Bagaimana?

26 8 0
                                    

Haii kamu yang baca cerita ini, terima kasih untuk itu!


Mohon dikoreksi dan selalu support yang terbaik untuk aku yaa!

Jangan lupa vote dan komennya!

Enjoy and Happy Reading!

————————————————————

Ketika singgah bukan lagi menetap
Melepas pun akan menjadi ratap
Maka perihal ikhlas atau terpaksa
Biarkan aku menyembuhkannya.

~~

[Dek, nilai matematika kamu berapa kemarin?]

[95 yah]

[Enggak bisa ya 100? Nilai kakak kamu selalu 100, jangan bikin nama ayah buruk hanya karnamu!]

[Sulit yah, aku udah berusaha sebisa aku. Akan aku coba lebih baik lagi]

Byurrr...

"Woi kebo! bangun!"

"Bangun!"

Valerie terbangun dari mimpi buruknya itu, pakaian dan kasurnya menjadi basah semua akibat ulah kakaknya yang menyiram adiknya itu dengan seember air.

"Kak! bisa enggak sih bangunin gue biasa aja? enggak perlu disiram juga!"

"Lo dibangunin dari tadi enggak bangun sih. Liat jam berapa sekarang?!"

Valerie mengecek ponselnya dan ketika melihat jam,
"Jam 8- GUE TELAT DONG!!!" dia langsung melompat dari kasur bak orang kesetanan.

"Kok enggak dibangunin sih kak?! Gue jadi telat kan, ck!" Valerie masih saja uring-uringan tidak jelas kepada kakaknya.

"Lo kira dari tadi gue ngapain ha? Gue bangunin lo dari jam 7 tadi!"

Kelas 12 hari ini libur, tetapi tidak dengan kelas 10 dan 11. Valerie tetap masuk seperti biasa, hal itu yang menyebabkan Clara tetap bersantai di rumah, dia sudah merencanakan keterlambatan adiknya itu pada hari ini.

"Mana sih bus nya? Enggak tau orang telat apa, huh! Kakak juga banguninnya telat lagi."

Bibir manyun ala Valerie terpasang jelas di pagi hari ini. Bus kota baru datang sepuluh menit kemudian.

"Pak lama banget si" omelnya kepada pak sopir bus.

"Maaf nduk, hari ini bus nya ramai penumpang jadi saya harus mengantarkan ke sekolah mereka satu per satu."

Perjalanan berlangsung selama setengah jam, dan mereka tiba di gerbang sekolah SMA Harapan Bangsa.

"Tuhkan uda di tutup."

Dia mencari-cari di mana keberadaan penjaga pagar sekolahnya itu. tetapi tidak ada orang disekitarnya.

"Apa gue manjat pagar aja kali ya? enggak ada orang juga, daripada gue nunggu di sini, panas elah."

Valerie diam-diam menengok ke kanan dan kekiri, ketika dirasanya sudah tidak ada orang di dekatnya, dia mulai menjalankan misinya memanjat pagar sekolah yang tinggi itu.

"Aww sakit.." Dia tetap menahan rasa sakitnya dan dia tetap melanjutkan aksinya.

Brukk...

"Aww sakitt hiks, apes banget sih gue, udah kena duri tanaman sekarang jatuh dari pager. YaAllah untuk hari ini sudah cukup ujiannya, sakit semua huwaa.." rengek gadis itu.

Ilusi dengan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang