Apartment

234 49 5
                                    

Capek. Ya hari ini melelahkan sekali. Editor banyak sekali mencorat coret naskahku, banyak sekali revisi di beberapa bab.

Sebelum kembali ke apartemen, aku memutuskan membeli beberapa barang, karena ada yang beberapa sudah habis.

Harusnya tadi aku pergi menggunakan sepeda agar barangku bisa aku taruh di keranjang, tapi penyesalan memang selalu datang terlambat.

Aku membawa banyak barang di tanganku. Apalagi aku tinggal sendiri tidak ada yang membantuku membawa barang barang ini.

Kebetulan sekali di dalam kereta cukup senggang, aku tidak perlu repot repot berdiri dan berdesak desakan.

Sambil menunggu ke stasiun yang aku tuju, aku mengeluarkan earphone dan menyambungkan ke ponsel.

Aku butuh mendengarkan lagu dari salah satu boy group kesukaanku asal negeri gingseng itu.

Terputar lagu yang sangat aku kenal, aku ingat musik videonya mereka menggunakan seragam khas american football. Mereka sempat menggunakan seragam itu datang ke salah satu music show.

Lambat laun musik terus bergulir beriringan dengan waktu yang telah aku lewati, butuh 3 lagu dengan durasi 3 hingga 4 menit aku sampai di stasiun yang aku tuju.

Aku berjalan keluar dari stasiun masih dengan earphone yang berada di telingaku. Kali ini lagu berganti dengan suara perempuan yang menyanyikan lagu yang aku tau adalah ost dari sebuah drama korea kesukaanku.

Suara lembutnya mengiringi langkahku kembali ke apartemen.

Ketika lagu berganti, aku tiba di area apartemen. Aku segera melangkah menuju unitku.

Masih dengan banyak belanjaan aku dengan susah payah menekan tombol lift berbarengan dengan seseorang masuk.

Aku melihat ke arah orang itu, siapa sangka jika itu Sakusa-san. Dia tinggal disini?

Aku dan diasama sama diam selama berada di lift.

Bunyi lift menyadarkanku dari lamunan, aku segera keluar dari lift, siapa sangka jika Sakusa-san juga ikut keluar.

Aku bisa merasakan dia seperti memperhatikanku tapi apa mungkin.

Karena terasa risih merasa di plototi dari belakang, aku segera berbalik.

Dia tampak terkejut dengan gerakan tiba tiba dari diriku.

"Sakusa-san bisa tolong bantu aku membawa belanjaan?" Aku melihatnya terkejut sebentar lalu dia mengeluarkan hand sanitizer. Dia menyeprotkan ke kantung belanjaan, setelah di rasa cukup dia mengambil alih.

Rasanya agak canggung padahal aku terakhir bertemu dengannya saat di kedai takoyaki, tapi saat bertemu lagi kami masih canggung.

Tidak terasa sampai di depan unit milikku, unitku berada paling pojok di lantai ini.

"Unitku berada disini" dia menunjuk unit di sebelah unitku, tunggu, dia tetanggaku? Dia yang baru aja pindah? Kenapa aku tidak tau.

"Sakusa-san tidak tinggal di dorm?" Tanyaku.

"Awalnya, tapi karena aku butuh waktu sendiri, aku putuskan untuk tinggal di apartemen"

Aku mengangguk.

"Sudah makan?" Aku menatapnya.

"Belum"

"Mampir ke unitku sebentar, aku buatkan sesuatu" Tunggu, dia sedang melakukan apa?

Aku berakhir berada di unit Sakusa-san. Aku sangat ini menolak, tapi tatapannya sangat menakutkan jadi aku iyakan. Dia terlebih dulu mengantarku ke dalam unitku dan meletakkan semua belanjaanku, bahkan dia membantu meletakkan semuanya.

Mulai dari buah dan sayur di kulkas, sabun sabun, lalu beberapa bumbu dapur. Dia benar benar membantuku.

"Aku buatkan nasi goreng mau?"

"Ah boleh, maaf merepotkan" Dia tak membalas apapun. Aku memperhatikan semua barang yang ada disini. Sangat rapi dan bersih.

"Apa aku membuatmu menunggu lama?"

Aku menggeleng, kok cepet banget bikin nasi gorengnya.

Kami makan bersama dalam diam.

"Sakusa-san apa kabar?" Kenapa aku mengeluarkan perkataan bodoh seperti itu ya.

Dia diam sebentar "aku baik, ya sedikit lebih baik sekarang"

"Kalau ada apa apa bisa ke tempatku" ucapnya lagi.

22.08.21

LuckyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang