CHAPTER 3

44 5 0
                                    

DIMOHON JANGAN PERNAH MEMBAWA CERITA LAIN DIDALAM CERITA INI, KARENA ITU BISA MENYAKITI PERASAAN AUTHOR. NO PLAGIAT! CERITA INI, MURNI DARI PEMIKIRAN SAYA SENDIRI! DAN UNTUK PEMBACA YANG BAIK HATI, DIMOHON VOTE DAN KOMEN YA! TERIMAKASIH!

HAPPY READING!!!

🕊️🕊️🕊️

Plakkk...

"Mama!" Pekik Ailyn.

"Sudah saya bilang! Jangan pernah bentak Ailyn lagi! Dia itu beda sama anak kesayangan mu itu! Dan juga, dia hanya anak tiri! Bukan anak kandung! Anak kandung mu adalah Ailyn, dan dia lahir dari rahim mu!" Bentak Ayah pada Mama lalu pergi dari kamar Ailyn.

"Ayah, udah yah, ini bukan salah Mama." Bela Ailyn.

"Kamu tidak usah sok membela saya ya! Saya begini karena kamu!" Sentak sang Mama lalu pergi.

"Ma..." Lirih Ailyn.

Tuhan... Aku hanya ingin Mama menganggap ku juga... Kemana Mama ku yang dulu? Aku rindu Mama ku yang dulu, Tuhan... Apa aku menyerah sekarang? Batin Ailyn. Tak terasa air matanya turun.

🕊️🕊️🕊️

Terik matahari menyinari seluruh kamar Ailyn. Sehingga membuat Ailyn terbangun. Entah kenapa, tiba-tiba ia mengingat kenangan dulu bersama sang Mama.

Halo anak mama yang cantik! Udah bangun sayang?

Anak Mama itu cantik, jadi jangan insecure ya??

Klo kamu di bully, bilang sama Mama, biar Mama yang hadapi mereka! Hahaha.

Anak cantik Mama udah belajar?

Sarapan dulu yuk sayang, biar gak sakit.

Mama janji, Mama gak bakal ninggalin kamu!

Tapi, semua itu hanya kenangan, yang tak mungkin kembali.

"Ailyn?" Panggil seseorang.

"Mama?" Ucap Ailyn belum sadar sepenuhnya.

"Ailyn? Ini ayah sayang." Balas Ayah tersenyum kecut.

Kamu pasti rindu Mama kamu ya nak? Ayah juga rindu Mama yang dulu sayang. Batin ayah.

"Ayah? Maaf, Ailyn kira Mama." Lirih Ailyn.

"Gapapa, sekarang sarapan yuk, sama minum obat." Ucap Ayah lalu memberikan nampan berisi nasi dan obat pada Ailyn.

"Makasih Ayah!" Balas Ailyn tersenyum.

Senyum terus ya nak, ayah bahagia jika kamu bahagia, janji jangan tinggalin ayah... Batin ayah sambil melihat putri yang ia anggap sebagai putri satu-satunya, alias putri kecil nya yang selalu ia sayang.

🕊️🕊️🕊️

"Halo, Ai! Gimana? Udah sehat?" Tanya seseorang, siapa lagi kalo bukan Devan.

"Eh, hai Dev! Baik kok, Alhamdulillah udah sehat, hehe." Balas Ailyn.

"Ekhemm, bucin terus dah lo berdua, tapi sayang cuma bestie, HAHAHA." Ledek teman Ailyn, dia Bulan. Sabiru Bulan Permata.

"Dih, bulbul gak jelas banget dah!" Sinis Ailyn.

"Nama gue Bulan, bukan bulbul kali!" Balas Bulan ketus.

"Udah-udah, jangan ribut, kayak anak kecil aja." Ucap Devan sambil geleng-geleng kepala.

Inilah yang Ai sukai dari Devan, ia selalu jadi penengah jika aku dan Bulan ribut. Sangat dewasa, tapi egois.

"Iya, Dev." Balas Ailyn.

"Yaudah deh Ai, gue masuk dulu, bye!" Pamit Bulan.

"Iya, yaudah yuk Dev, kita masuk!" Ajak Ailyn.

"Iya." Balas Devan.

🕊️🕊️🕊️

"Bagus! Pulang sekolah enak-enakan tidur ya kamu! Lihat itu! Adek kamu aja langsung belajar! Lah kamu?! Malah asik tidur!" Omel sang Mama.

"Ma? Bisa gak sih? Sehari aja jangan bandingin Ailyn dengan Aurel? Dia sama aku beda Ma!" Ucap Ailyn dengan nada sedikit rendah. Kepalanya sangat pusing, malah sekarang ditambah Mamanya marah-marah seperti ini.

"Beda apa hah?! Beda apa?! Oh beda otak? Iya? Aurel pinter, kamu bodoh gitu? Iya?! MIKIR! KAMU ITU ANAK KANDUNG MAMA! JANGAN SAMPAI MAU KALAH SAMA AUREL! JADI KAKAK KOK GAK BECUS SIH KAMU?!" Bentak Mama.

"Aku sama Aurel emang beda, Mama gak tau apa-apa, jadi jangan sok tau!" Elak Ailyn.

"Wah, berani ya kamu?! Hah?! ANAK GAK TAU DI UNTUNG!" Sentaknya tiba-tiba melayangkan tamparan begitu keras, hingga membuat bibir Ailyn berdarah.

"Cepat turun dan bersihkan rumah ini!" Titah sang Mama lalu pergi begitu saja.

Tuhan... Aku capek.. Aku boleh nyerah kan?

🕊️🕊️🕊️

"Mama! Aku pulang!" Teriak Aurel sambil berlari, tapi tiba-tiba...

Brukk

"MAMA!! SAKIT!" Teriaknya kesakitan. Aurel jatuh tersungkur karena terpeleset lantai yang licin, karena Ailyn sedang mengepel ruang tamu.

"AUREL! SAYANG!" Kaget sang Mama.

"Kamu gapapa nak?" Tanya Mama.

"Punggung aku sakit Ma.. Hiks." Tangisnya.

"Kurang ajar kamu ya! Anak saya jatuh gara-gara kamu sialan! Dasar gak becus, gak berguna!" Maki Mama lalu pergi dengan menggendong tubuh Aurel.

Aku juga anak Mama.. Aku anak kandung Mama.. Dia hanya anak tiri Mama.. Batin Ailyn sambil menunduk menatap lantai. Tapi tiba-tiba, suara seseorang mengejutkannya.

"Ailyn? Jalan-jalan yuk sama Ayah?? nanti Ayah belikan es krim!" Tawar sang Ayah demi menghibur sang Anak.

"Haha, makasih ya yah. Tapi aku bukan anak kecil, dan aku juga gak suka eskrim, maaf." Balas Ailyn lalu beranjak pergi meninggalkan sang ayah sendiri.

Sang ayah pun hanya menatap punggung anaknya yang sudah menjauh.

Maafkan ayah, Ailyn.. Batin sang ayah.

🕊️🕊️🕊️

Malam pun tiba. Semuanya pun berkumpul di meja makan termasuk Ailyn.

"Aurel sayang, kamu mau Mama ambilin lauk apa nak? biar Mama ambilkan." tawar sang Mama pada Aurel didepan Ailyn.

Ailyn yang melihat itu pun hanya menunduk dan itu disadari oleh sang ayah. Aurel pun menyadari itu, ia merasa tak enak pada kakak tirinya. Tapi apa boleh buat?

"Eumm, engga deh Ma. Aku bisa ambil sendiri kok, mending Mama tawarin kak Ailyn aja." Tolak Aurel.

Mama yang mendengar jawaban Aurel pun merasa jengah karena tolakan Aurel dan malah menyuruh nya untuk menawari anak kandungnya itu.

"Males, biarin aja dia ambil sendiri, punya tangan kan?" Ucap sang mama.

"Aurel juga punya tangan, tapi kenapa kamu menawarinya?" Balas ayah Ailyn.

"Ayah?!" Tegas mama.

"Cukup! Kalian apa-apaan sih? ini itu meja makan, bukan tempat untuk debat." Ucap Ailyn lalu beranjak dari tempat itu dan pergi.

🕊️🕊️🕊️

Malam berganti pagi. Cahaya matahari menyinari seluruh kamar Ailyn.

Kisah Kita? [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang