Menolak

0 2 0
                                    

Langsung aja yaa

Makasih buat yang udah nyempetin ke lapak aku...

Happy reading...

Tak terasa seminggu berlalu, semenjak bunda Iren mengutarakan keinginannya untuk menjodohkan Satya dengan gadis pilihan bundanya pemuda itu terlihat semakin murung janji temu dengan teman semasa kanak-kanak dulu urung ia laksanakan, hatinya semakin gamang.

Jika perjodohan itu benar-benar terjadi mampukah ia membuka hatinya untuk perempuan selain Salma??

Waktu istirahat makan siang tiba, setelah melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim Satya beserta karibnya Dani menuju resto satu-satu, sebuah tempat makan yang sudah berdiri puluhan tahun dan memiliki beberapa cabang di kotanya.

Keduanya menempati meja bagian tengah karena itu yang tersisa, maklum jam makan siang seperti ini semua kedai bahkan resto akan ramai, apalagi resto satu-satu ini memiliki gaya klasik khas tempo dulu, yang begitu nyaman untuk rehat.

Setengah jam berlalu, waktu istirahat tinggal 20menit lagi. Saat keduanya akan bergegas seorang gadis tiba- tiba duduk dikursi depan meja mereka.

"Aku nggak ganggu kan?" Ujar gadis itu.

Satya hanya menggeleng, saat menyadari situasi Dani segera melipir ijin balik ke kantor terlebih dulu.

"Waktu aku nggak banyak Nia, mau ngomong apa?" Satya enggan basa-basi.

Dengan sedikit menunduk malu-malu Nia mengutarakan maksudnya yang telah Satya ketahui.

"Aku pengen kita bisa deket kayak dulu lagi Satya, aku pengen kita bisa akrab seperti dulu lagi".

Tanpa keduanya sadari ada sepasang mata tengah memperhatikan mereka.

"Bukankah saat ini kita udah temenan Nia, kalau untuk dekat atau lebih dari teman....jujur aku nggak bisa, bukankah dalam agama kita melarang umatnya untuk berdekatan dengan yang berlainan jenis". Satya to the point. Dia tak ingin memberikan harapan palsu, lebih kerennya PHP.

Berkali-kali gadis berambut hitam panjang itu menghela nafas.

"Ya sudah kalau begitu aku pamit". Nia melenggang tanpa mengucap salam.

Pergaulan seperti apa yang membuat gadis itu berubah. Pikir Satya.

Dulu Nia adalah gadis pendiam, ada nilai plus dalam dirinya karena saat masih belia ia telah menutup auratnya. Tapi seiring berjalannya waktu gadis itu berubah.

Satya bergegas dari duduknya, sebentar lagi waktu istirahat usai, sedari tadi ia merasa ada yang mengawasi dirinya, netranya melihat sekeliling penjuru resto itu, dan benar saja saat kedua Netranya menangkap gadis berseragam khaki tengah menunduk salah tingkah.

Satya menggeleng kemudian melanjutkan langkahnya.

"Apa mungkin itu Salma?" Tanyanya pada diri sendiri.

💙💙💙

Malam semakin larut tapi kedua netra Salma tak mampu terpejam, meski rasa kantuk menderanya, namun pikirannya tak mengijinkan dia untuk terlelap.

Shalat istikharah telah ia lakukan kurang lebih satu minggu, dan hampir 3 hari kebelakang mimpi yang sama yang ia dapatkan. Mungkinkah itu jawaban yang Allah berikan untuknya??

Namun kejadian yang ia lihat di resto satu-satu siang tadi membuat ia kembali gamang. Ya.. yang Satya lihat siang tadi memanglah Salma, ia dan beberapa rekan pendidiknya tengah mengadakan acara makan siang untuk melepas kepergian bu Nunik, salah satu guru senior yang tengah pensiun.

Salma menghembuskan nafas kasar.
Matanya terpejam, saat ia akan menyelami dunia mimpi tiba-tiba pintu kamarnya diketuk.

Tok..Tok...Tok..

"Udah tidur kamu Ma". Suara bulek Sari dari luar pintu.

Salma bergegas membuka pintu kamarnya, ia heran tak biasanya bulek Sari menemuinya selarut ini.

"Belum bulek. Ada apa?"

Bulek Sari tersenyum kemudian duduk di sisi tempat tidur Salma.

"Tumben belum tidur kamu? Mikirin apa? Tadi bulek ketemu bu Iren".

Deg...
"Bundanya Satya?" Salma bertanya meski ia tahu jawabannya.

"Iya to, siapa lagi. Dia nanyain kamu. Emang bener kamu mau dijodohin sama anaknya? Bulek tadi sampai kaget lho...". Terang bulek Sari dengan nada sedikit terkejut.

Salma hanya diam, sedetik kemudian ia mengangguk.

"Salma bingung bulek, mau jawab apa". Helaan nafas Salma terasa sarat beban.

"Udah istikharah minta petunjukNYA?" Tanya bulek Sari yang hanya mendapat anggukan dari Salma.

"Terus....Udah dapat jawaban?" Tanya bulek Sari lagi, yang lagi-lagi hanya mendapat anggukan.

"Ya sudah kalau gitu, bilang sama ibu sama bapakmu, semoga jawaban kamu diridhoi sama mereka, apapun nanti jawaban kamu bulek dukung". Bulek Sari menarik Salma dalam pelukannya, ia sudah menganggap Salma seperti putrinya sendiri.

Salma membalas pelukan bulek Sari lebih erat, pelukan ini begitu menguatkannya, semoga pilihan atas jawabannya tidak salah. Ia tak ingin menyakiti bunda Iren dengan menolak permintaannya, tapi ia juga tak ingin merebut kebahagiaan Satya dengan gadis berparas ayu itu.

Bulek Sari meninggalkan kamar Salma, malam semakin larut. Salma segera merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Semoga mimpi indah menjemputnya bukan hanya di alam bawah sadarnya, namun juga di alam yang sebenarnya.



Tak mampu berkata-kata selain. Terimakasih🙏🙏🙏

Seven Year laterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang