Satu Minggu

20 4 0
                                    

Haii kamu yang baca cerita ini, terima kasih untuk itu!

Mohon dikoreksi dan selalu support yang terbaik untuk aku yaa!

Jangan lupa vote dan komennya!

Enjoy and Happy Reading!

————————————————————

Kehilangan memang selalu nyata adanya
Perpisahan pun kerap menyapa di depan mata
Hingga tiba saatnya nabastala melepaskan senja
Ikhlasku untuk kepergianmu telah tertata dengan sempurna

~~

“Kalau sore, di sini seperti ada pameran, Val.”

Valerie menoleh ke kanan, ada Reyfan yang sedang berjalan di sampingnya. “I am different.”

“Maksudnya?”

“Gue bukan lo, Rey, gue engga bisa bantu mereka, menjadi pelindung mereka, gue bukan orang seperti itu.”

“I never and never will want you to be someone else.”

“Hah?”

“Kan gue cuma ngajak lo ke sini, untuk melihat mereka, bukan yang lain. Gue engga minta apa-apa, gue juga engga minta lo untuk jadi orang lain, Val. Gue juga engga maksa lo untuk suka sama dunia mereka. Tapi, gue seneng lo ada disini, emm walaupun.. agak dipasa, sih.”

“Gue suka kok, cuma, agak kaget aja.”

“Kaget kenapa?”

Mereka masih sama-sama melihat air sungai yang mengalir sangat deras. Anak-anak itu bermain air di atas bebatuan di sana, sedang Valerie dan Reyfan hanya mengamatinya dari jauh.

“Waktu gue masih seumuran mereka, bunda selalu bacain dongeng setiap kali gue mau tidur, gue engga pernah dituntut untuk menjadi seseorang yang sempurna.”

“Maksudnya?”

“Iya, bunda nyuruh gue untuk selalu dapat nilai terbaik di kelas, mungkin bunda nyuruh gue kaya gitu supaya gue jadi orang sukses di masa depan. Kan engga ada orang tua yang mau anak nya sengsara kedepannya, kan?”

“Emang benar kok, tapi, lo engga boleh terlalu ngeforsir diri lo, lo harus tau kapasitas tubuh lo.”

“Gue pengen deh Rey..”

“Pengen apa? Es krim?”

“Ishh bukan, gue pengen bisa jadi peri yang selalu bisa bikin orang yang berada sekitarnya selalu merasa senang, bisa senang-senang dalam mimpi indahnya. Bisa buat impian gue sendiri, apa pun yang gue mau.”

“Jadi peri engga semudah yang lo bayangkan, Val. Peri itu sendirian, dia juga selalu merasa kesepian.”

“Ya... tapi kan dia bisa memenangkan semuanya, bahkan banyak monster dan Kapten Hook pun dikalahkan.”

Reyfan tertawa. Pasti karena jawaban Valerie yang sama sekali tidak nyambung dengan pertanyaan sebelumnya.
“Uda ah, balik yuk, mereka pasti lagi nunggu Cak Rey kesayangannya.”

**

Seminggu setelah kejadian di UKS, Zaheen seperti hilang di telan bumi. Biasanya, setiap hari ada aja ulah sahabatnya yang selalu membuatnya senang, namun tidak dengan akhir-akhir ini, Farrel selalu mencoba melakukan hal konyol, Iqbal pun kemarin juga mencoba untuk menghibur Zaheen, namun, hal yang ia lakukan untuk Zaheen justru berdampak buruk bagi dirinya, dia mempermalukan dirinya di tengah perempatan.

Sambil menunggu adiknya berbelanja, Zaheen pergi ke danau. Diambilnya earpods putih dari saku celananya untuk mendengarkan music, tapi justru melihat ada banyak chat masuk dari beberapa orang ataupun dari grup chat.

“Kenapa, mereka pada bahas apaan coba, rame banget?” gumamnya.

Baru saja Zaheen ingin melihat isi chatnya, panggilan video dari teman-temannya pun muncul di layar ponselnya.

Calling Grup

“Lo kemana aja si Heen, kita nungguin lo dari tadi sampai-sampai si Farrel ghibahin lo yang engga-engga di grup.” tanpa salam, Iqbal langsung mengoceh.

“Eh engga gitu rel, gue itu tadi..”

“Kenapa? Gue lagi ada urusan.”

“Urusan apa sih, Heen? Urusan lo kayanya engga kelar kelar deh, heran.” Ameer sewot.

“Gue hari ini di suruh nemenin Mila belanja sama bunda.”

“Mila adek lo yang dari Malang itu?” tebak Abyaz yang membuat Zaheen mengangguk.

“Iya, dia sampai kemaren lusa. Jadi, bunda nyuruh gue buat nemenin dia untuk keliling-keliling kota.”

“Lah, bentar deh, katanya lo nganterin si Mila tapi kok lo sendirian? Lo belanja di danau, Heen?”

“Lah, iya juga. Mila lo kemanain coba?”

“Dia belanja, gue suntuk. Akhirnya, gue tinggal ke danau bentar, nanti dia chat kok.”

“Ehm, gue pepet bisa kali ya.” ucap Iqbal random, Zaheen langsung melototkan matanya.

“Gue duluan, Mila uda ngechat. Assalamualaikum..”

Zaheen langsung mematikan panggilannya.

**

Khamila

“Kak, gue uda selesai. Jangan lupa jemput ya!”

“Ok”

Zaheen berlalu pergi, tidak perduli dengan pikirannya yang masih bergulat dengan kata-kata itu. Dia tidak pernah dekat dengan perempuan semenjak kejadian sepuluh tahun yang lalu, Zaheen juga bukanlah tipikal orang yang mrmikitkan soal percintaan, karna baginya hanya membuang-buang waktu. Zaheen menghela napas lega setelah berhasil masuk mobil tanpa gangguan apapun.

————————————————————

Gimana dengan chapter kali ini?
Aku harap kalian suka!

Jangan lupa vote yaa-!

Follow ig ku @oliviasagitha_

Sampai jumpa di chapter-chapter selanjutnya

Tanpa dirimu aku selalu baik-baik saja

Ilusi dengan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang