Kini Pria kecil bernama Haruki tersebut berada di depan Liuli Pavilion, terbesit rasa ragu untuk masuk kedalamnya.
dirinya sendiri menggunakan jubah karena tak ingin di ketahui identitasnya dikarenakan ibunya sang pahlawan di kota Liyue dan Monstadt.
"hei nak... kau mencari siapa disini??" Seorang pria bernuansa Liyue dan berbau Teh menyapa Haruki dengan ramahnya.
"ka-kau.. Tuan Zhongli... aku.."
"tunggu... kau... anak dari Name??!!"
Pria kecil itu mengangguk seketika tubuhnya diangkat dan dibawanya masuk kedalam Liuli Pavilion.
Zhongli bercerita banyak mengenai perjuanganmu. Namun tak menyinggung pasal Albedo.
"Tuan Zhongli.. aku ingin bertanya... soal Tou-san.. ah maksudku Ayahku.."
Zhongli menghentikan kegiatannya yang sedang meminum teh.
"sebentar lagi teman ku datang.. biar dia yang membawamu pada Ayahmu.. dan aku ingatkan.. jangan muncul di depan ayahmu.. kalau kau tak mau ibumu menangis nak.. percayalah.. wajah cantik ibumu akan berubah menjadi wanita rapuh ketika melihat ayahmu.."
Haruki terlihat menimang nimang keputusannya.
"Oh pak tua!!! ada apa kau mau bertemu denganku yang elok ini??!!"
suara nyaring terdengar di telinga Haruki.
"ah siapa... tunggu... Albedo kecil?!! tapi.. matanya.. OH SHIT CINTAKU NAME BENAR BENAR SUNGGUH SUDAH MEMILIKI-
"Tendou Banshou"
suara ribut di sebabkan oleh kedua pria dewasa di depan Haruki. Haruki hanya memandang mereka dengan tatapan flat nya.
"jadi kau benar Anak dari Name-Chan?!! huh sialan, apa gen ku tidak ada yang turun ke rahimnya?!!"
"kau ayahku??!"
"Bukan nak. Tapi aku ayah angkatmu"
"jangan dengarkan dia nak.. dia orang gila.."
"hei paman paman sekalian, aku ingin meminta tolong, karena nanti malam aku sudah harus kembali ke Adikku.."
perkataan haruki sukses membuat Venti pingsan. Oh demi Archon, kasihan Venti ... menyukai tapi terdahului oleh Albedo.. fufufu.
"Aku akan membawamu ke Albedo tapi setelah itu kau harus pergi menjauh dari nya... dia belakangan ini sedikit kurang waras."
Haruki mengangguk, lagipula ia tak tahu Monstadt itu sebesar apa.
"Hei paman"
"panggil aku ayah nak"
"kau bukan ayahku"
"oh ayolah .... baik baik.. panggil aku Venti saja"
"begini Venti, apa ayah selama ini tak memikirkanku dan kembaranku?? apa ia tak mencari ibu??"
Venti terlihat mengulas senyum rapuh.
"dia hampir meratakan Monstadt dan Liyue saat mencari ibumu.. sebenarnya aku tak keberatan dengan dirimu yang muncul di kantornya.. tapi sebelum itu kita harus menemui bibi tercintamu dulu.."
"dia. .... anak nya Name?!!" Cairan bening lolos dari pelupuk mata Jean.
Ia langsung memeluk Haruki dengan erat sembari terisak.
"bibi Jean... dimana-
"permisi, Jean.. aku ingin menyerahkan- ... siapa anak ini"
suara bariton lembut terkesan parau terdengar di telinga Haruki. Hatinya bergetar, ada berbagai perasaan menusuk ke hati anak kecil itu.
"Ayah..."
Netra sayu Albedo melebar kala mendengar sebutan Ayah.
ia benar benar menangis tanpa sadar setelahnya. Ia memeluk putra nya yang sudah tumbuh begitu besar.
"anakku... anakku... hiks... dimana ibumu?!!"
Haruki yang ditanya kembali sendu..
"kenapa ayah tak mencari ku dan haruka juga ibu... kenapa ayah melakukan kesalahan itu... ibu tersiksa selama ini ayah... ia sering menangis setelah ditanyai tentang ayah... aku dan haruka merindukan ayah.. tapi ayah sendiri tak mencari kami"
Albedo merasakan sesuatu yang menusuk hati nya. Ia berusaha mencarimu kala setelah itu. Namun akses untuk masuk ke Inazuma sangat sulit.
"Maafkan ayah ya nak... ayah benar benar kesulitan selama ini... ayah mencari kalian namun tak ada yang memberitahukan keberadaam kalian..."
Anak lelaki itu sedikit sendu mendengarnya.
"sudah mau petang ... Venti... tolong antarkan aku kembali... Haruka menungguku ..." ucap Haruki dengan sedikit menahan tangisnya.
"Aku akan ikut ke Inazuma"
perkataan Albedo membuat seluruh orang yang ada di kantor Jean terkejut, masalahnya Inazuma terlalu berbahaya untuk orang penting seperti Albedo.
"aku ... harus bersama anak dan istriku bukan??"
Venti mendengus marah, ia sangat kesal karena Albedo memanggilmu dengan sebutan 'istri'.
"kau menghamilinya... belum menikahinya. Dasar keparat" ujar Venti dengan smirk di bibirnya.
"yah aku tak peduli, dia milikku ... selamanya milikku" ucap Albedo santai sembari meninggalkan ruangan.
"tempramen ayah sangat buruk.. ibu sangat tak suka dengan Ayah sekarang... haruki akan bersama paman Zhongli saja... hei Venti antarkan aku ke Liyue ..." ucap Haruki membelakangi Albedo yang termenung di depan pintu sembari menatap Haruki.
"Ayo pulang bersama ayah nak" ucap Albedo sembari berjalan ingin mencekal tangannya.
namun dengan insting terasah nya, Haruki membuat benteng es dengan skill Cyro miliknya.
"jangan dekati aku dan ibuku, Kepala Alkemis Monstadt. Bibi Jean, aku dan Haruka akan sekali sekali mengirimimu surat." Ucap Haruki semakin geram dengan kelakuan Albedo.
"perbaikilah sifat dan akal sehatmu dulu baru temui kami di Inazuma.. jika kau bisa melewatinya sih. Hah, ayo Venti-san"
"hey nak, itu sangat keren... vision mu cyro ya... nanti saat kau berkunjung lagi ke Monstadt mungkin kau harus menemui Kapten Kavaleri lagi, dia mungkin senang hati mengajarkanmu dan-
hey hey, kau menangis..."
Netra milik anak kecil itu bergetar, disusul beberapa bulir air mata yang kian deras. Anak itu terisak, ia tak menyangka bahwa ayahnya seburuk itu.
"Nak... you okay?? hei... albedo hanya frustasi dan rindu berat karena ia sudah 7 tahun mencari kalian... ia sedikit dibenci oleh orang orang karena ulahnya.. nak... Albedo orang yang baik... dan juga ia adalah Ayahmu.."
Haruki masih saja menangis hingga netranya melebar kala melihat wanita yang kini menatapnya dengan tatapan khawatir dan panik.
"Kaa-san ...." lirih Haruki yang didengar oleh Venti.
Begitu pula Venti yang tak menyangka bahwa ia akan bertemu denganmu setelah sekian lama menghilang.
Kamu segera memeluk Haruki dengan erat.
"astaga Haruki.. kukira hilang... Kaa-san sangat takut..." ucapmu bergetar.
sedangkan Venti tanpa sadar meneteskan air matanya.
"Na.. me..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rubia || albedo x reader
FantasyCold, but comfortable. a gust of wind hit my face which was starting to turn pale from being too cold, don't forget the distinctive color of blood that splattered on his mouth and clothes. "Ah, even the snow doesn't like me, huh.. to send someone d...