Haii kamu yang baca cerita ini, terimakasih untuk itu!
Mohon dikoreksi dan selalu support yang terbaik untuk aku yaa!
Jangan lupa vote dan komennya!
Enjoy and Happy Reading!
————————————————————
Terlalu sulit tuk ungkapkan kata
Tentang rasa yang harus terbiasa
Kehidupan yang begitu memaksa
Terkadang membuat hati kecewa**
"Nunggu lama ya? Ayo naik."
"Engga kok." Mila membuka pintu mobil dan langsung mengikuti arahan Zaheen untuk naik dan langsung memakai sabuk pengaman.
"Maaf ya.. Gue tadi ke danau bentar."
"Ih Kak Zaheen!" Nilan menggerutu kesal sambil memukul pelan lengan Zaheen.
"Kenapa?"
"Kok aku enggak diajak sih? Kan aku pengen kesana juga. Kakak ngeselin ih." tangan terlipat di depan dada dan dengan raut wajah cemberut.
"Loh, tadi kan mila udah belanja.. Hehe iya maafin Kak Zaheen ya, tadi ninggalin Mila di mall sendiri." Zaheen mengusap kepala Mila dengan sangat lembut.
"Yaudah deh enggak papa, tapi ada satu syarat."
"Es Krim?"
"Hehe.." Mila menganggukkan kepala dengan senyum khasnya yang sangat cantik.
"Kebiasaan deh, yaudah, ayo!"
Khamila Adiba Myesha, seorang anak dari Tante Sarah dan Om Rakha. Ya, dia adalah sepupu Zaheen. Bahkan, Zaheen sudah menganggapnya seperti adik kandungnya sendiri. Mila duduk di banggku 8 SMP, sangat polos. Meskipun begitu, Zaheen sangat menyayanginya, bahkan dia tidak segan-segan menghambisi orang tersebut jika ada yang menggangu Mila.
"Mang, matcha dua ya."
"Woke, siap!"
Kedai Mang Dadang yang mereka sering kunjungi adalah tempat favorit bagi mereka berdua. Bisa lupa waktu jika mereka pergi ke sana berdua.
"Ini nak.." Mang Dadang memberikan dua es krim matcha dengan cone yang cukup besar.
"Terima kasih, Mang." mereka berdua mengambil es krim yang telah di berikan tepatnya ada di tempat pengambilan es krim kedai Mang Dadang.
"Enggak ada yang berubah, ya."
"Ya.. Dari dulu emang enggak ada yang berubah, La."
"Kamu sama dia gimana, Kak?"
"Gimana, apanya?" Zaheen tak mengerti arah maksud ucapan Mila.
"Udah ketemu?"
"Apanya yang ketemu?"
"Lama-lama Kakak ku jitak nih, lemot amat sih jadi orang. Pantes enggak ada yang mau sama kakak." timpal Mila.
"Ya, kamu sih ngomongnya enggak jelas. Masa tiba-tiba bilang aku gimana, terus, udah ketemu, kan aku bingung."
"Teman kecil kakak itu.. Masa lupa sih?"
"Elie?" tebaknya.
"Nah iya itu, aku tadi lupa namanya hehe,, Makanya aku nanya ke Kakak."
"Masih sama."
"Oh, okei. Semangat!"
"Udah, pulang yuk, pasti bunda udah nungguin dari tadi." ajaknya.
“Bunda?? Bundaa?” Mila melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah bercat putih yang cukup luas. Mila Masuk ke rumah sambil memanggil Bundanya seperti anak kecil yang girang setelah bermain dengan temannya.
“Salam dulu, yang benar.” Bunda datang dengan menggendong Tara, adik Mila.
“Oh iya.. Assalamualaikum, Bunda.”
“Waalaikumasalam, gimana jalan-jalannya? Senang?”
“Senang banget, Bun!! Tadi, Kak Zaheen beliin aku es krim matcha Mang Dadang loh.” Mila menceritakan semua apa yang telah terjadi hari ini, mulai dari berkeliling-keliling sampai tiba di kedai Mang Dadang.
“Oh, ya? Kok Bunda enggak dibelikan? Tara juga pasti mau.”
“Es tlim.. Tala mau es tlim.”
“Tadi, Kak Zaheen cuma beli dua. Marahin tuh kak Zaheennya, Bun.” goda Mila pada Zaheen dengan menyenggol sikunya.
“Lah, kok jadi gue yang disalahin sih?”
“Yakan emang lo, Kak”
“Udah-udah bunda bercanda aja tadi, yang penting kalian senang.
“Maaf ya, Bun. Tadi kita kelupaan.” seru keduanya.
————————————————————
Gimana dengan chapter kali ini?
Aku harap kalian suka!Jangan lupa vote yaa-!
Follow ig ku @oliviasagitha_
Sampai jumpa di chapter-chapter selanjutnya
Tanpa dirimu aku selalu baik-baik saja
KAMU SEDANG MEMBACA
Ilusi dengan Waktu
Teen FictionHappiness is when your parents smile, and you are the reason. Banyak yang bilang, Vale itu lemah. Namun tidak dengan Zaheen. Dimatanya, Vale adalah seorang gadis dengan nilai sempurna tanpa ada kekurangan sedikitpun yang membuatnya selalu merasa...