02 | Bilur ✔️

2.5K 180 10
                                    

02

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

02. Bilur

Percaya atau tidak, kini sikap Rena dan Evin berubah 180° begitu mereka tiba di rumah Rini. Omong-omong soal pria tua yang menjadi kepala keluarga itu--Vandi, dia sudah berada di rumah tepat saat siang berganti sore. 

"Sayang, kamu ke rumah Oma, tapi nggak ngasih tau Mama dulu."

Melvin tak menunjukkan raut apapun. Dia malas menanggapi. Walau sebetulnya, itu yang sejak dulu dia butuhkan. Tapi mengingat Rena hanya bersandiwara karena berada di rumah orang tuanya, Melvin langsung melupakan keinginan itu dan membuangnya jauh-jauh. Dia sudah terlampau mengerti, kalau Rena tak akan berubah secepat itu dalam sekedipan mata.

"Rena, bagaimana kabarmu?"

Bagaimana pun juga, Vandi adalah sosok Ayah, kasih pertama Rena. Itu yang pertama dia tanyakan. Padahal dia sendiri tahu kalau Rena pasti baik.

"Aku baik, Pa. Makasih udah ditanya," katanya sambil melirik Rini. Seolah memberi kode kalau Vandi saja yang menanyakan kabarnya, dia tidak.

"Gak usah basa-basi, Mas. Kamu sendiri tau kalau anak kamu baik-baik aja."

Vandi menghela napas. Namun dia tak berkomentar. Selanjutnya hanya diam menyimak apa yang akan Rini bicarakan. Sehingga dia mengumpulkan keluarga putrinya.

"Rena, Evin," panggilnya kepada dua orang di hadapan. "Mama mau tanya dan tolong jawab dengan jujur."

Dari raut wajahnya sih, mereka terlihat santai. Tapi tidak dengan organ hati dan jantungnya yang ketar-ketir jedag-jedug menunggu pertanyaan apa yang hendak Rini tanyakan.

"Selama Melvin tinggal sama kalian, kalian apakan aja dia?"

Melvin membolakan mata. Dia pun terkejut saat tiba-tiba Rini bertanya demikian. Tanpa briefing lebih dulu sebelumnya.

"Kami nggak apa-apakan Melvin. Ya, bersikap kayak orang tua biasa aja, Ma." Rena menjawab dengan nada yang berusaha membuat Rini yakin. Ia melirik Melvin dengan ekor mata. Tatapannya langsung berubah ketika mereka bersitatap.

"Betul?" Rini bertanya kembali, "bukan menganiaya dan bersikap sebagai orang tua tidak layak, 'kan?"

Rena menelan saliva susah payah. Dia menoleh pada Evin yang duduk di sampingnya dengan jemari saling tertaut.

"Enggak lah, Ma. Kenapa Mama punya pikiran begitu?"

Rini menganggukkan kepala. Namun bukan gerakan yang membuat mantan pasutri itu lega. Justru terkesan horor dan membuat mereka bergidik.

Bumantara dan LaranyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang