Perlu di bantu?

403 69 1
                                    

Sebenarnya, mengikuti sebuah bimbel bukanlah sesuatu kegiatan yang tidak ingin aku masukkan ke dalam list kehidupan, tapi karena ini demi nilai memuaskan, akhirnya aku mau tidak mau mengikuti bimbel.

Seandainya ada orang yang aku kenal disini, tapi kebanyakan disini dari sekolah lain, tidak ada yang aku kenal. Kecuali satu perempuan yang sangat mencolok, dia memang sangat supel sih.

Sasaki-san, mempunyai vibe girl crush, dia juga ramah dan baik hati karena tidak ragu membantu yang lain jika tidak mengerti sebuah materi atau soal.

Dia satu sekolah dengan Sakusa-san dan Komori-san. Betapa beruntungnya dia bisa melihat apa yang sering dilakukan Sakusa-san jika di sekolah. Iri sekali rasanya.

Daripada memikirkan hal semacam itu, aku memilih untuk fokus dengan buku yang berada di meja. Kelas akan segera mulai.

Kenapa ya waktu berjalan sangat lama, aku ingin pulang, bosan harus berkutat dengan rumus rumus menjengkelkan seperti ini.

Melirik ponsel yang berada di samping buku, aku melirik tidak ada tanda tanda notifikasi apapun, padahal aku sangat bosan sekali. Aku ingin sekali menyelesaikan semua ini.

Tidak terasa waktu 2 jam sudah berlalu, aku menghela nafas lega dan segera membereskan meja lalu kembali ke rumah.

"last name-san, sebentar" Aku mendengarkan teriakan dari belakangku dan segera menghentikan langkah kaki.

"last name-san, aku ingin menitipkan sebuah barang" Pipinya sedikit bersemu merah saat mengakatannya.

Dia segera mengeluarkan sebuah kotak dari dalam tas, lalu di berikan padaku, kotaknya juga cukup besar.

"Tolong berikan pada Komori-kun ya" Ucapnya malu malu. Tunggu tau darimana dia aku kenal Komori-san dan tetangganya juga.

"Baiklah tapi, sebelumnya maaf mengatakan ini, darimana kamu tau aku mengenal Komori-san?"

Dia masih dengan muka bersemu merahnya menjawab "Komori-kun pernah cerita kalau last name-san itu tetangganya saat dia bertanya padaku, dimana aku bimbel"

Seperti itu, "baiklah akan aku sampaikan pada Komori-san" Dia mengangguk dan segera melambaikan tangan sambil menjauh.

Sasaki-san sepertinya menyukai Komori-san terlihat sekali dari wajahnya.

Karena tidak ingin ketinggalan kereta, aku buru buru ke stasiun, semoga aja sempat.

Aku melihat ke arlojiku, jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, kira kira Komori-san sudah pulang belum ya? Biasanya pulang larut karena harus latihan.

Ponselku tiba tiba bergetar sebentar di dalam tas, menandakan ada pesan masuk pastinya.

From : Akaashi Keiji

Besok aku izin sekolah karena ada keperluan, surat izinnya sudah aku titipkan pada ibumu, tolong ya

Tumben sekali, Akaashi-kun izin, pasti sangat peting sekali hingga izin segala. Setelah mengecek ponsel sebentar, aku mengembalikannya ke tempat semula. Aku memberikannya apa besok aja, tapi nanti kalau enggak ketemu gimana.

Karena aku bingung harus bagaimana nantinya aku memilih untuk pulang terlebih dahulu. Sepertinya kali ini aku tidak akan naik bus.

Di dalam kereta aku masih memikirkan bagaimana cara memberikannya pada Komori-san tidak punya alamat e-mail atau nomer telfonnya, bagaimana cara aku menghubunginya, mau langsung di kasih ke rumahnya takut enggak ada orang.

Karena terlalu lama melamun aku sampai tidak sadar jika kereta berhenti di pemberhentian tujuanku.

Aku buru buru keluar. Aku beli cemilan terlebih dulu sebelum pulang. Sepertinya aku butuh makan agar bisa berpikir jernih. Aku mampir ke mini market dekat rumah.

Kira kira kalau beli mi instan bikin kenyang enggak ya? Apa perlu aku membeli onigiri sekalian? Aku masih menimang menimang untuk membeli apa, hingga akhirnya aku memilih membeli mi instan 2 cup dan juga coklat dingin.

Setelah memilih 2 cup mi instan, aku menuju lemari es untuk membeli coklat dingin. Saat aku mengambil minuman yang aku pilih, ada sebuah tangan yang juga terjulur mengambil hal yang sama.

Aku segera melihat ke orang yang juga mengulurkan tangannya itu.

Kalian tidak akan percaya jika tangan yang sedang di ulurkan ke tempat yang sama denganku adalah tangan Sakusa-san.

Kami bertatapan cukup lama hingga, kami saling memalingkan wajah masing masing, aku buru buru mengambil barang yang aku butuhkan lalu, Sakusa-san juga melakukan hal yang sama.

Aku segera ke kasir dan membayar belanjaan. Karena aku kembali ke dalam mode tidak memperhatikan sekitar, ternyata Sakusa-san juga sudah berdiri di sebelahku dengan banyak belanjaan.

Kehadiran seorang Sakusa Kiyoomi ini susah di tolak yang menjadikan kami pulang bersama.

"Sakusa-san, boleh aku bantu bawakan barangnya?" Awalnya dia diam sebentar hingga memintaku mengulurkan kedua tanganku, dia menyemprotkan hand sanitizer. Setelah aku meratakan pada semua permukaan tangan, dia segera mengulurkan kantung belanjaannya.

Seharian ini sepertinya pahalaku bertambah karena membantu orang orang. Selama di jalan menuju rumah kami saling diam, hingga aku lupa untuk menanyakan tentang Komori-san pada Sakusa-san.


18.11.20

LuckyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang