18| Bejakeun sia ka indung aing

150 6 0
                                    

𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 𝒜𝒷𝒾𝒮𝒶𝓈𝓉𝓇𝒶!

𝕁𝕒𝕟𝕘𝕒𝕟 𝕝𝕦𝕡𝕒 𝕧𝕠𝕥𝕖 𝕕𝕒𝕟 𝕜𝕠𝕞𝕖𝕟!

"AAAA"

"WOYY! AAAA BULUU-BULUU." 

"WOY ANJ-ASTAGFIRULLAH."

Abi tertawa terbahak-bahak di atas pohon.  "Pereman kok kocak." Batin abi tertawa.

"Hihihihi." Abi tertawa mengikuti gaya mbaKun.

"Hihihi Arjeee." 

Sedangkan Arje membelakan matanya saat mendengar tawa mbaKun. "AAAA INI GIMANA BANGUN NYA WOY! BADAN GUE TIBA-TIBA ENCOK!" 

Abi kembali tertawa terbahak-bahak dan tawa nya itu terdengar oleh Arje. Arje menatap ke atas pohon lalu menatap tajam Abi yang sedang tertawa. "WOY ABI!" Bentak Arje pada Abi, mendengar teriakan yang sangat keras membuat Abi terlonjat kaget , badan nya oleng dan berakhir jatuh di atas tubuh Arje.

"Aduhh perut gue!" Teriak Arje lalu menatap tajam Abi yang dengan santai nya senyum aneh sembari menduduki tubuh nya.

"Turun lo engap gue anjrit!" Teriak Arje sembari memukul tubuh Abi.

Abi berdiri lalu menepuk-nepuk celana nya yang kotor, begitupun dengan Arje. Setelah selesai, Arje menatap Abi tajam. "Ngapain sih lo ganggu gue?" Tanya arje dengan sinis dan tajam.

Abi menatap Arje dengan santai, ia mengayun ayunkan kemoceng yang dia genggam. "Gabut." Jawab Abi santai.

Arje menatap sebal Abi. Tidak! lebih tepatnya kemoceng yang di genggam abi. "Jauhin kemoceng itu dari gue!" Ucap Arje tajam.

Abi menatap Arje lalu beralih menatap kemoceng yang dia genggam, Abi tersenyum menggoda kearah Arje. "Kenapa? Takut?" Goda abi, dan semakin mendekatkan kemoceng kearah Arje.

Arje beringsut mundur saat abi mencodongkan kemoceng kearahnya. "Jauhin gak?!" Tajam Arje berusaha tetap cool.

Abi menggeleng, ia terus menggoda Arje dengan kemoceng. "Arjeee." Goda abi dengan suara menakut-nakuti Arje.

Arje menatap kemoceng yang di genggam abi, perlahan mata nya berkaca-kaca. Arje berjongkok lalu melipat tangan nya. "Bejakeun sia ka indung aing hiks." 

Abi menatap heran Arje yang sedang berjongkok. "Lo Arje kan?" Tanya abi hati-hati, abi ikut berjongkok lalu menggoyangkan tubuh Arje pelan.

"Lo beneran nangis?" Tanya abi pada Arje.

Arje mendongkakan kepalanya. "Ya iyalah! Mikir lah bego, hiks." 

Abi mengambil satu biskuit milna yang ada di plastik kantung celana nya. "Mau biskuit milna gak? Ini gue ada satu." Ucap abi pelan sembari menyodorkan biskuit kesukaan nya.

Arje kembali mendongkak lalu menatap abi. "Gue gak suka milna hiks, gue suka nya Promina hiks."

Abi menatap Arje sebal. "Udah ini juga sama aja." Ucap abi lalu kembali menyodorkan biskuitnya.

Arje mengangguk lalu mengambil biskuit tersebut. "Makasih hiks." 

Abi mengangguk lalu duduk di sebelah Arje. "Gue minta maaf." Ucap Abi sembari menunduk.

Arje yang sedang memakan biskuit menoleh. "Gapapa, btw lo jangan bilangin sifat gue yang cengeng ya?" Ucap Arje dengan hidung memerah dan mata sembab.

Abi mengangguk. "Sebenernya gue juga cengeng, tapi kalau sama sastra aja." 

"Hiks tapi biskuit gue sisa satuuu." Ucap abi sembari menatap nanar biskuit milna yang berada di plastik.

Arje manatap abi. "Kok jadi lo yang nangis? Lo gak ikhlas? Ya udah gue muntahin lagi nih?" Ucap Arje merasa bersalah, perlahan mata nya berkaca-kaca.

Aduh duo baby besarr.

"Gak usah, gue ikhlas kok, nanti beli lagi sebelum pulang hiks." 

"Ya terus kenapa lo nangis? Gue kan ikutan nangis hiks."

Saat mereka sibuk menangis datanglah 2 gadis yang berlari terpogoh-pogoh. "Aduh gustiii, kenapa nangiss?" Ucap satu gadis yang memakai jilbab putih bergo.

"Astagfirullah abi! Kok nangis?" Tanya gadis yang memakai jilbab putih segiempat.

Mereka Sastra dan Sinta, sastra adalah istri Abi dan Sinta adalah istri dari Arje. Sastra dan sinta adalah saudara, mereka memiliki nasib yang sama. Sama-sama di jodohkan.

Abi mendekat kearah sastra lalu menunjukan biskuitnya yang tersisa satu. "Biskuit Abi tinggal satuu." Ucap abi dengan wajah cemberut.

Sastra menghela napas. "Di Apart masih ada abii." Ucap sastra sembari mengusap pelan punggung abi.

Sedangkan Sinta berusaha menenangkan Arje. "Ya kan udah di makan, gak usah di muntahin lagi jee." Ucap sinta berusaha bersabar.

Arje menatap sinta. "Nanti gantiin biskuit Abi ya? Aje ngerasa bersalah." Ucap Arje di angguki oleh sinta.

"Gue pulang duluan ya sin, jee?" Pamit sastra pada Sinta dan Arje.

𝔸𝕓𝕚𝕊𝕒𝕤𝕥𝕣𝕒

"Saya gak nyesel menjodohkan mereka dengan lelaki childish seperti itu." Ucap seseorang pria paruh baya sembari melihat layar laptop.

"Tapi pah, mereka perempuan, mereka butuh pelindung." Ucap sang anak, disebelahnya.

Sang papa menggeleng. "Dengan mereka childish, mereka tidak bisa menggangu saya, apa lagi melawan." Ucap pria paruh baya tersebut terkekeh menyeramkan.

"Papa tau kan, Abi lebih menyeramkan jika sudah marah. Apalagi jika menyangkut sastra."

Pria paruh baya itu tetap menggeleng. "Abi hanya pura-pura menyeramkan, dia seperti itu, agar tidak terlihat terlalu childish."

Sang anak mengelak. "Menurut ku abi memang menyeramkan." 

Pria paruh baya itu menatap sang anak tajam. "Kau membela mereka huh?!"

Sang anak menatap sang papa dengan pandangan tak percaya. "Aku membela mereka, karena salah satu nya adalah anak ku! Darah daging ku!" Ucap sang anak tajam.

"Ck! Menyusahkan."

"PAPA BUTA KARNA HARTA!" 

"Kau berani membentak ku?" Kaget pria paruh baya itu, sang anak tak menjawab, ia melanjutkan perkataan nya.

"Papa terlalu fokus karena uang!" 

"Kau berani membentak ku karena anak sialan itu?"

"Kau-!!"

𝔸𝕓𝕚𝕊𝕒𝕤𝕥𝕣𝕒

22 Agustus 2021.

AbiSastra  [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang