BAB 13

3.8K 174 28
                                    

BAB 13


"Kenapa kau belum pulang?" Tanya Talla tiba-tiba saat mendapati Il Hae belum beranjak dari flatnya. Pria itu masih mengenakan pakaian yang sama, wajahnya masih kusut seperti sebelum Talla meninggalkannya.

"Kau kemana saja? Kenapa selarut ini baru kembali?" Il Hae membentak. Tak tahukan Talla bahwa dirinya mencemaskan gadis itu?

"Sebaiknya kau pulang, aku tidak ingin Hyo Ki mencemaskanmu."

"Tidak bisakah kau tidak menyebut namanya dulu saat ini?" Il Hae bangkit dari duduknya kemudian menghampiri Talla di ruang tamu.

"Ayolah Jung Il Hae, jangan seperti ini. Jangan membuat semuanya menjadi lebih rumit lagi sekarang. Aku sudah benar-benar lelah." Talla menjelaskan, menatap Il Hae lembut dengan mata sendunya.

"Kau akan tetap pergi?"

"Ya."

"Apakah itu sudah keputusan terakhirmu?"

"Ya." Jawabnya lagi.

"Baiklah, terserah kau saja brengsek!" Il Hae berjalan tergesa kearah pintu untuk pergi, ternyata usahanya untuk mempertahankan gadis yang sudah mulai mencuri hatinya sia-sia saja.

"Jung Il Hae."

Il Hae tidak menghentikan langkahnya, pria itu terus saja bergegas sampai kalimat yang Talla ucapkankembali benar-benar membuatnya terkejut.

"Bisa kau cium aku?"

Apa? Apa yang gadis ini katakan? Dia meminta apa? Menciumnya? Il Hae secara refleks membalikan badannya. "Apa Antalla?"

Talla mengangkat wajahnya yang sedari tadi ia tekuk. "Aku memintamu untuk menciumku. Bisakah?" ulangnya lagi. "Sebagai seorang wanita —bukan seorang sahabat, aku ingin kau menciumku sebagai seorang wanita yang kau cintai Il Hae."

Il Hae mendesis, mengacak rambutnya frustasi. "Apa yang sebenarnya kau inginkan sialan? Kenapa kau memperlakukan ku seperti ini?"

Talla tak gentar dengan makian Il Hae, gadis itubersinggut maju kehadapan prianya, lalu memejamkan mata. Biarlah ia bersikap egois untuk saat ini, karena mungkin di masa depan kebahagiaan sedang menanti mereka semua.

Il Hae ragu, apakah ia pantas untuk mencium gadis di hadapannya? Tapi toh Il Hae tetap melakukannya, pria itu ikut memejamkan mata lalu mendekatkan bibirnya ke bibir mungil Talla. Awalnya pria itu hanya menempelkannya saja, namun detik berikutnya ia meleburkan bibir Tala didalam bibirnya. Pria itu melumatnya pelan, menyesapnya, berbagi rasa sakit.

Il Hae tahu Talla menangis karena ia mengecap rasa lain dalam ciumannya. Pria itu megeratkan pelukan, laluikut menangis, menyesali keadaan yang telah terjadi. Seandainya ia lebih peka terhadap perasaan gadis ini, seandainya Talla lebih terbuka kepadanya, seandainya hal seperti itu terjadi mungkin rasa sakit ini takan pernah ada.

Talla tak berniat membalas ciumannya,gadis itu hanya ingin merasakan bagaimana bibir Il Hae mencumbunya. Lima menit mereka bertahan dalam ciuman yang memabukan namun menyakitkan. Talla melepasnya terlebih dahulu. "Terima Kasih Hae."

Il Hae tidak menanggapinya lagi karena detik berikutnya pria itu sudah keluar flat Talla dengan nafas yang memburu. Il Hae tidak ingin menjadi pria brengsek yang akan melakukan apa saja untuk menahan agar wanita itu tetap disisinya.

Talla terjatuh, pecah sudah hatinya sampai tak bersisa.


***


Il Hae —ya,Hyo Ki —ya . Anneyong.

Maaf sekali aku tidak bisa menghadiri pernikahan kalian, karena aku harus berangkat tepat hari ini.

Autumn LeavesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang