BAB 12

2K 131 10
                                    

BAB 12

Talla memungut kertas yang tidak bersalah tapi justru menyebabkan pertengkaran hebat ini diatas meja. Gadis itu berjalan menuju kamar dan meninggalkan Il Haesendirian diruang tamu.Namun sebelum ia mencapai pintu kamar, suara bariton Il Hae memanggilnya.

“Talla –ya, maafkan aku.” Terselip rasa menyesal dan kecewa dalam nadanya.

Gadis itu menghentikan langkahnya kemudian berbalik. “Tidak perlu meminta maaf Jung Il Hae –shi.” Talla menatap Il Hae tepat dimatanya yang sendu.

“Berhentilah bersikap kau baik-baik saja Antalla.” Jerit Il Hae frustasi

Talla memejamkan matanya, kata berhentilah-bersikap-baik-baik-saja yang Il Hae sebutkan barusan seolah menyadarkan dirinya bahwa ia sangat terluka. Bahwa hatinya patah.Ia ingin menjerit, memuntahkan semua bebannya namun nyatanya ia tak bisa melakukan itu. “Aku lelah Hae –ya.”

Dengan langkah cepat Il Hae menghampiri Talla, lalu memeluknya. “Aku tahu Talla, aku tahu. Maafkan aku.”

Gadis itu merenung, menyerap segala kehangatan Il Hae dalam benak dan tubuhnya. Oh Tuhan, kenapa aku harus mencintai Il Hae sebanyak ini?

 “Kenapa kau pergi?”

“Karena inisatu-satunya jalan yang aku punya Hae.”

“Dengan membawa lukamu?” Il Hae mengusap pucuk rambut Talla berkali-kali.

Talla mengangguk dalam dekapan pria-nya. “Mungkin akan sembuh nanti.” Entah kapan.

Il Hae menarik nafas. “Apakah kau mengijinkan aku menyembuhkan lukamu Talla?”

“Dengan?”

“Menikahlah denganku.”

Talla melepaskan pelukannya seketika. “Kau gila!” Teriaknya. Mungkin jika dalam keadaan ‘normal’, saat Il Hae mengatakan ‘menikahlah denganku’ Talla akan menjadi gila karena terlalu bahagia. Tapi saat Il Hae ingin menikahnya karena rasa bersalahterlebih pria itu memiliki wanita lain dihatinya apakah itu tidak benar-benar gila?

“Lalu bagaimana dengan aku Talla? Aku benar-benar tidak ingin kehilangan dirimu.”

Talla terisak.“ Kau hanya perlu merelakanku Hae –ya.”

“Aku bahkan tidak sudi membayangkannya. Apakah tidak ada jalan untukmu tetap bersamaku Talla?” Il Hae menggenggam tangan kecil wanita rapuh dihadapannya.

Gadis itu menggeleng lemah. Karena inilah satu-satunya jalan terbaik yang mereka punya. “Mengapa kau membebaniku Hae –ya, tidak bisakah kau biarkan aku pergi saja?”

“Aku membutuhkanmu Talla, karena akupun begitu menyukaimu.” Beber Il Hae jujur. Biarlah ia menjadi pria paling egois untuk saat ini, karena ia sungguh tidak ingin kehilangan keduanya.

Emosi Talla tiba-tiba naik, “Pantaskah kau mengatakan kau menyukaiku disaat seperti ini Hae –ya?” bentaknya kuat. “Dua hari lagi kau akan menikah pangeran. Dan kau mengatakan kau menyukaiku? Benar-benar Jung Il Hae.” Talla mendesis.

“Talla m –maksudku –”

“Kau ingin tetap bersama wanita yang kau cintai tapi menahanku agar tetap disisimu karena alasan kau balas menyukaiku?Begitu? Alasan yang menggiurkan, tapi maaf sekali Tuan Muda yang terhormat, harga diriku tidak mengizinkan itu.”

“Maksudku bukan seperti ituTalla.”

“Lalu seperti apa? Kau ingin menikahi kami berdua?”

Il Hae terdiam sebentar, itulah yang sekarang ia fikirkan. Jika ia bisa ia ingin menikahi keduanya agar tidak ada orang yang tersakiti disini. –atau ketiganya justru akan sama-sama hancur.

Autumn LeavesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang