Assalamualaikum gaess...Aku up lagi nih...terimakasih untuk yang masih setia sama cerita aku...kalian mau bacaa wajah aku udah seneng bgt..
Ini part Salma yah...happy reading
Awas typo yach🙏"Assalamualaikum..."
"Waalaikummusallam..." Seorang wanita berusia hampir setengah abad membuka pintu, senyumnya mengembang saat tahu siapa yang datang.
"Alhamdulillah...kamu sudah sampai nduk..." Bu Nita yang tak lain ibunya Salma menghambur memeluk putri keduanya.
"Kamu sehat to?" Bu Nita melepaskan pelukannya dan mengelus sayang surai Salma yang tertutup hijab.
Salma tersenyum kemudian mengangguk.
"Salma sehat bu. Ibu sehat kan?" Sahut Salma balik bertanya pada ibunya.
"Ibu sehat, kamu udah makan malam?" Bu Nita membawa putrinya duduk di kursi ruang tamu.
"Udah kog bu tadi di rumah bulek Sari". Netra Salma mengitari seluruh penjuru rumahnya, masih sama seperti sebelum ia pergi enam bulan lalu.
Salma menghela nafas berat, ada sesak yang ia rasakan setiap kali menginjakkan kaki di rumahnya sendiri.
"Kamu istirahat ya nduk, pasti capek". Seloroh bu Nita.
"Ya nggak mungkin capek lah bu, orang mbak Salma cuma duduk manis diboncengin..." Syifa muncul dari arah kamarnya, setelah sampai rumah ia tadi segera memarkirkan motor maticnya di garasi kecil disebelah rumah, kemudian melanjutkan nonton drakor yang sempat di pause karena menjemput sang kakak.
Salma mencebik, "Iya - iya lain kali mbak naik ojol aja..."
"Kamu ini Syifa, mbakmu kan cuma enam bulan sekali pulangnya, jemputnya juga sudah pasti enam bulan sekali.. nggak boleh gitu". Tegur bu Nita pada putri bungsunya itu.
Salma tersenyum memeluk erat ibunya, sungguh ia teramat rindu... tapi sesungguhnya ada rindu yang sampai kapanpun tidak akan ada penawarnya...
Salma rindu memeluk neneknya..Setelah hampir satu jam melepas rindu pada ibunya Salma segera menuju kamar setelah membersihkan diri.
Ia merebahkan tubuhnya di kasur yang telah lama tidak ia tiduri. Dulu saat Nanda belum menikah kamar itu ia tempati bersama mbaknya yang lumayan penakut itu, dan sekarang tinggalah ia sendiri. Syifa juga lebih memilih tidur sendiri dikamar sebelah.
Malam ini ia belum bertemu dengan bapaknya karena ibunya bilang bapaknya sedang ada urusan dirumah budhe Sri, mbak dari bapaknya yang tinggal di desa sebelah.
Salma terlihat menghela nafas berat berkali-kali. Matanya terpejam menyambut mimpi di alam bawah sadarnya.
💙💙💙
Keesokan harinya, Salma telah rampung menyelesaikan kewajibannya sebagai umat muslim mendirikan shalat subuh.
Ia menuju dapur, terlihat ibunya telah memasak air.
Bu Nita tersenyum melihat putrinya itu. "Mau ibu buatin teh?"
Salma mengiyakan,ia duduk di kursi depan meja makan.
"Assalamualaikum..." Terdengar salam dari pintu belakang sedetik kemudian pak Hadianto melangkah memasuki rumah.
Netra laki-laki 55tahun itu menangkap sosok yang kata orang mirip dirinya dari segi wajah hingga perilaku yang kata nya 11-12 hanya saja berbeda gender. Ia tersenyum singkat pada putrinya itu.
Salma menyalimi bapaknya yang tampak enggan berlama-lama diruangan yang sama dengan dirinya.
"Ini nduk teh nya". Suara bu Nita membuat Salma menoleh menatap ibunya.
"Nggak usah dipikirin, bapakmu memang seperti itu". Bu Nita duduk disamping putrinya yang tampak sendu.
Ini yang membuat ia enggan pulang kerumah. Ayahnya yang sedari dulu keras terhadap dia dan saudari-saudarinya, terutama terhadap mbak nya Nanda.
Sedari kecil Salma tinggal bersama nenek dan kakeknya, ia tidak tahu sebegitu menderitanya mbak Nanda diperlakukan oleh bapaknya itu, dari semua yang bisa dilakukan anak laki-laki mbak Nanda harus bisa melakukannya.
Dari berkebun hingga mencari pakan untuk ternak, maklum mereka tinggal di kampung yang mayoritas penduduknya memelihara hewan ternak.
Salma begitu bersyukur saat tahu mbak nya itu telah dipinang oleh laki-laki yang baik. "Mbak nanda pantas bahagia" batinnya saat itu.
"Kerjaan kamu gimana?" Suara bariton itu membuat Salma berjengit. Setelah tadi membersihkan diri pak Hadianto menuju meja makan, tanpa Salma sadari bapaknya sudah duduk di hadapannya sambil sesekali menyesap kopi hitam yang asapnya masih mengepul.
"Alhamdulillah baik pak". Salma tersenyum kaku.
"Cepet nyari pasangan hidup kamu, Karin teman SMA mu dulu udah mau nikah bulan depan". Tatapan pak Harianto begitu mengintimidasi.
Ini yang membuat Salma jengah selalu dibandingkan dengan orang lain, dulu waktu sekolah pun sama. Si Karin itu hebat lah , si Ara anaknya pak guru pinter lah. Dan si si si yang lain .
Sungguh Salma muak selalu dibandingkan dengan orang lain. Tidak hanya dirinya saja, mbak Nanda dan syifa pun juga mendapat perlakuan yang sama. Hanya saja kedua saudarinya lebih memilih diam dan acuh. Tapi tidak dengan Salma, hatinya lebih mudah terkoyak hanya dengan kata-kata. Dan inilah yang membuat ia enggan dekat dengan laki-laki. Perlakuan ayahnya membuat hatinya seolah beku. Meski ia tahu tidak semua laki-laki akan bersifat seperti bapaknya, hanya saja hatinya enggan untuk menerima rasa yang di atas namakan cinta...
Salma menggeleng," Aku mau fokus mengajar dulu pak, belum ada pikiran kesana". Jawabnya sambil terus menunduk.
"Mau jadi perawan tua kamu, mau bikin malu bapak!" Seloroh pak Hadianto sedikit menaikkan suaranya.
"Sudah pak, lagian Salma baru pulang semalam udah di ajak ribut aja" Lerai bu Nita.
"Siapa yang ngajak ribut sih bu, bapak cuma nggak mau kalo anak kita jadi omongan tetangga karena nggak laku". Terang pak Hadianto kemudian berlalu.
Dalam diamnya hati Salma meraung, bapaknya selalu seperti ini. Memaksakan kehendak tanpa memikirkan perasaan anaknya. Jadi bukan tanpa dasar hubungannya dengan bapaknya setiap hari semakin menjauh, keduanya sama-sama memiliki ego yang tinggi.
"Yang sabar ya nduk, nggak usah dimasukkan ke hati". Bu Nita mengelus sayang punggung putrinya itu.
Salma mengangguk, baru satu hari ia berada dirumah sudah membuat ia tidak betah, bagaimana lima hari kedepan??
Segini dulu ya..mau tau kelanjutannya sabar ya karena g ada jadwal update nya. Kesibukan sebagai ibu dari dua anak membuat saya merempong...terimakasih yang sudah mampir ke lapak aku🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Year later
Short StoryIni adalah kisah hati yg menjaga rasanya hanya untuk satu orang,selama hampir 7tahun...rasa ini tetap ada...tetap sama, untuk orang yang pernah ada dalam kesehariannya dulu.... Satya Nugraha, laki-laki berparas tegas,dengan kulit sawo matang,tinggi...