07. Perihal Kesempatan

1.3K 181 0
                                    

Disisi lain sahabat-sahabat nya sudah ribut di grup untuk menanyakan keadaan Aksa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disisi lain sahabat-sahabat nya sudah ribut di grup untuk menanyakan keadaan Aksa. Karena mereka sudah tau,bahwa Aksa selalu diasing kan oleh keluarganya. Notifikasi di hp Aksa terus berbunyi,lantas ia membuka isi pesan tersebut.

 Notifikasi di hp Aksa terus berbunyi,lantas ia membuka isi pesan tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*ignore timestamps

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*ignore timestamps

Aksa bersyukur. Setidak nya ia mempunyai sahabat-sahabat yang sangat peduli kepadanya.

Aksa meletakkan secangkir cokelat panas dimeja untuk Fani yang tengah membaca majalah. Dia duduk disalah satu kursi kosong samping kanan. Tidak ada percakapan diantara keduanya. Fani yang terlarut dalam kegiatan membacanya dan Aksa yang terlarut dalam pikiran-pikiran didalam otaknya.

Aksa merasa pusing. Akhir-akhir ini ia juga sering mimisan. Aksa menganggapnya bahwa ia hanya kelelahan karena terlalu memforsir belajar. Ia selalu belajar sampai tengah malam. Sering kali ia tertidur di meja belajarnya sampai pagi.

"Pusing! Pusing! Pusing!"
Desis Aksa sembari meninggalkan halaman belakang rumah. Fani tertegun, Aksa tampak kacau. Dia bisa merasakannya, karena dia adalah ibunya. Menatap punggung Aksa yang semakin lama hilang dibalik pintu rumah.

 Menatap punggung Aksa yang semakin lama hilang dibalik pintu rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesi curhat Aksa dan Jean tadi pagi di halaman belakang sekolah.

"Je,menurut lo,setiap orang bisa gak sih dikasih kesempatan ?"

Jean terkekeh "Pastinya bisa. Tapi tergantung lo sendiri. Kalau emang gak mau ngasih kesempatan ya itu hak lo"

"Tapi bunda bilang,dia nyesel lahirin gue Je. Ayah sebagai kepala keluarga ngga pernah ada usaha atau tindakan. Disana,dikeluarga gue, gue ngerasa sendiri" Lirih Aksa.

"Gue udah bangkit berkali-kali. Tapi mereka selalu jatuhin gue lagi. Gimana gue bisa bahagia?"

Jean tertawa renyah, "Coba lo pikirin lagi, ada banyak cara buat menghibur diri,Sa. Dengan kita deep talk atau keluarin unek-unek ,menurut gue itu salah satu cara buat menghibur diri. Karena otak lo itu hanya memproses kesedihan akibat tekanan yang mereka kasih. Makanya yang lo rasain, yang lo liat itu hanya kesedihan yang lo punya aja."

Aksa menatap Jean berkaca-kaca. "Makasih, lo selalu bisa menyadarkan diri gue."

"Iya sama-sama. Lain kali kalo punya masalah tuh jangan dipendem sendiri, bagi-bagi ke Gua, Shaka, ama Laskar juga."

Aksa itu sedang dibentuk. Dibentuk untuk semakin hancur.

 Dibentuk untuk semakin hancur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini double update hihi.
Idenya ngga ngalir pas bagian ini huhuu.
Maaf kalo alurnya kemana-mana.
.
.
.
Votement juseyooo ♡

Aksara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang