Malaaaam, mau ngasih tahu dong, kayanya minggu depan engga up. Soalnya author lagi ada penilaian akhir semester. Doain lancar yaaa. Semoga aja punya banyam waktu luang, biar author bisa up rutin setiap malming.
Happy reading.....
***
Malam setelah Mikey meninggalkan area rumah sakit, Baji dan petinggi Toman belum meninggalkan area rumah sakit, hingga jam menunjukkan pukul satu. Baji dengan segala rasa amarahnya masuk ke dalam bangunan itu. Semua yang tersisa mengikuti Baji, mereka tahu apa yang selanjutnya akan terjadi. Sampai di depan pintu kamar Emma, seperti yang dipikirkan, di sana Shinichiro, Izana, dan Draken sedang berjaga.
"Lo orang yang paling menghargai ketua 'kan harusnya?" Tanya Baji pada Draken.
"Lo biarin dia pergi?" Tidak ada yang menjawab.
"Biarin dia, Baji. Manjiro sedari awal sudah di ingetin Bang Shin. Toman sedari awal memang seharusnya gak pernah ada." Jawab Izana.
"BUKAN MASALAH TOMAN!!! MANJIRO IZANA, INI TENTANG MANJIRO!! MANJIRO ADIK KALIAN!!" Bentak Baji.
"Kalian biarin anak itu pergi?? Gimana kalau anak itu gak balik??" Tanya Baji.
"Anak egois manja kaya gitu mana bisa hidup sendiri," gumam Shinichiro. Baji menggeleng tak mengerti.
"Kalau tahu Kak Mai gak bisa hidup sendiri, kenapa dibiarin pergi? Padahal Abang yang paling tahu kalau Kak Mai keras kepala, dia gak akan pulang, Bang." Chifuyu memberi komentar. Saat itu detak jantung Draken berdetak berkali-kali lipat. Ia tahu, benar yang dikatakan Chifuyu, Manjiro tidak akan pulang. Ia menunduk, tidak ingin ikut dalam perdebatan itu. Kalau dipikir-pikir ini memang keterlaluan.
"Kalau dia sayang keluarganya pasti dia pulang," ujar Shinichiro. Baji menarik kaos putih yang dikenakan Shinichiro, pria berkepala dua itu langsung berdiri. Bagaimana ia bisa berkata seperti itu, sementara Manjiro saja baru melakukan kesalahan yang belum tentu murni kesalahan Manjiro tapi sudah dihakimi seperti ini, bagaimana bisa pria itu berbicara tentang kasih sayang dalam kondisi seperti ini. Baji menghajar laki-laki itu. Memukul sana-sini. Shinichiro melawan, namun dia bukan orang yang pandai bela diri. Pukulan terakhir sangat keras mengenai rahang Shinichiro, pria itu tersungkur. Izana bangkit hendak mendekati Baji, namun Baji menyadari itu.
"APA?!!" Tanya Baji pada Izana. Izana menghentikan langkahnya.
"Kenapa Izana? Mau nolong abang lo? Kalau gue gituin Manjiro kira-kira lo bakal marah juga gak?" Izana membeku. Baji terkekeh melihatnya. Baji kembali menarik kaos Shinichiro, tapi kali ini Baji hanya membantu Shinichiro berdiri, mau bagaimanapun Baji ingat, Shinichiro adalah pria yang paling ia hormati, pria yang paling Baji kagumi.
"Manjiro egois kaya gimana, Kak?" Tanya Baji. Shinichiro tidak menjawab. Baji akhirnya berjalan dan berhenti tepat di depan Draken duduk.
"Egois kaya gimana ketua kita, Ken?" Baji juga bertanya pada Draken. Seingat Baji Draken juga mengatakan Mikey egois.
Baji akhirnya memilih pergi, dan diikuti oleh teman-temannya. Sebelum pergi, Kazutora menyempatkan diri untuk menatap tajam Shinichiro. Sekarang, Shinichiro tidak akan menyesal, ia punya alasan untuk membiarkan Manjiro pergi.
"Kalian biarin Kakakku pergi?" Izana membulatkan matanya. Suara itu, suara adik perempuannya. Draken langsung berdiri, memeluk Emma yang badannya masih setengah keluar dari pintu rumah sakit.
"Kamu belum boleh jalan-jalan, istirahat dulu, ya?" Pinta Draken. Emma sama sekali tidak menggubrisnya, ia masih menatap lurus ke arah Shinichiro.
"Abang, mana Kakak?!!" Seru Emma. Tidak ada yang menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lil Gangster (DRAKEN X MIKEY) DRAKEY
Aksiyon🚫PERHATIAN🚫 🚫KARAKTER DALAM CERITA BUKAN MILIK SAYA, SAYA HANYA MENYALURKAN RASA INGIN MENULIS SAYA MELALUI KARAKTER INI, DAN MUNGKIN ADA BEBERAPA BAGIAN YANG BAKALAN MIRIP DI ANIME NYA ATAU MANGANYA, TAPI SAYA TAMBAHIN ATAU SAYA KURANGIN.🚫 Sano...