09 | Anala ✔️

1.4K 132 6
                                    

09

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

09. Anala

Tia dan Evin kini dirundung bingung serta cemas sebab Alex, putra mereka satu-satunya belum menginjak lantai rumah dari kemarin. Yang membuat semakin heran, nomor ponsel juga sosial medianya tak ada yang dapat diakses. Entah itu tak aktif atau bahkan hilang.

"Mas, gimana? Apa kita lapor polisi aja?" Tia kembali bicara setelah sebelumnya mereka saling diam. Ia melihat bagaimana sibuknya Evin menghubungi beberapa orang kenalannya untuk mencari Alex.

"Belum 24 jam, Tia. Gak akan direspon."

"Tapi udah dari kemarin anak kita gak pulang lho, Mas. Yakin mau diem aja di sini?"

Evin membuang napas kasar. Ia berdiri dari sofa. Kemudian memandang Tia sedikit nyalang. "Aku ini lagi usaha. Sedangkan kamu? Ngomong doang bisanya," gertaknya. Lalu tanpa bicara apapun lagi, Evin melangkah keluar rumah.

"Mas, kok malah gitu sih? Aku 'kan cuma-- Mas Evin!" Tia menggeram tertahan lantaran gagal membuat Evin mendengarnya. "Anaknya gak pulang, kita malah salah paham. Haduh ...."

Tia mencoba ingat sesuatu. Sejak kemarin, dia sama sekali belum menanyakan perihal Alex pada pihak sekolah. Maka sepertinya, opsi itu akan ia pakai kali ini.

"Halo, selamat pagi. Ada apa, Ibu Tia?"

Suara dari wali kelas Alex, yakni Bu Mega yang pertama kali menyapa. Buru-buru Tia merespon.

"Pagi, Bu. Maaf kalau mengganggu. Anak saya, Alex, apa ada di sekolah hari ini?" Tia menjeda kalimatnya. "Dari kemarin belum pulang ke rumah, Bu. Barangkali hari ini ternyata sudah ada di kelas?"

Mega mengerutkan dahi. Dengan hati membatin, ia membalas. "Maaf, Alex, ya?" tanyanya yang reflek dibalas anggukan oleh Tia. "Mohon maaf, Bu Tia. Mungkin Ibu belum diberi tahu Alex ya, kalau dia sudah dikeluarkan dari sekolah?"

"Apa?" Tia berjingkat. Ia lekas berdiri dan menegakkan punggung. Kemudian berjalan mondar-mandir di tempat. "Kok bisa anak saya dikeluarkan tanpa sepengetahuan saya dan suami saya, Bu? Ibu nggak lagi bercanda 'kan?"

"Saya serius. Surat resminya ada pada Alex," jawaban dari seberang tentu membuat Tia diam terpaku. "Sebelumnya memang kami, pihak sekolah, berniat memberi tahu orang tua yang bersangkutan. Namun, Alex sendiri yang memaksa untuk tidak diberi tahu siapapun. Terutama kedua orang tuanya."

"Jadi, kami mohon maaf sekali lagi. Jika memang anak Ibu hilang atau kabur, itu sudah bukan menjadi tanggung jawab sekolah. Terima kasih."

Panggilan terputus. Sementara Tia tak berkutik. Dia diam dan masih dengan raut bingungnya. Rasanya masih terlalu tiba-tiba. Alex hilang atau kabur, lalu dia yang dikeluarkan dari sekolah.

Bumantara dan LaranyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang