BAB 10
Sepertinya Talla harus sangat berterimakasih kepada pekerjaan yang sangat menyita seluruh waktunya, terhitung semenjak Elliot mengutarakan perasaan padanya, ia belum bertemu lagi dengan pria itu,mungkin sudah delapan hari mereka tak bertemu. Gadis itu juga belum bertemu secara pribadi dengan Il Hae dan Hyo Ki, bahkan jika mereka tidak sengaja bertemu dikantor, mereka hanya saling bertukar senyum dan melanjutkan kembali apa yang sedang mereka kerjakan. Perusahaan memang sedang melakukan promosi besar-besaran hingga seluruh karyawannya bekerja seperi robot berbaterai.
“Kalian sudah bekerja keras.” Teriak Manajer Han bersemangat. Pria paruh baya itu membungkukkan badan Sembilan puluh derajat dihadapan seluruh bawahnnya.
“Ne, Sajangmin. Kita semua telah bekerja keras.” UjarHan Sae Kyung –Teman satu divisi Talla.
“Ne, kau adalah kayawan paling bersemangat selama Proyek ini dijalankan.” Canda manajer Han menanggapi, membuat semua orang tertawa dan bertepuk tangan.
“Dan Talla –shi, Terima kasih atas kerja kerasmu. Kau yang paling dapat di andalkan dalam proyek ini.” Manajer Han kembali menunduk.
“Tidak, Sajangmin. Kita semua telah bekerja keras.” Balas Talla sedikit tak enak. Mungkin semua temannya atau bahkan atasannya akan beranggapan seperti itu jika melihat bagaimana seminggu terakhir Talla bekerja, namun sebenarnya Talla mempunyai alasan untuk itu. Ia bekerja sangat keras karena ingin mengalihkan seluruh pikirannya. Pikiran kacaunya.
“Sepertinya perusahaan akan mengadakan pesta besar-besaran. Dan semua divisi akan berkumpul, mari kita bergabung!” Ujar Manajer Han semakin bersemangat, membuat seluruh karyawannya bersorak sorai gembira.
***
Restoran ayam yang berada di pusat kota itu terasa penuh karena seluruh karyawan dari Jung’s Company tumpah ruah disana, semua orang berbaur menjadi satu, membentuk kelompok kecil atau menari bersama, mereka seperti lupa dengan seminggu terakhir yang mereka lalui dengan perjuangan yang tidak mudah.
Tallamelipat kedua tangannya di depan dada, gadis itu sungguh merasa bosan karena memang ia tidak begitu menyukai pesta. Talla mengedarkan pandangannya, disudut dekat pintu keluar ia menemukan sosok Il Hae sedang tertawa entah dengan siapa, karena lawannya terhalang tiang penyangga yang terletak di tengah-tengah bangunan.
Gadis itu menggigit bibir bawahnya, sungguh hanya melihat bagaimana Il Hae tertawa lepas pun dapat mengembalikan moodnya yang rusak. Talla memajukan badannya, ingin melihat dengan siapa Il Hae berbicara hingga pria itu terlihat sangat menikmati, dan tiba-tiba hatinya jatuh kedasar lantai saat samar-samar ia melihat sosok cantik Hyo Ki dibalik tiang penyangga itu, gadis itu tengah duduk disamping Il Hae, mereka berdua tertawa bersama, saling merangkul.
Antalla tersenyum kecut, antara senang karena mereka sudah terlihat baik-baik saja dan pedih karena hatinya terasa ditusuk sembilu saat melihat mereka bahagia bersama. Mengapa hatinya belum bisa menerima. Protes Talla pada perasaannya.Gadis itu kemudian bangkit dari duduknya, berjalan pelan di kerumunan orang. Sepertinya toilet akan mejadi tempat yang –paling nyaman untuknya saat ini.
“Antalla!” Tiba-tiba seseorang memanggil, membuat gadis itu menghentikan langkahnya. Ia mengedarkan pandangannya, mencari objek yang tadi menyerukan namanya.
Mata Talla menangkap Hyo Kiyang sedang melambaikan tangan pada dirinya. “Kemari.” Teriaknya lagi.
Talla meragu antara menghampiri atau mengabaikan. Gadis itu membuang nafas berat, menata hati, membuat cekungan di bibirnya. Lalu berjalan mendekat ke arah Hyo Ki dan Il Hae.
“Hai!” Sapa Talla canggung, karena inilah kali pertama mereka berbicara setelah kejadian tak menggenakan di apartemen Hyo Ki.
“Duduk disini Talla.” Hyo Ki menepuk sofa sebelah kirinya.
Talla duduk dengan canggung, namun belum sempat bokongnya menyentuh kursi dengan sempurna, Hyo Ki sudah terlebih dahulu menarik tubuh gadis itu dalam dekapannya, Talla terpekik kecil karena kaget.
“Maafkan aku Talla. Karena kejadian kemarin kita menjadi canggung seperti ini.”Ujar Hyo Ki Tulus dibalik punggungnya.
Talla tersenyum kecil, balas memeluk Hyo Ki erat.“Tidak apa-apa Hyo –ya, maafkan aku juga.” Namum saat matanya mengangkat, Talla justru menagkap Il Hae sedang menatapnya sendu. Il Hae memang berada di hadapannya karena Hyo Ki memiringkan tubuhnya untuk memeluk Talla.
Pandangan mereka bertemu, terkunci, saling mencari –dan entah apa. Il Hae sebenarnya ingin berbicara banyak, namun entah mengapa seluruh katanya-katanya tertahan di tenggorokan. Setidaknya untuk meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Begitupun dengan Talla, ia begitu merindukan Il Hae-nya. Il Hae yang tak bisa ia miliki, tiba-tiba matanya terasa panas dan tenggorokannya sakit, ia ingin menagis. Bolehkah?
Hyo Ki tergerak, sepertinya ingin melepaskan pelukan mereka. Tapi Talla menahanya. “Sebentar saja Hyo –ya, hanya sebentar.” Ujar Talla menahan isak, entah sejak kapan air matanya menurun di pipi putihnya.
Talla memperdalam tatapanya pada Il Hae, mencoba merekam inchi demi inchi wajah tampan pria-nya, meskipun pandangannya begitu mengabur karena air matanya ia tak melepaskan barang sedetik, karena mungkin seterusnya ia tidak bisa melakukan hal seperti ini lagi.
“Yah! Kau kenapa?” Tanya Hyo Ki kaget setelah berhasil melepaskan pelukan mereka, dan melihat Talla begitu kacau.
Butuh waktu lama untuk Talla menjawab, gadis itu tidak bisa berbicara dengan benar karena tenggorokannya terasa ditumbuhi ribuan duri. “Tak apa-apa, a –aku hanya terlalu bahagia melihat kalian sudah baik kembali.” Ujar Talla serak. Biarlah ia menjadi manusia munafik. Meskipun kenyataanya ia bahagia, namun pedihnya terlalu mendominasi.
Hyo Ki kembali memeluk Talla, mengusap punggung sahabatnya pelan. Namun kali ini Talla memejamkan matanya, tak berani lagi menatap Il Hae, sudah cukup memori wajah Il Hae dalam benaknya, sudah cukup pula ia menjadi wanita egois. Terlebih dirinya tak ingin Il Hae menjadi tak nyaman dengan sikapnya.
“Kau tau Antalla, sepertinya kau semakin kurus.” Cecar Hyo Ki setelah melepaskan pelukannya –lagi. “Bagaimana seorang pria akan tertarik padamu jika badanmu sekurus ini?”
Talla mengusap lelehan air matanya lalu terkekeh pelan. Dirinya sudah lebih bisa mengendalikan emosinya sekarang. “Kau tidak tau betapa tersiksanya aku karena pekerjaan seminggu terakhir?Aku bahkan lupa bagaimana cara untuk makan.”
Hyo Ki mengerjap tak percaya, karena baru sepuluh menit yang lalu ia menyaksikan sahabatnya menangis hebat, dan sekarang gadis itu sudah bisa bercanda? “Astaga Antalla. Aku tidak tahu apa yang ada dalam otakmu ini.” Hyo Ki memukul dahi Talla Pelan, lalu tersenyum senang karena mereka berdua sudah tak canggung lagi.
Il Hae menyaksikan keduanya dalam diam.Pria itu terlalu menikmati apa yang disuguhkan dihadapannya. Seorang wanita yang sangat ia cintai dan seseorang yang selalu ingin ia lindungi sedang tertawa bersama, dan itu membuat hatinya jauh lebih baik dari tiga minggu terakhir.
Ia tidak tau sejak kapan Talla mengambil alih fikirannya, karena semenjak Talla ‘menyatakan’ cintanya, Il Hae selalu bertanya kepada hatinya, apakah arti gadis itu untuk dirinya. Dan jawabannya yang ia dapat selalu sama. Ia sangat mencintai Hyo Ki tapi ia tidak ingin kehilangan Talla. Bukan perasaan iba, karena ini jauh lebih dalam. Perasaan asing yang justru tumbuh dan semakin berkembang seiring berjalannya waktu.
Il Hae tidak ingin kehilangan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn Leaves
RomanceSiapa sangka, kepergiannya ke Negeri Ginseng Korea Selatan karena suatu 'keberuntungan' di perusahaan tempatnya bekerja, menghantarkan gadis itu pada sebuah cinta yang membuatnya nyaris gila. Adalah Antalla Sekar, gadis suku Sunda yang jatuh cinta p...