17

2K 206 41
                                    

"Huahh cape banget" keluh Seojun yang ke 20 kalinya setelah 10 menit yang lalu.

Ya, disinilah mereka. Cafe depan sekolah. Mereka mengerjakan tugas yang di berikan Pak Suga tempo hari.

"Baru juga mulai jun" jawab Jeong In sabar.

"Tapi gue capek banget Jeong.. tugas Pak Suga tu suka ngga ngotak" gerutu Seojun dengan muka yang ngga santai.

"Cih"

Decihan Suho membuat suasana menjadi tegang. Sebenarnya Suho juga cukup terganggu dengan rengekan rengekan Seojun sejak tadi.

"Kenapa lo?! Ngga suka?! Kalo ngga suka ya udah gue pergi" Seojun beranjak dari kursinya. Namun, Baek Kyung segera menahan Seojun.

"Udah sih jun, Suho kan emang ngeselin. Udah biarin aja"

Dengan setengah hati Seojun kembali duduk di kursinya. Dengan wajah dongkol tentu saja. Moodnya siang ini memang sedang buruk. Ditambah lagi, ia harus mengerjakan tugas yang diberikan Pak Suga si guru killer ditambah lagi harus sekelompok dengan orang yang paling Seojun benci sedunia.

"Kalo bukan karena tugas Pak Suga gue juga ngga akan sudi berhadapan sama lo, apalagi duduk satu meja sama lo" ucap sarkas Suho.

Baek Kyung menghela nafas berat, ketara sekali ia sudah muak dengan keributan yang diciptakan oleh sepupu dan pacarnya itu. Ia tahu titik masalahnya tak jauh jauh dari Seyeon. Yang sebenarnya belum tentu benar. Suho mengira, Seojunlah yang mendorong Seyeon dari atas gedung itu. Dan Seojun, dia membenci Suho dengan alasan sang Ayah, Seojun mengira jika yang menyebabkan ayahnya kecelakaan itu Suho. Tapi entahlah, Baek Kyung juga tidak mengerti dengan keduanya.

Walaupun mereka saling membenci. Tapi Baek Kyung dapat melihat raut rindu pada keduanya. Baek Kyung tidak cemburu, sungguh. Ia justru akan merasa senang jika keduanya akur kembali. Seperti dulu, sebelum kejadian itu.

"Hahh.." Baek Kyung menghela nafas lelah.

"Udahlah, kalian ini. Kalo kalian kebanyakan bacot, ini tugas ngga bakalan selese selese. Bukan cuma kalian doang yang muak sama ini tugas. Gue juga" ucap Baek Kyung.

"Yaudah, santai aja sih. Ngga usah marah marah" balas Seojun malas, tentu dengan bibir mengerucut yang membuat teman sekelompoknya gemas.

"Jun, jangan cemberut gitu. Kan gue jadi gemes pen gigit pipi lo" Jeong In dengan tangan yang seakan meremas sesuatu.

〰️

"Jadi gimana rencana lo selanjutnya? Lo yakin bakal lenyapin Seojun?" tanya seorang pemuda dengan pemuda lainnya.

"Yakin! gue yakin banget, karena bagaimana pun Seojun penghambat gue untuk dapetin Suho"

"Tapi Seojun ngga pernah berinteraksi sama Suho. Lalu apa yang buat lo kekeh buat lenyapin Seojun yang notabenya adalah sahabat lo sendiri"

"Gue pikir gue udah bilang dari awal Hyunjin"

"Tapi Seojun udah punya pacar, dan Seojun bukan tipe yang suka merebut punya sahabatnya"

"Gue tegesin sekali lagi ya Hyunjin. Gue benci sama Seojun. Gue iri sama dia. Siapapun juga tau Seojun sang berandalan, tapi guru Saebom sangat menyayanginya. Gue tau dia pinter, tapi gue juga ngga kalah pinter sama dia. Dia juga punya ibu yang baik, gue iri. Karena gue ngga punya itu. Dan terakhir, Suho. Perhatian Suho selalu berpusat pada Seojun. Seojun Seojun Seojun terus"

"Lo harus sadar Jeong. Ada orang yang tulus, yang nunggu lo. Yang tulus sama lo"

"Siapa?! Siapa jin?! Jawab?! Bahkan mama sama papa gue sendiri ngga nginginin gue"

SPASI || SuhoxSeojun (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang