Tokyo

209 47 1
                                    

Aku sangat merindukan kota ini dan kenangannya. Pulang kali ini aku tidak sendiri, Sakusa-san ikut beramaku. Dia bilang dia rindu rumah, jadi dia memutuskan ikut pulang denganku hari ini.

Akaashi-kun berjanji menjemputku di stasiun, aku bilang terlebih dahulu pada Sakusa-san jika nanti kami akan berpisah.

Aku bukan lagi tetangga Sakusa-san, rumahku pindah ke daerah rumah Akaashi-kun kebetulan. Aku jadi ingat setelah latih tanding dari Fukorodani dengan Itachiyama, keesokan harinya ibu menyuruhku berkemas karena kami akan pindah.

Sejak saat itu aku memang tidak pernah melihat Sakusa-san.

"Tidak ada yang ketinggalan bukan?" Aku mengangguk mengiyakan. Dia membantu membawa beberapa kantung belanjaan oleh oleh untuk Kara.

"Sakusa-san tidak ada pertandingan atau latihan?" Tanyaku, kemarin aku tidak sempat bertanya, masih terkejut karena dia ikut ke Tokyo bersamaku.

"Tidak, kami sedang rehat" Aku mengangguk.

Kereta kami datang, aku memutuskan memilih menggunakan shinkansen. Sebenarnya biayanya lebih murah naik pesawat sih, tapi aku malas aja beda sedikit.

Kami duduk bersebelahan. Sebelumnya kami sudah membeli tiket kereta untuk keberangkatan hari ini.

Karena kami berangkat siang aku sangat mengantuk, harusnya aku melanjutkan naskahku tapi kantuk menyerangku lebih dulu.

...

Aku terbangun dengan kepala bersandar pada sesuatu. Hm.

Aku juga melihat jaket yang asing yang menyelimutiku, baunya juga sangat wangi, seperti wangi sabun.

Karena terlalu nyaman aku memutuskan memejamkan mataku lagi.

Tenggorokanku sangatlah kering, aku terbangun karena haus, aku mengerjapkan mata dan masih di posisi yang sama. Aku sedikit menenggelamkan kepalaku pada ceruk leher seseorang yang ku sandari, baunya sangat segar, bau mint dan sabun.

Tunggu, sepertinya aku melakukan sebuah tindakan bodoh lainnya.

Aku menegakkan badanku dan melihat kesamping, ada Sakusa-san sedang membaca buku dengan serius.

"Sakusa-san sumimasen" Ucapku merasa sangat bersalah.

Dia hanya melirikku, tangan besarnya membawaku ke bahunya lagi. Aku hanya diam aja akan perlakuannya.

Karena sangat gugup, pelan pelan aku menegakkan badanku, lalu mengambil air yang berada di tasku, setelah itu aku memposisikan untuk lebih bersansar pada kursi.

Jaketnya masih menyelimutiku, awalnya aku akan mengembalikannya tapi karena baunya sangat sangat candu, aku memutuskan untuk tetap berada di pangkuanku terlebih dahulu.

Waktu yang kami tempuh sekitar 2 jam. Cukup lama dan membuatku lapar, aku akan meminta Akaashi-kun menemaniku makan terlebih dahulu.

Tidak terasa sampai di stasiun Tokyo.

Aku segera menelfon Akaashi-kun tapi justru dia terlebih dahulu menelfonku.

"Moshi moshi, Akaashi-kun"

"Moshi moshi, maaf memberitahumu mendadak seperti ini"

"Hah, kenapa?"

"Aku ada pertemuan dengan client, maaf tidak bisa menjemput, kalau di antar Sakusa-san tidak apa apa?"

"Tapi, "

"Tolong berikan ponselnya ke Sakusa-san, biar aku yang minta tolong padanya"

Aku memberikan ponselku pada Sakusa-san, dia terlihat agak bingung tapi sebelum menerimanya, ponselku di semprot dulu, setelah itu baru dia mau mengambilnya.

Dia berbicara dengan Akaashi-kun cukup lama. Setelah itu dia mengembalikkan ponselku.

"Kita makan dulu" Singkat, padat, dan jelas.

Dia membawaku ke kedai ramen dekat stasiun. Ini pertama kali aku makan berdua dengannya di tempat umum seperti ini.

Setelah kami mendapat tempat duduk dan memberikan kertas pesanan kami, dia menyemprotkan meja dan kursi. Lalu mempersilahkanku duduk.

Kami makan dengan tenang. Well, yang aku tau aku ingin cepat sampai rumah.


23.08.21

LuckyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang