17 | Struggling For His Life ✔️

1.2K 118 2
                                    

⚠️ TW // VIOLENCE ⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️ TW // VIOLENCE ⚠️

17. Struggling For His Life

Bunyi petir yang menggelegar serta hujan yang perlahan berubah deras, menemani Alva yang kala itu berlari tak tentu arah. Tungkainya terus saja melangkah meski tanpa tujuan. Bahkan rasanya sulit untuk ia hentikan, seolah pikiran lah satu-satunya yang memegang kendali atas dirinya. Menyuruhnya untuk terus berlari, lagi tanpa henti.

Merasa napasnya sudah di ujung, Alva memutuskan berhenti di tengah trotoar. Menutup jalan bagi siapapun yang hendak melintas--meski tidak ada.

Cowok itu jatuh terduduk dengan lutut yang menumpu berat tubuhnya. Ia seolah menyerah atas kehilangan yang menimpa. Vera sekaligus Melvin. Dua manusia berharga baginya itu tiba-tiba hilang tanpa meninggalkan jejak sedikitpun. Alva sendiri tak tahu harus berbuat apa selain meminta tolong kepada tangan kanan Vijay yang ia kenal. Selebihnya dia akan berusaha sendiri mencari.

Entah bagaimana ceritanya pula Melvin menghilang. Di kamarnya tidak ada siapa-siapa. Salah seorang perawat yang dimintainya tolong alias Putri juga tidak tampak keberadaannya. Begitu ia tanya kepada petugas sekitar sekaligus penjaga CCTV di sana, tidak ada hal yang janggal. Atau seharusnya, Melvin masih berada di tempatnya.

Alva menangkupkan kepala. Entah sudah sebanyak apa doa yang sudah dilangitkan olehnya. Dari mulai hujan yang masih datang dalam bentuk tetesan air, sampai jadi sederas ini, Alva belum juga menemukan jawaban tentang keberadaan Melvin.

"Alva harus cari ke mana lagi, Ya Allah? Udah nggak ngerti harus ke mana lagi ...."

Lampu dari sebuah kendaraan menyorot dirinya. Alva reflek menolehkan kepala. Kendaraan itu berhenti tepat di samping trotoar di posisinya berada. Setelahnya, keluarlah seseorang dari sana dengan payung di genggaman. Seseorang itu mendekati Alva dan melindunginya dari hujan.

"Lo kenapa? Ngapain hujan-hujan?"

Alva mengerjap sekali lagi. Sebab matanya terkena air hujan, pandangannya jadi sedikit buram. Tapi setelah berusaha menelisik, ia menggumamkan nama seseorang itu.

"Hava?" Alva mengusap wajahnya kasar. Ia kini terlindungi dari air hujan karena Hava memberinya perlindungan lewat payung lebar yang dibawanya. "Kok lo bisa ada di sini?"

"Ck, ditanya malah balik nanya!" Hava balas dengan suara agak keras. Akibat petir yang bersahutan, membuat suaranya jadi semakin teredam. "Masuk mobil gue dulu aja, kita ngobrol di dalem. Konyol amat lo hujan-hujan kayak gini padahal lusa kita udah tanding. Kalau lo demam, gue gak akan mau ngajak lo main lagi, ya!"

"Hav," Alva menahan lengannya yang hendak ditarik Hava untuk ikut masuk ke dalam mobil cowok itu. "Gue lagi nyariin orang. Kayaknya kita gak ada waktu buat ngobrol."

Bumantara dan LaranyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang