BAB 6
“Oppa, apakah tidak apa-apa jika kita memberi taunya secara mendadak? Bahkan ini hanya satu bulan lagi.” Hyo Ki terlihat resah. Ia sebenarnya ingin segera memberi kabar bahagia ini kepada Talla, tapi ia merasa waktunya selalu tidak pas saat ia akan mengatakan semuanya.
Il Hae hanya mendelikan bahunya santai. “Aku percayakan semuanya padamu, aku tau kau lebih mengerti Talla lebih dari siapapun.”
Gadis cantik itu tersersenyum senang. “Ne, Oppa. Gomawo.”
Il Hae balas tersenyum, kemudian membawa Hyo Ki kedalam dekapannya. “Apakah kau bahagia? Apakah kau yakin untuk menikah denganku?”
Hyo Ki melepaskan pelukan mereka, wajah cantiknya mengerut sebal. “Tentu saja aku bahagia. Kau adalah salah satu hal terbaik dalam hidupku. Tapi, kenapa Oppa bertanya seperti itu?”
“Entahlah.”
“Apakah Oppa mencintaiku?” tanya Hyo Ki kembali memastikan.
Il Hae menyipitkan matanya, menggoda gadis dihadapannya. “Aku juga tidak yakin.”
“OPPA!!!!” Jerit Hyo Ki frustasi.
Jung Il Hae tertawa lepas, kemudian ia mendekatkan wajahnya ke wajah Hyo Ki. “Aku Mencintaimu. More than everything in the world.” Kalimat yang Il Hae ucapkan sebelum pria itu meleburkan bibirnya di bibir gadis yang dicintainya.
***
Talla menggeliat pelan dalam tidurnya. Matanya mengerjap, lalu melihat jam yang ia simpan di nakas samping tempat tidur. Dan bola matanya seperti akan lompat keluar saat ia menyadari bahwa ia tidur seharian penuh. Matahari pagi sudah kembali muncul malu-malu dibalik awan putih.
Perutnya berbunyi prihatin, ia ingat bahwa ia hanya makan Panino yang Elliot bawa kemarin. Matanya sedikit sembab mungkin karena terlalu banyak tidur.
Hari minggu ini sepertinya Talla hanya akan diam dirumah, mengingat ia tidak mempunyai rencana apapun untuk dilakukan. Dan mungkin malam harinya akan ia habiskan di restoran milik Shindong.
Tiga puluh menit kemudian gadis itu keluar dari kamar mandi. Wajahnya nampak segar. Sepertinya membunuh waktu dengan membaca buku bukan hal yang buruk. Tapi hal yang pertama harus ia lakukan adalah membuat sarapan, mengingat perutnya sudah benar-benar kelaparan sekarang.
Gadis itu membaringkan tubuh kurusnya di kursi panjang favoritnya. Perutnya sudah terisi penuh, ia membuat nasi goreng kimchi tahu pedas tadi. Salah satu makanan korea yang paling gampang untuk dimasak.
Kemudian Talla membuka Novel The Wedding karya Nicholas Sparks, ia adalah pecinta sejati karya-karya penulis handal itu. Bahkan gadis itu mengkoleksi semua Novelnya dan menonton semua Filmnya. Meskipun cerita dalam novel dan di film benar-benar sama.
Belum sepuluh menit gadis itu membaca, pintu flatnya terdengar diketuk. Talla mendesah pelan. Ia hanya terlalu malas, bahkan hanya untuk menyapa orang lain. Bisakah waktu berharganya tidak terganggu siapapun? Tapi ketukan di pintu flatnya semakin menguat, dan Talla merasa terganggu dengan itu. Kemudian kakinya ia seret dengan terpaksa.
Il Hae menampakan senyum tiga jarinya saat Talla membuka pintu. “Anneyong Agashi, bisa aku masuk?” dengan tidak sopan pria itu masuk dan mendudukan dirinya di kursi yang tadi Talla tempati.
Talla menyembulkan kepalanya keluar, tapi tidak ada siapa-siapa lagi disana. Gadis itu mengerutkan dahinya menatap Il Hae.
“Dia tidak disini, masih di Busan.” Il Hae seakan mengerti apa yang membuat sahabatnya mengerutkan dahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn Leaves
RomanceSiapa sangka, kepergiannya ke Negeri Ginseng Korea Selatan karena suatu 'keberuntungan' di perusahaan tempatnya bekerja, menghantarkan gadis itu pada sebuah cinta yang membuatnya nyaris gila. Adalah Antalla Sekar, gadis suku Sunda yang jatuh cinta p...