[25] Rumah Weasley

181 23 0
                                    

"Aku tak tahan kalau dia menjadi marah. Tentang hubunganku dengan Lav, katakan saja tetap bergirah. Itu kimiawi. Akankah abadi? Siapa tahu? Karena aku masih bebas," ucap Ron padaku dan Harry. Aku hanya memutarkan kedua bolamataku.

Author's pov

"Dia bebas mencium siapa saja yang dia suka. Aku tak peduli. Apa ini terkesan dia dan aku akan menghadiri pesta Slughorn bersama? Ya. Karena keadaan aku harus ada pria lain," kata Hermione selagi memberskan bukunya.

"Sudah?" tanya Harry mengikutinya.

"Ya. Kenapa?"

"Kurasa karena tak satupun dari kita bisa hadiri pesta dengan pasangan kita kita harus pergi bersama, sebagai teman," tawar Harry.

"Kenapa aku tak pikirkan itu?"

"Kau akan pergi dengan siapa?"

"Itu kejutan. Yang lebih penting kau mau ajak siapa? Kau tak bisa ajak sembarangan gadis. Kau lihat gadis yang di sebelah sana? Itu Romilda Vane. Diam-diam ingin memberimu ramuan cinta."

"Benarkah?" Hermione mengangguk. Hermione menjentikan jarinya.

"Hei! Dia hanya tertarik padamu karena dia pikir kau adalah Yang Terpilih!"

"Tapi aku memang Yang Terpilih," Hermione memukul kepala Harry menggunakan kertas yang ada ditangannya.

"Ah! Maaf. Becanda."

"Aku akan ajak gadis yang aku suka. Yang keren."

••

"Lyne!" panggil Harry padaku.

"Ada apa?"

"Uhm, apakah kau mau pergi ke pesta natal Slughorn bersamaku?" jujur saja pipiku memanas dan aku tersenyum.

"Sure!" ucapku. Ia tersenyum.

Itu kemarin. Sekarang kami mengikuti pesta tersebut. Aku menggunakan gaun simpleku dan Harry menggunakan jas serba hitamnya. Diperjalanan kami mengobrol sebentar tentang Ron dan Lavender.

Sampainya di tempat pesta, aku dan Harry berpisah. Mr. Filch menyeret Draco masuk. Aku langsung lari mendekati Harry. Kesannya aku memiliki dracophobia. Tentu saja!

"Profesor Slughorn. Aku temukan anak ini, sembunyi di koridor lantai atas. Katanya dia kau undang di pestamu."

"Baik, aku memang tak diundang. Puas?" ucap Draco marah.

"Aku akan temani dia keluar," sela Profesor Snape. Lalu mereka pergi.

"Baik, semuanya, lanjutkan," Ucap Profesor Slughorn mengayun-ayunkan tangannya.

Aku mencari Harry yang entah dimana sampai berpuluhan menit. Akhirnya aku melihat ia kembali.

"Dari mana saja?" Tanyaku.

"Aku tadi ada urusan. Ayo kita lanjutkan," ucapnya. Aku mengangguk-angguk.

Pesta ini sangatlah megah. Aku dan Harry banyak mengobrol dan menari-nari. Jujur saja ia sedikit membuatku lupa tentang masa lalu yang membuatku mengingat Cedric sampai membuatku nangis. Ku pikir ia akan mengingkari janjinya. Ternyata pikiranku salah. Ia tetap menemaniku.

BRAK!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BRAK!

"Kenapa dia berada dipundakmu? Apakah kau berselingkuh?!"

"Kenapa semua orang selalu mengangguku tidur?!" kesalku yang terbangun karena suara pintu gerbong terbuka sangatlah keras. Tiba-tiba saja ada suara perempuan masuk gerbong kami dengan marah-marah.

"Tidak," jawab Ron pada perempuan itu. Saat ku lihat perempuan itu ternyata Lavender.

"Kenapa kau berani-beraninya tidur dipundak pacarku?" tanyanya mendekatiku.

"Kau hanya sebatas pacar jangan banyak bicara," kesalku yang mendorong kaki Harry turun lalu tidur disamping Harry agar Lavender senang.

"Apakah kau mencoba untuk mendekatinya?!" tanyanya marah.

"Eww, gross! I would rather eat my own poo!" ucapku. Harry memeberiku lengannya. Aku tersenyum padanya lalu tidur.

"Kenapa kau membiarkannya seperti itu, Ron? Marahi dia!" ucapnya. Ron hanya diam.

"Aku sudah seperti kakaknya. Aku mengenalnya sebelum ia lahir. Jadi bisakah kau diam? Aku berusaha tidur!" ucapku tanpa membuka mata dan berbicara santai lalu tidur dipundak Harry.

••

"Fred! George jangan mrmbuat kekacauan! Mrs. Weasley akan marah pada kalian," ucapku mendorong Fred dan George berlawanan arah.

Aku mengambil sepiring cookies untukku makan. Aku melihat Harry yang duduk sendirian.

"Hai, Harry,"

"Hai, Lyne,"

"Mau?" Tawarku menunjuk piringku. Ia menggeleng-geleng. Aku mengambil sebuah cookie lalu menyuapkannya.

"Bagaimana rasanya?" ia mengunyah lalu melihat kearahku.

"Enak," ucapnya. Aku tersenyum. Tiba -tiba saja Ron mendekati kami lalu duduk diantara kami seraya membawa sebuah piring.

Ron, are you fucking kidding me?!!!

Setelah hal itu Harry pergi untuk mengobrol bersama Mr. Weasley.

Aku melihat ke arah Ron dengan tatapan marah.

"Apa?" tanyanya seraya memakan cookie.

"Besok aku akan membunuhmu!" kesalku memukuk lengannya berulangkali.

"Aku sangatlah jarang memiliki waktu kualiti bersama Harry kau, bodoh!" ucapku. Ia merintih kesakitan.

SUTT!

Aku melihat ke arah luar. Api mengelilingi rumah ini. Aku berlari keluar bersama Ron. Harry yang melihat Bellatrix langsung berlari keluar dari api.

"Harry, jangan!" teriakku. Aku ingin menyusulnya tapi Ron mencegatku.

"Harus ada yang mencegatnya!" ucapku. Tapi tiba-tiba Ginny lari keluar menggunakan pakaian handuknya.

"GINNY!" teriakku, Mr dan Mrs. Weasley bersamaan. Tapi ia sudah berlari melewati api.

Kami berusaha untuk memadamkan api yang mengelilingi rumah ini. Berulangkali kami mencoba. Akhirnya bisa.

Profesor Lupin, Tonks, dan Mr. Weasley langsung berlari kedalam perkebunan untuk mencari Harry dan Ginny.

DAR!

Suara terbakarnya rumah Weasley. Aku hanya melihatnya. Sama seperti Mrs. Weasley, Ron, Fred dan George. Yang lainnya akhirnya mendekati kami.

Aku mengelus lengan Ron lalu memeluknya.

Selagi Ayah sedang pergi, aku juga bingung kenapa ia bekerja dengan sangat lama. Kami memutuskan untuk tidur dirumahku dengan sempit sempitnya, tentu.

Carolyne Diggory || Harry Potter X CarolyneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang