19 || Long thought

402 61 1
                                    

____________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

________________
____



Meredam semua riuh dalam kepalanya, Jay memilih untuk merokok dirooftop kantornya sambil melihat langit yang mulai menjingga. "Dia pergi, lu tau itu?" Jay menoleh ke seseorang yang datang dibelakangnya.

"Gua benci harus buat sahabat gua jadi pengemis, lebih baik dibahagia disana!" Christian ikut menyalakan rokoknya, dan menikmati angin yang menerpa wajahnya.

"Manusia cepat berubah, dan gua liat itu dikeluarga lu. Padahal ga ada yang Faye punya lagi selain sahabat-sahabatnya, lu nyadarin Faye kalau dia ga berhak punya seseorang untuk jadi rumahnya"

Jay benci kenyataan kalau dia yang membuat suasana semakin buruk, karena sejujurnya dia lebih mirip boneka Kakek dan Ayahnya.

"Dia dimana?" Tanya nya sangat pelan, tapi masih bisa didengar oleh Christian.

"Ditempat yang jauh!"

Jay hanya menghela nafasnya panjang, dia tau kalau Faye tidak ada didekatnya dan jauh. Tetapi, Christian benar-benar menyembunyikan sosok tersebut dengan rapat.

"Harusnya dateng! Bukan seminggu hilang gitu aja. Apa lu setuju sama semua yang diputusin?"

Pertanyaan Christian membuat Jay tersudut, dia memberantaki rambutnya frustasi. "Gua orang yang salah, bukan? Dia berhak bahagia sama yang lain"

"Gua lega denger jawaban lu! Jadi jangan harap bisa liat wajah Faye lagi. Gua permisi dulu!"

Christian datang hanya untuk mengkonfirmasi yang dia lakukan itu benar, dan diluar dugaan jawaban Jay sangatlah membuatnya yakin sama keputusannya.

Malam hari, Jay dipaksa ikut dinner dengan wanita cantik yang sedaritadi tersenyum dan membalas ucapan Kakeknya dengan senyum. "Apa kau mau menetap disini?"

"Aku akan tinggal disini, kalau Kakek memintanya" Berbeda dengan Faye saat pertama kalau dinner bersama Kakeknya.

Flashback On

Gaun hitam yang melekat pas ditubuhnya, dan juga tanpa lengan dengan potongan dada yang rendah membuat Kakeknya tersenyum smirk. "Maafkan, aku telat ada beberapa pemotretan sebelumnya!" Tanpa melihat sekitar, Faye terduduk disamping Papanya.

"Kau sangat cantik, Fay!"

"Ahh terima kasih, Mr. Swinford!" Barulah saat itu Faye sadar, ada sosok muda yang duduk disebelah patner kerja Papanya.

"Bagaimana menurutmu? Apa kau akan melepas modelmu saat bersamanya?"

Faye menatap lekat dan tidak percaya dengan ucapan sosok paruh baya tampan dihadapannya, "Maaf mungkin aku tidak bisa melakukan itu, tidak ada jaminan membuatnya bisa bertahan denganku. Lebih baik aku memiliki apapun dengan hasil usahaku, agar tidak membuatnya bisa mempermainkanku dan tentu saja aku bisa merusak reputasinya dengan status keartisanku"

RE-BYETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang