Jung Il Hae

2.1K 119 3
                                    

BAB 3

Ponsel Talla kembali berdering, sebenarnya ia terlalu malas untuk berbicara pada siapapun hari ini, tapi caller name yang tertera di layar handphone nya –lagi-lagi membuat ia mengurungkan niat nya. Gadis itu buru-buru menggeser tombol hijau untuk mengangkat telfonnya.

            “Yeoboseyo?? Talla –ya?”

            “Ne, Hae –ya.” Ia tidak mengerti mantra apa yang Il Hae bisikan kepadanya sehingga ia bisa seperti ini, bisa jatuh sampai sejauh ini untuk mencintai sahabatnya yang sebulan lagi akan menikah. Sialan!

            “Yeoboseyo?? Talla –ya kau masih disana?”

            “N –Neh,  wae geurae?” (Iya, ada apa?)

            “Neo eoddiga?” (Kamu Dimana?)

            “Aku di flat. Wae?”

            “Anni, aku sedang di depan pintu flatmu.”

            “Ohh,, mwo?” (Apa?)

            “Cepat buka pintu flatmu bodoh.”

            Plip.

            Tunggu, Jung Il Hae dimana? Gadis itu segera berlari dari kamarnya. Dan karena terburu-buru, kakinya menabrak ujung pintu kamar. “Aww..” Ia melihat kelingking kaki kirinya sedikit mengeluarkan darah, hanya sedikit tapi perihnya membuat ia ingin menangis. Talla berjalan kerah pintu dengan pincang, kaki kirinya benar-benar sakit.

            “Kenapa lama sekali?” protes Ih Hae saat Talla sudah membukakan pintu untuknya. Gadis itu memperhatikan Il Hae dari ujung rambut sampai ujung kakinya. Rambut maroon nya ia biarkan acak-acakan, kaos berkerah berwarna abu tua yang kancing atasnya tidak terkait, dan celana jeans berwara abu-abu muda. Tampan sekali. Astaga!! Talla segera menepis apa yang ia fikiran.

            “Kenapa kau masih disana?” Ih Hae memperhatikan Talla yang sejak tadi masih saja berdiri di pintu flatnya.

            Talla menghembuskan nafasnya dalam, lalu ia berjalan menuju ruang tengah. Il Hae memperhatikan langkah sahabatnya, dahinya mengkerut. “Kau kenapa? Kenapa kau berjalan seperti itu? Kaki mu terluka?”

            Gadis berbaju coklat tua itu menggeleng lemah. “Anni, hanya terbentur pintu kamar tadi.”

            “Coba ku lihat. Kau duduklah!”

            Gadis itu kembali menggeleng, “Tidak apa-apa Jung Il Hae, hanya lecet sedikit.”

            Il Hae tak pernah habis fikir, mengapa gadis dihadapannya begitu keras kepala. IH Hae bangkit dari duduknya dan menarik Talla ke kursi yang tadi ia duduki. “Apakah kita harus selalu bertengkar bahkan hanya untuk masalah sekecil ini Talla –shi? Mana kaki mu yang sakit?”

            Gadis itu menunjuk kelingking kaki kirinya yang tadi terbentur pintu kamar, kelingking kakinya sedikit bengkak, darah nya pun sudah mengering karena memang tidak terlalu banyak. Il Hae sedikit menekan bagian yang bengkak, sepertinya terkilir.

            “Aww..” Talla sedikit meringis saat sakit di kakinya terasa semakin nyeri.

            “Lihat kelingkingmu terkilir dan kau masih bilang tidak apa-apa Nona muda? Dimana kotak P3K nya?”

Autumn LeavesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang