03. Aku gak suka dibentak

2.3K 303 38
                                    

Sesuai yang dijanjikan, hari ini Draken menjemput Mikey. Aneh sih, mereka beda sekolah dan mereka berangkat bareng, tapi bukan masalah juga, toh untuk pergi ke sekolahnya Mikey harus melewati sekolah Draken.

Draken mengetuk pintu beberapa kali, hingga seseorang dengan rambut silver membukakan pintu untuknya.

"Oh temen Mikey yang kemaren ternyata. Ayo masuk," ajak Izana. Draken membuntuti Izana masuk kedalam rumah.

"Naik aja, kamar Mikey dilantai dua, nanti ada dua kamar, kamar Mikey yang kiri," Izana menunjuk anak tangga. Draken mengangguk, kemudian berjalan menaiki tangga. Saat sampai di depan kamar Mikey, Draken mengetuk beberapa kali, namun tidak ada sahutan.

"Ken masuk aja!!! Anak itu pasti masih molor!!!" Teriak Izana dari bawah sana. Dengan sedikit ragu, Draken memegang gagang pintu dan menariknya. Pintu terbuka, Draken masuk kedalam dan kembali menutup pintu dengan hati-hati. Ia berjalan mendekati kasur. Ia duduk diranjang kemudian menarik selimut yang semula menutup full badan Mikey.

"Mikey," panggil Draken lirih. Tidak ada reaksi apa-apa dari Mikey. Kemudian tangan Draken menepuk-nepuk pelan pipi Mikey.

"Key, bangun sialan," Mikey hanya memberi reaksi dengan menggeliatkan badan. Draken memutar bola matanya jengah, ia menjepit hidung mungil Mikey dengan jarinya, membuat Mikey kehabisan nafas. Saat itu pula Mikey membuka matanya. Mikey duduk dengan nafas terengah-engah membuat Draken merasa bersalah.

"Eh? Key sorry, abisnya lo susah banget dibangunin, jadi gue tutup aja hidung lo hehe," kata Draken.

"Pantesan gue mimpi kelelep di kolam," saat itu pula Draken tertawa hingga matanya tertutup. Namun disaat yang bersamaan dia merasakan punggungnya terasa hangat, sosok Mikey sudah menempel dipunggungnya.

"Let's go!!!" Teriak Mikey yang melingkarkan tangannya dileher Draken.

"Hah?" Draken tidak paham.

"Ayo, Mikey mau mandi." Lirih Mikey.

"Terus ngapain disitu?" Draken mengerutkan keningnya.

"Ya anterin lah?!!"

"Gak, lo udah gedhe," tolak Draken, lalu mengalihkan pandangannya dari Mikey. Mikey aneh.

"Tapikan gu___"

"Gak Mikey!!" Draken sedikit membentak. Mikey mengendurkan tangannya yang melingkar di leher Draken, dan perlahan melepaskannya. Mikey melompat kecil menuruni ranjangnya. Draken menatap Mikey. Bola mata yang tadinya berwarna cerah kini terlihat pudar, Mikey hanya menunduk, wajahnya tidak terlihat, membuat Draken tidak menyadari anak yang katanya keras kepala itu menjatuhkan air matanya. Set sweater berwarna matcha itu memakan tubuh kecil Mikey, celana yang kepanjangan pun baju yang melelap kedua tangannya. Hal itu membuat Mikey terlihat semakin mungil, dan menggemaskan dimata Draken. Mikey berjalan kearah kamar mandi.

"Aku mandi dulu," kata Mikey, Draken hanya bisa tatap punggungnya.

"Hah 'aku'?" Draken sedikit bingung.

Mikey masih menunduk, mungkin tidak sadar bahwa di depannya sebuah kipas sudah bertengger.

"Mikey awas!!" Teriak Draken. Tapi sayangnya Mikey sudah kepalang menabrak kipas itu. Draken berlari kearah Mikey, membantu Mikey untuk berdiri.

"Kalo jalan liat-liat dong Key!! Kalo kaya gini kan___" ucapan Draken terhenti ketika ia menemukan wajah basah Mikey.

"Key? Lo nangis?" Tanya Draken. Mikey menggeleng, berlawanan dengan fakta.

"Aku gapapa, kamu ke sekolah duluan aja, nanti kamu terlambat," ucap Mikey.

"Aku? Kamu? Mikey lo kenapa?!!" Lagi-lagi Draken hanya mampu membatin.

Mikey hendak kembali berjalan, namun tangan Draken menahan tangan Mikey.

"Key? Ka-kamu kenapa?" Tanya Draken sedikit canggung, pasalnya ia menyesuaikan bahasa Mikey yang pakai aku kamu itu.

"Aku mau mandi," jawab Mikey singkat.

"Kenapa nangis? Kipasnya nakal ya?" Tanya Draken lagi.

"Aku ini preman, Ken. Cuma gara-gara kipas gak bakalan nangis tauu!! Aku gapapa, sekarang aku mau mandi, lepasin," Mikey sedikit menarik tangannya, namun jangan pernah berharap Draken akan melepaskan tangan Mikey, karena Draken sama sekali tidak puas dengan jawaban yang ia dapat.

"Terus kenapa kamu kok nangis? Aku ada salah ya?" Tanya Draken entah untuk keberapa kali.

"Aku..... benci. Aku gak suka dibentak," lirih Mikey. Draken menyerngit bingung, perasaan Draken tanyanya baik-baik.

"KEN KAMU BISA NOLAK BUAT GENDONG AKU, TAPI JANGAN BENTAK GITU DONG?!!! AKU PALING BENCI NADA KAYAK TADI!!!" saat itu pula Mikey berlari menuju kamar mandi dan menutup pintunya dengan sangat keras. Sedangkan Draken masih membeku dilantai kamar Mikey. Draken sadar, itu terlalu keras. Ia tidak tahu jika Mikey benar-benar tidak menyukai hal itu. Draken tidak mengerti bagaimana seorang Sano Manjiro, dan hari ini salah satu misteri terpecahkan "Sano Manjirou, yang katanya tak terkalahkan, dia tidak suka nada tinggi." gumam Draken.

Ini sudah 30 menit berlalu, tapi Mikey masih berada dikamar mandi, sesekali Draken masih bisa mendengar suara tangis anak itu. Mungkin kalian menganggapnya lebay, tapi Mikey benar-benar tidak menyukai nada tinggi. Draken juga sudah beberapa kali mengetuk pintu kamar mandi.

"Mikey, sorry, aku bener-bener minta maaf," teriak Draken. Tidak ada jawaban, namun dari balik pintu ia dapat mendengar tangisan Mikey sengaja dikeraskan namun hal ini justru membuat Draken sedikit mengulas senyum. Cara Mikey menangis tadi dan sekarang beda, tadi bener-bener lirih, benar-benar pilu. Dan sekarang malah sengaja dikeraskan supaya Draken tahu bahwa dia kesal. Izana membuka pintu kamar Mikey, dan mendapati Draken duduk bersandar di pintu kamar mandi Mikey, lalu telinganya menangkap suara tangis adik laki-lakinya.

"Anjirr udah kaya di senetron aja," ucap Izana. Ini benar-benar terlihat seperti sinetron yang dua hari lalu Izana tonton, seorang istri yang menangis di dalam rumah, dan seorang suami yang berada di luar dan bersandar di pintu dengan segala penyesalan.

"Bang, Izana. Gue minta maaf," kata Draken, buat Izana bingung. Draken menjelaskan apa yang terjadi, dan Izana mengangguk paham.

"Aduh gimana ya, itu fatal banget. Mungkin orang lain nganggap aneh, tapi itulah Mikey. Dia beneran gak suka dibentak, padahal dia juga gak punya masalalu yang buat dia jadi trauma," jelas Izana.

"Ini udah jam 8 lebih, kalian udah telat, bolos aja sekalian. Mendingan lo coba buka pintunya, dia tuh gak berani mandi sendiri, takut setan katanya. Dia gak akan berani kunciin pintu kamar mandi," Izana mengatakan itu sebelum akhirnya ia meninggalkan Draken.

"Lah? Kenapa gak dari tadi bilang kalo pintunya gak dikunci."

Draken akhirnya memutar knop pintu, dan benar saja, pintu terbuka. Persetan bahwa Draken dan Mikey sudah besar, toh mereka sama-sama laki-laki. Draken masuk, menghampiri Mikey yang masih berada di bath up. Draken jongkok di samping bath up kemudian menatap Mikey yang sama sekali tak menatapnya.

"Cil, sorry. Aku salah," Draken mengaku, kemudian tangannya terulur menghapus air mata si kecil.

"Aku udah nungguin kamu lama banget loh, keluar yuk, di sini dingin," ajak Draken.

"Kok kamu masih di sini? Ini udah hampir siang, kan aku udah bilang pergi ke sekolah duluan aja," Mikey akhirnya mengeluarkan suara. Draken terkekeh.

"Ayo," Draken mengulurkan tangannya, membantu Mikey untuk berdiri. Kemudian, Draken membawa Mikey kedalan rengkuhannya, dan menggendong Mikey ala koala. Mikey menenggelamkan kepalanya di bahu Draken, merasakan hangatnya pundak kokoh itu.

"Maaf," lirih Mikey.

"Apa, Key?"

"Maaf ngerepotin,"

Lagi-lagi Draken hanya terkekeh. Ia sekarang menemukan satu hal lagi perilah Sano Manjirou "menggemaskan"

My Lil Gangster (DRAKEN X MIKEY) DRAKEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang