tiga tahun sudah hampir terlewati, masa putih biru akan segera berlalu hanya tinggal menunggu segala berkas kelulusan. Perayaannya pun dilaksanakan dengan sederhana oleh pihak sekolah.

Salma memutuskan melanjutkan sekolah menengah atas didaerah tempat keluarganya tinggal, berat memang sejak kepergian sang nenek ia begitu terpukul. 15 tahun sudah ia berada dalam pengasuhan nenek tercintanya, Salma begitu kehilangan.

Kesibukan di sekolah baru dan ditempat tinggal baru membuat Salma jarang berkomunikasi dengan Ifana karibnya semasa SMP, sungguh dia rindu pada sahabatnya itu. Meski tak jarang mereka berdebat keduanya selalu kembali akur. Semoga dia bisa terus bersahabat dengan Ifana meskipun jarak memisahkan... 

"Gimana tugas mapel bahasa Inggris lo?" Tanya Karin teman baru Salma di kelas X IPS 3. Salma memang sengaja mengambil jurusan IPS, entah mengapa dia lebih suka pemahaman materi dari pada berkutat dengan angka dan simbol-simbol yang rumit.

Salma menggeleng. "Belum Rin, lo gimana? Udah?" Salma bertanya balik pada temannya itu. Dulu waktu SMP dia tidak merasa kesulitan seperti ini karena ada teman sekelasnya yang begitu pintar mapel bahasa Inggris,..."ah jadi ingat dia kan" Salma membatin.

Tak jarang dia dulu sering meminta bantuan pada teman sekelasnya itu..yang tak lain adalah Satya si ketua kelas. Salma menghela nafas berat, sarat beban dalam pikirannya.

"Lo sakit Sal?" Melihat Salma berkali-kali menghela nafas membuat Karin sedikit panik.

" jangan-jangan bengek nih bocah". Karin semakin bergidik melihat Salma memejamkan mata...  
 
"Waah kesambet nih..." Lagi-lagi Karin berasumsi.
         
"Sal....Lo g lagi ..."

"Lagi apa..., orang lagi nyari jawaban tugas kog,  lo pikir gue kesambet?" Seloroh Salma sewot.

"Gue tuh merem sambil mikir jawabannya karin.... Syukur-syukur kalo gue ketiduran biar lo cepet pulang."

"Lo ngusir gue? Ya udah gue balik nih". Karin bergegas membereskan peralatan tulisnya, ia pergi tanpa mengucapkan salam. Sungguh ia kesal.

"Dasar jelangkung, emang g liat apa udah malem banget hampir jam sepuluh malah". Salma ngedumel sendiri.

"Karin udah pulang Sal?" Tanya bu Nita. Salma hanya mengangguk mengiyakan, langkahnya berat, rasa lelah menderanya.

Besok ia akan coba tanyakan tugas mapelnya pada Satya, meski ia terlalu sungkan selalu minta bantuan temannya itu. Sudah lama ia tak bertukar kabar dengan Satya. Tapi hanya dia satu-satunya harapan.
          
   

Segini dulu yaa gaees. Maaf bila terasa kurang sempurna  🙏🙏🙏    

                                         

Seven Year laterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang