"Jalani hidup seperti apa yang lo mau. Nggak perlu ngalah demi orang lain. Sesekali boleh, kalau kondisinya mengharuskan lo untuk ngalah aja. Jangan bego kayak gue. Hidup cuma sekali. Jadi, bikin hidup lo berharga, ya!"
"Hargai diri lo sendiri."
✎ᝰ.
Bagian terakhir dari Bumantara dan Laranya.
25. Let him go
Embusan angin siang itu membuat hati Alva sedikit tenang. Ia yang duduk di kursi taman dengan semangkuk mie ayam, perlahan mencoba menikmati kenikmatan yang seharusnya ada.
Akan tetapi rasanya masih hambar. Selagi kabar Melvin sehat kembali belum ia dengar, bayang-bayang kepergian masih akan selalu melekat.
Pandangan mata laki-laki itu kosong. Banyak yang mengitari pikirannya. Sebetulnya ia juga tidak ada nafsu untuk sekadar menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Tapi sialnya ia masih perlukan itu. Alva harus tetap sehat dan kuat.
Semilir angin membuat rambutnya sebagian menutupi pandangan. Sampai akhirnya ia menunduk dengan memejamkan mata guna mengulang memori yang pernah ia ciptakan dengan Melvin.
"Va, apa hal yang paling lo takutin?"
Alva menolehkan kepala. Ia lantas berjalan menghampiri Melvin yang hanya berjarak sekitar dua meter darinya. Laki-laki itu bertanya tanpa menatapnya.
"Masa depan," jawabnya, "gue takut nggak jadi apa-apa, apalagi nggak bisa jadi tameng buat Mama."
"Kalau lo?"
Melvin lekas mengalihkan pandangan. Ia menjawabnya, "mati. Gue takut mati."
Makan pun jadi tak tenang saat semuanya berusaha kembali ke permukaan. Alva benci pikirannya sendiri. Meski ia tahu ia akan se-overthinking itu, tetap saja kepayahan untuk mengendalikannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumantara dan Laranya
Fiksi Remaja┌──────────────────────────┐ rismarsf ᵕ̈ Bumantara memiliki makna yaitu langit atau bisa juga angkasa. Melalui makna namanya, Melvin jadi memperluas pemahaman bahwa jika ia mencintai langit, ia juga harus menerima segala cuacanya; cerah, terik...