BAB 4
Hari sabtu memang selalu mereka –Il Hae, Hyo Ki dan Talla rancang untuk berkumpul bersama. Berbeda dengan hari minggu, yang mereka jadwalkan untuk kegiatan individu masing-masing, karena mereka pun harus mempunyai privasi.
“Aku sangat merindukan flatmu Talla –ya. Sudah lama sekali aku tidak berkunjung, mungkin sekitar tiga bulan yang lalu.” Hyo Ki memulai pembicaraan saat mereka selesai sarapan panino yang tadi Elliot bawa. Keduanya tengah duduk dikursi balkon kamar Talla. “Oh, ya dan aku melihat pria asing diflatmu? Apakah dia kekasihrmu?”
Talla tersedak, bagaimana Hyo Ki bisa beranggapan bahwa Elliot adalah kekasihnya? “Anni. Aniya.” Talla menggoyangkan kedua tangannya tanda ia menolak apa yang Hyo Ki tuduhkan kepadanya.
“Dia bukan kekasihmu? Kenapa dia bisa ada di flatmu? Setahuku dan seingatku kau bahkan sangat tidak suka jika ada orang asing yang diam sepuluh menit saja disini?” Mata Hyo Ki menyipit lucu, mencoba menggoda sahabatnya.
Talla memang tipe orang yang tidak bisa berbicara lama dengan orang lain, maka dari itu ia tidak terlalu nyaman jika ada orang asing berkunjung ke flatnya. Tapi entah mengapa ia tidak merasa canggung, bahkan saat ia bertemu dengan Elliot untuk pertama kali.
***
Aroma matahari di musim panas masih saja tercium walau langit telah berubah warna menjadi kehitaman, partikel-partikel kecil berkelap-kelip menyemarakan langit gelap agar lebih berwarna. Gadis berambut sebahu itu masih berkutat dengan nikmatnya spaghetti di restoran Itali favoritnya, nilai plus dari tempat ini adalah sangat dekat dengan apartemen tempat ia tinggal.
Talla tak pernah sekalipun absen –terutama pada hari minggu untuk makan disini, karena memang hari minggu biasanya ia tidak mempunyai acara khusus. Ia hanya akan berjalan-jalan mengikuti kemanapun kakinya melangkah, setidaknya menikmati ‘keberuntungannya’ di negeri ginseng ini. Dan perjalanannya selalu ia akhiri di restoran italy ini.
“Kau menikmatimu makananmu hari ini Agasshi?” Laki-laki bertubuh tambun itu menghampiri Talla dengan Panna Cotta yang ia bawa ditangan kanannya. Shin Dong Hae –namja bertubuh tambun itu adalah pemilik restoran Itali ini. Talla bahkan sudah menganggap Shin Dong adalah Oppa (Kakak laki-laki) –nya sendiri, dan Shindong sudah menganggap Talla adalah adik manis untuknya. Karena Talla adalah pelanggan pertama saat Shindong membuka restorannya satu setengah yang lalu, bahkan gadis itu yang pertama kali menyebut bahwa masakan Shindong sangat enak, semenjak itu lah mereka akrab.
“Ne, Shindong oppa, spaghetti disini semakin baik kurasa.” Talla menunjukan mangkuknya yang sudah bersih, bahkan sausnya hampir tidak terlihat.
Shindong tertawa renyah, lalu pria itu meletakan Panna Cotta yang tadi dibawanya kehadapan gadis berkemeja merah muda itu. “Aku mentraktirmu ini, lihat betapa baiknya Oppa-mu ini.”
Talla mendengus kecil, “Bahkan untuk pelanggan setiamu yang hampir setiap hari membelanjakan uangnya disini, kau hanya mentraktirku ini? Apakah itu tidak sedikit... keterlaluan?”
“Kau fikir Oppa-mu ini tidak bisa memberikan seluruh isi Seoul untukmu?” Shindong membuka tangan nya lebar seolah kota Seoul adalah sebesar itu.
“Baiklah, baiklah aku tau betapa kayanya dirimu. Aku yakin Oppa bahkan bisa menyewa pulau Bali hanya untuk merayakan ulang tahunmu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn Leaves
RomanceSiapa sangka, kepergiannya ke Negeri Ginseng Korea Selatan karena suatu 'keberuntungan' di perusahaan tempatnya bekerja, menghantarkan gadis itu pada sebuah cinta yang membuatnya nyaris gila. Adalah Antalla Sekar, gadis suku Sunda yang jatuh cinta p...