13. Pulang Kerumah Sesungguhnya

2K 162 0
                                    

1 bulan kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

1 bulan kemudian

Sudah sebulan lamanya Aksa masih setia menutup matanya. Dokter Juna bilang kondisi nya semakin memburuk. Sampai saat ini Aksa belum mendapatkan donor hati.

Selama sebulan penuh,Jerico tak mau meninggalkan adiknya itu barang sebentar saja. Ia selalu meminjam catatan materi dari temannya.

Laskar,Jean,dan Shaka mereka sudah mengetahui kondisi sahabatnya. Terkadang mereka menjenguk Aksa sehabis pulang sekolah.

"Mimpinya indah banget ya,dek?sampai ngga mau bangun." Ujar Jerico serasa mengusap surai sang adik.

"Bangun Sa...Abang kangen"

Jerico juga masih meng-acuhkan kedua orang tuanya. Ia masih marah.

Malam ini,tangan Aksa perlahan bergerak. Membuat Jerico terkejut melihatnya.

"Aksa..."

Netranya perlahan membuka.

"A-abang..." Lirih Aksa.

Dengan hati-hati Jerico menempelkan telapak tangan Aksa ke pipinya. "Iya ini abang" Ujar Jerico sambil menahan tangisannya.

"Abang...kenapa sakit banget..." Ucap Aksa,dengan nada suara yang putus-putus.

"Sebelah mana yang sakit? Biar abang beritahu dokter"

"Semuanya..." Aksa merintih,dia tidak bercanda. Seluruh tubuhnya benar-benar sakit. Rasanya seperti seluruh badannya kini tengah remuk.

"Abang...Aksa mau pulang..."

"Iya,nanti kalau adek udah sembuh boleh pulang" Jerico mati-matian berusaha menahan air matanya untuk keluar.

"Aksa ngantuk,mau tidur lagi ya"

"Iya,Aksa harus banyak istirahat biar cepet sembuh"

Perlahan mata itu kembali terpejam dengan deru nafas yang teratur. Jerico kecup kening Aksa.

Baru 20 menit Aksa memejamkan matanya,tiba-tiba terdengar suara nyaring dari alat pendeteksi jantung yang hanya menampilkan grafik lurus.

Jerico tentu kalut. Baru saja Aksa membuka matanya.

"Aksa,bangun dek"

"AKSARA BANGUN,JANGAN BERCANDA" Kini air mata Jerico sudah mengalir deras melihat tubuh adik nya hanya terbaring kaku. Kenapa takdir selalu mempermainkannya seperti ini ?

Tangannya menekan tombol merah yang ada diatas ranjang dengan brutal.

"Sa bangun,jangan tinggalin Abang."

Diluar ruang rawat Aksa,Fani dan Dion melihat Dokter Juna dan beberapa perawat masuk keruangan anaknya dengan tergesa-gesa.

Pikiran-pikiran negatif yang tiba-tiba datang menghantui kedua orang tua tersebut.

Tanpa berpikir panjang mereka ikut masuk ke ruangan Aksa.

Rumah kediaman Pratama itu kini tampak ramai orang-orang yang menggunakan pakaian hitam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumah kediaman Pratama itu kini tampak ramai orang-orang yang menggunakan pakaian hitam.

Di depan rumah terdapat bendera kuning dan banyak sekali karangan bungan yang berjejer.

Jerico benar-benar belum mengikhlaskan kepergian adik kesayangannya. Ia menatap kosong ke depan,bahkan bekas air mata masih membasahi pipinya.

Disudut ruangan,ada Ayah dan Bunda dengan penampilan yang tidak jauh berbeda dari dirinya. Mereka sangat hancur. Penyesalan datang bertubi-tubi kepada mereka.

Tangis bunda kembali pecah saat tubuh tak bernyawa Aksa dimasukkan ke liang lahat.

Mengikhlaskan kepergian seseorang memanglah tidak mudah. Penyesalan memang selalu datang terakhir.

Aksra ; End
_____________________

votement juseyoooo♡

Aksara ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang