Permintaan

0 2 2
                                    

Up lagi yees...

Happy reading...

Awas typo...

"Assalamualaikum Salma..."

Salma menoleh ke sumber suara. Netranya menyantap sosok berwajah teduh dan berperawakan tinggi dengan gamis abu gelap dan khimar dengan warna senada.

"Waalaikummusallam".
"Bunda Iren". Salma mengambil tangan bunda Iren dan menciumnya.

Bunda Iren menatap kearah barang bawaan Salma, tas punggung dan satu handbag tak luput juga dari pandangan bunda Iren paperbag ditangan kiri Salma.

"Salma mau kemana? Barang bawaan kamu banyak banget sayang?" Selidik bunda Iren.

Salma terkekeh kecil melihat ekspresi heran bunda Iren.

"Salma abis pulang kampung bun, biasa libur semester. Kangen sama ibu di desa". Terang Salma.

Bunda Iren ber-oh ria, kemudian menarik Salma menuju kedai bubur di seberang jalan. Keadaan pasar sudah sangat ramai karena waktu telah menunjukkan pukul 07.45.

"Kita ngobrol sebentar nggak apa-apa kan? Bunda mau minta sesuatu sama kamu". Bunda Iren meletakkan ponselnya setelah tadi terlihat mengirim pesan pada seseorang.

Salma mengangguk meletakkan barang bawaannya dibangku kosong disebelah kirinya. Tak apalah kalau sebentar, masih pagi juga. Dirinya membatin.

"Bunda mau minta apa, kalau Salma sanggup insha allah saya bantu".

"Akhir-akhir ini bunda lihat Satya tuh uring-uringan, jarang makan , kesehatan juga g diperhatiin. Bunda sampe capek ngingetin. Bunda pikir mungkin ini masalah Satya sama perempuan. Tapi setiap bunda tanya jawabnya karena dia banyak kerjaan". Terang bunda Iren panjang bak kereta. Dengan santainya Salma hanya manggut-manggut, mencoba mencerna cerita perempuan paruh baya disampingnya.

"Mungkin, Satya memang banyak pekerjaan bun". Kali ini ia bersuara. Dia tak mampu beropini lebih, takut jika nanti salah bicara.

Bunda Iren menarik kedua sudut bibirnya dan menghembuskan nafas pelan. Mungkin ini jalan satu- satunya agar anak laki-lakinya tidak galau lagi perihal urusan perempuan.

Satya memang payah soal hati. Itu yang ibundanya lihat dari putra bungsunya yang kelewat pasif. Berbeda dengan kakak dan mas nya.

"Salma mau ya bunda jodohin sama Satya?"

Mata sipit Salma terbelalak, ia tersedak kuah bubur yang hampir saja masuk ketenggorokannya.

"Pelan- pelan sayang...". Bunda Iren mengelus punggung Salma.

"Dijodohin? Sama Satya? Oh Allah ? Permintaan macam apa ini? Kemarin bapak suruh nyari pasangan, eh sekarang bunda Iren minta aku dijodohin sama Satya. Mimpi apa aku semalem". Salma mendumel dalam hati, gadis itu tampak tersenyum canggung.

Ia tak mungkin mengiyakan permintaan bunda Iren begitu saja, ini perihal hati. Ia harus tanyakan kepada pemiliknya.

"Mau kan sayang....Bunda mohon yah..". Bunda Iren menggenggam erat tangan Salma.

Salma menghela nafas berat, ia sungguh tak ingin menyakiti hati seorang ibu.

"Sebelumnya Salma minta maaf ya bun, saya mau istikharah dulu. Buat saya ini nggak mudah"

Bunda Irene mengangguk.
"Saya tahu Salma, mungkin permintaan bunda terdengar tiba-tiba dan terlihat nggak masuk akal, tapi bunda mohon kamu pertimbangin". Sorot mata bunda Iren penuh pengharapan.

Salma tentu tak tega melihatnya, ia kemudian memeluk bunda Iren. Ia tak mampu menjanjikan apa - apa.

Tak terasa waktu telah pukul 08.30. Dua perempuan berjilbab namun berbeda generasi itu segera menyudahi pertemuan mereka. Salma segera bergegas menuju rumah bulek Sari.

💙💙💙

Disebuah kamar berukuran 3x4 m terlihat seorang gadis berguling guling diatas kasur lantai. Siapa lagi kalau bukan Salma.

Sedari tadi siang sampai larut malam pikirannya hanya tertuju pada permintaan bunda Iren yang membuat ia geleng - geleng kepala, sampai - sampai bulek Sari menyodorkan obat sakit kepala kepadanya.

"Sakit kepala kamu Ma?" Tanya bulek Sari siang tadi, dan hanya memdapat gelengan dari Salma.

Tak pernah terbersit dalam pikiran Salma bahwa dia menikah dengan mantan ketua kelasnya dulu. Aaargh...bantinya berteriak.

Dilain tempat dalam waktu yang sama seorang pemuda duduk di sofa ruang keluarga, jari-jari nya tampak sibuk menekan keyboard. Sesekali tatapannya mengarah pada layar laptopnya.

"Kamu sibuk Satya?" Bunda Iren duduk di single sofa didepan Satya.

Satya memandang ibundanya sekilas kemudian tersenyum.

"Ada kerjaan dikit bun, ada apa?" Pandangan Satya tak beralih dari deretan angka- angka pada kolom-kolom yang tersusun rapi di layar monitor.

"Bunda...mau jodohin kamu sama seseorang". Kata bunda hati-hati.

Satya mengusap wajahnya kasar. Dia tak habis pikir dengan keinginan bundanya, bukankah bunda tau siapa gadis pemilik separuh hatinya.

"Satya nggak mau bun, hati Satya sudah terisi sepenuhnya. Nggak ada tempat untuk yang lain". Terang Satya.

"Tapi bunda sudah terlanjur minta sama gadis itu buat dijodohin sama kamu Satya, masak.Bunda yang minta tapi bunda juga yang batalin. Nggak mungkin kan?" Sorot mata bunda Iren penuh arti.

"Terus gadis itu bilang apa? Setuju gitu tanpa dia kenal sama Satya?" Satya menghembuskan nafas kasar. Ia ingin sekali marah kepada bundanya, tapi ia tak ingin melukai hati wanita pertamanya. Sungguh Satya frustasi.

"Gadis itu mau istikharah dulu katanya, kalo misalnya kalian berjodoh nggak apa-apa kan? Bunda juga terlanjur seneng sama kepribadian gadis itu, dia baik, shaliha,menutup aurat,mandiri pula". Senyum bunda Iren mengembang.

Satya menyugar rambutnya kasar. Meluluhkan hati Salma saja ia belum mampu, ini malah akan dijodohkan...

"Bunda nggak mau kamu terus-terusan mikirin seseorang yang nggak halal buat kamu, itu sama saja kamu zina pikiran, dosa Satya".

Kali ini kata-kata bunda Iren begitu mengena di hatinya, istilah kerennya mak-jleeb. Astaghfirullah, ia beristighfar berulang kali dalam hatinya, ia telah banyak berdosa karena mencintai yang belum halal.

"Maafin Satya ya bun". Satya bersimpuh di pangkuan bundanya, tempat ternyaman yang ia punya. Bunda Iren mengelus sayang surau ikal putra bungsunya penuh sayang.

"Iya bunda maafin, mau ya bunda jodohin sama gadis pilihan bunda?" Satya hanya mengangguk, bibirnya terasa kelu. Permintaan bundanya terasa begitu sulit, tapi bukankah setiap orang tua menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya.

Ah sudahlah ia sudah cukup pusing dengan pekerjaan tambahan yang diberikan pak Roni padanya, hingga ia lembur seperti ini.

Untuk kali ini Satya akan menuruti permintaan bundanya, toh gadis misterius itu belum tentu menjawab iya perihal perjodohan ini.

Segini dulu yaa....kira-kira Salma jawab apa yaa?

Seven Year laterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang