Terima kasih Elli, Tapi Maafkan aku..

1.9K 106 2
                                    

BAB 9

Talla menyantap Lagasna dengan segenap hatinya, setelah harinya terasa buruk ia memutuskan untuk mampir ke restoran milik Shindong dan berencana makan sepuas mungkin, karena hanya inilah satu-satunya cara mengembalikan mood-nya yang rusak.

            “Kau akan tersedak lagi jika makan seperti itu, Nona.” Shindong yang sejak tadi memperhatikan bagaimana gadis dihadapannya makan, merasa bahwa adiknya sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.

            “Tidak akan Oppa, kau tidak lihat betapa aku menikmati makanan ini?” Tunjuk Talla kedepan Lasagna yang sudah hampir habis.

            “Karena itu lah aku khawatir padamu, kau makan sangat berlebihan kurasa.”

            “Memang aku makan bagaimana?” Tanya Talla bingung.

            “Sudahlah.” Shindong menunjukan wajah kesalnya.

            “Ahh.. kenapa restoran mu sepi sekali Oppa? Apa restoranmu sudah tidak laku lagi sekarang?” Talla mengedarkan pandangannya ke sekeliling restoran yang sudah sangat sepi.

            “Hei Nona muda jaga bicaramu. Kami sudah tutup saat kau datang, dan dengan seenaknya kau meminta Lasagna kepada kami. Kau harus membayar lebih untuk itu. Kau tidak lihat betapa Koki ku sudah sangat kelelahan?”

            Shindong menatap Talla dengan mata menyipit. Sebenarnya ia tidak keberatan saat Talla datang ke restoran miliknya dengan wajah yang sangat berantakan, karena ia tahu Talla akan menjadi lebih baik saat keluar dari sini. Ia hanya tidak suka Talla menjadi tidak bersemangat seperti saat ini.

Pria bertubuh tambun itu tau, bahwa Talla sangat mencintai Il Hae, karena gadis itu terlihat lebih ‘hidup’ saat bersama Il Hae. Tapi apakah gadis yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu harus bersikap seperti ini? Menenggelamkan kesedihannya dan membiarkan luka itu menganga dihatinya.

            Shindong bahkan pernah menjebak Talla untuk menceritakan apa yang sebenarnya gadis itu rasakan. Tapi Talla terlalu menjaga rahasianya serapat yang gadis itu bisa dan menyebabka dirinya hancur secara perlahan. Ia mencintai wanita dihadapannya, sangat mencintainya –sebagai seorang Oppa kepada adik perempuannya, tapi justru wanita itu lebih memilih ‘bahagia’ dengan caranya sendiri.

            “Kenapa Oppa memandangku seperti itu?” Talla menatap heran Shindong yang masih saja memperhatikannya tajam tanpa mengeluarkan suaranya sedikitpun.

            “Karena kau bodoh!” Shindong berbalik dan meninggalkan Talla yang bingung setengah mati dengan sikap ketus dirinya.

            “Yah! Oppa, kau kenapa?” Teriak Talla saat Shindong sudah tidak terlihat oleh matanya.

            ***

Pasar tradisional Myeongdong memang akan sangat ramai pada hari minggu, pasar yang sudah terkenal ke seluruh penjuru dunia karena harga murah dengan kualitas baik ini akan terasa sangat asing jika hari seperti ini tiba. Mungkin karena banyak sekali foreigner seperti dirinya yang ingin merasakan bagaimana serunya menghabiskan uang di destinasi belanja yang sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu.

Bermacam bahasa dari seluruh penjuru dunia akan terdengar disini. Saling sahut menyahut seolah menciptakan bahasa baru. Bahkan Talla sering berjumpa dengan teman-teman yang berasal dari Indonesia disini.

Autumn LeavesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang